31. TB

78 4 0
                                    

Kalo suka dibaca. Kalo enggak silahkan out.

***

"Sumpah, muka lo kayak tai ayam tau sekarang." ledek Hanan sambil tertawa.

Milla hanya menatap Hana sambil mendengus. Pasalnya, sejak pulang sekolah tadi ia selalu diikuti oleh Hanan. Padahal Milla sudah menolak mentah-mentah semua ajakan Hanan. Tapi, bukan Hanan yang menyerah begitu saja. Ada saja akalnya agar Milla menuruti kemauannya. Sampai akhirnya ia berada diwarung tenda ini. Seorang pelayan datang dan mengantarkan pesanan mereka sebelum Milla mengeluarkan semua unek-unek dan kekesalannya.

"Lo tau, kali ini lo selamat karena seblak ceker ini." sungut Milla sambil meraih sendok.

Hanan tertawa. "Ya ampun, oh terimakasih wahai seblak cekerrrr pak Yanto karena menyelamatkan wajah gue yang ganteng ini dari amukan macan betina ini."

"Dasar gila."

"Btw, kenapa sih cewek suka banget sama seblak?" tanya Hanan sambil mengaduk-aduk es tehnya yang sudah tercampur itu.

Sambil mengunyah Milla memainkan hpnya. "Gaktau. Kalo gue mah apa aja suka. Mau lo beliin bakso bakar, mie ayam, bakso granat mbak inul, mie tek-tek, ayam geprek, apapun itu gue mau."

"Aelah, beda lah. Lo mah cewek jadi-jadian. Apa aja lo embat."

"Perut kenyang hati pun senang."

"Iya sih, lo mah apa gitu yang gak doyan. Kayu sama batu aja lo jabanin kalo laper."

"Mulut lo mau gue sumpel pake ceker? Haa?"

Hanan memilih diam lalu iamengambil sendok dan mengaduk-ngaduk seblak cekernya. Langsung ia menyantap makanannya itu dengan lahap. Pandangannya terhenti kepada Milla yang malah asik memainkan hpnya dan menghiraukan seblak didepannya. Padahal ia baru menyantap beberapa suap saja.

"Makan dulu, bales chatnya nanti kenapa."

"Diem ah, rese lo." jawab Milla.

"Bucin, Bucin. Lo tau enggak semenjak lo pacaran lo tuh jadi Bucin. Bego tau gak."

"Artinya gue tuh tulus, gak main-main sayangnya."

"Udah putus aja gih sama dia." ujar Hanan sambil menyeruput es tehnya.

"Gak bakalan. Never."

"Sok-sokan pake bahasa inggris. Padahal masih remedi kalo ulangan." sindir Hanan.

"Ngaca dulu yuk, yuk."

Hanan berdecak sebal. Ia lalu meraih mangkok seblak milik Milla ke arahnya. Dengan sigap Milla menahan tangan Hanan. "Mau ngapain lo?"

"Makan lah. Lo asik mainan hp. Kasian tuh seblaknya lo anggurin."

"Enak aja." protes Milla. "Gak, kalo mau lagi ya beli lagi sih. Main makan punya orang. Serakah."

"Yaudah makanya lo makan dulu. Hpnya tarok."

"Iya-iya, bawel."

Milla segera menuruti perintah Hanan. Ia tidak mau jika sahabatnya itu semakin menjadi. Bisa-bisa ia terkena semburan air tujuh hari tujuh malam jika Hanan mengamuk. Hanan hanya tertawa puas melihat Milla memakan seblaknya.

"Anjir lo!!! Lo kasih cabe berapa kilo ini seblak gue haaaa!!!!" teriak Milla. Mukanya sudah merah padam, bukan karena marah melainkan karena menahan pedas. Milla meraih es teh didepannya sambil mengipasi wajahnya yang kepedesan.

"Lebay amat sih, cuma 10 sendok doang."

"Lo gila, lo mau bunuh gue ha!!"

"Dikit."

"Bangke loo!!!"

Hanan tertawa terpingkal. "Muka lo jelek banget parah!"

Hanan memang sempat menaruh beberapa sendok cabai setan itu ke dalam mangkok seblak milik Milla. Bodohnya, Milla tidak menyadari. Salahkan saja dirinya yang terlalu asik membalas chat-chat alaynya yang kemungkinan besar dari pacar kesayangannya itu.

"Sialan lo." masih dengan wajah yang kepedasan Milla mendelik ke arah Hanan. "Pesenin gue minum sekarang!!!"

"Iya-iya."

Hanan segera memesankan minuman untuk Milla. Sepertinya Milla sudah kehilangan kesabaran kali ini. Ia benar-benar menyumpahi kelakuan Hanan yang benar-benar gila itu. Setelah menghabiskan minumannya Milla segera meninggalkan warung tenda itu. Hanan segera menyusul Milla sesaat setelah ia membayar makanannya.

"Sorry sih, gue kan cuma bercanda kali ah."

Milla masih tak bergeming. Ia terus berjalan menyusuri jalanan taman yang tampak ramai. Milla terus berjalan tanpa menoleh ke arah Hanan. Setelah menemukan tempat yang pas segera Milla duduk. Hanan hanya mengikuti apa yang dilakukan Milla.

"Gue kira lo gak capek jalan mulu daritadi." ucap Hanan sambil melirik Milla.

"Lo bego."

"Iya tau. Maaf sih. Bercanda doang."

Milla menoleh ke arah Hanan. "Bercanda lo gak lucu."

"Iya-iya. Tapi muka lo lucu." Ujar Hanan sambik terkekeh. Milla memukul keras lengan Hanan. Lelaki itu hanya meringis sambil memegang lengannya. "Sakit tau."

"Bodo. Lo rese."

Hanan memilih diam. Membiarkan Milla mengeluarkan semua unek-uneknya. Hampir satu jam ia mendengarkan celotehan Milla. Posisi mereka masih sama, duduk di bangku taman. Hanan hanya bisa pasrah dan mendengarkan karena tidak mau mengambil resiko jika Milla akan lebih marah lagi nantinya.

"Udah ngomongnya? Udah capek?"

"Udah."

"Yaudah sini, Milla maafin Hanan yang gantengnya luar biasa ini yaa. Nanti Hanan traktir seblak ceker lagi deh."

"Lo pikir gue bisa disogok pake gituan?"

"Ya usaha aja dulu."

"Gak."

"Please." Milla menatap Hanan yang sok-sokan memasang muka memelas. Tapi tidak Milla tidak akan tertipu oleh Hanan lagi. Perihalnya ini bukan kali pertama ia ditipu oleh Hanan.

"Oke, tapi gue mau seblaknya dua mangkok. Lo harus traktir gue selama seminggu, dimulai dari besok. Setuju?"

Hanan mendelik. "Lo ngerampok gue?! Enggak, ogah, sorry, no way!!! Keenakan lo dong."

"Yaudah kalo gitu. Lo gak usah main kerumah gue, kalo disekolah gak usah sapa gue, gak usah chat gue, gak usah telpon gue. Pokoknya gue gak mau ketemu lo!!"

"Dasar bocahhh!"

"Gue serius." sungut Milla tak bercanda.

"Gue juga serius sama lo. Apa mau bener diseriusin nih?"

"Bodo, lo jelek. Pokoknya harus mau nurutin apa kata gue."

Hanan masih diam karena ia tidak mau mengiyakan permintaan Milla itu. Bukan tak mampu hanya saja ia malas kalau harus menuruti kemauan Milla. Gadis itu akan terlampau senang jika seperti itu.

"Eh, itu bukannya cowok lo?" ujar Hanan sambil memicingkan matanya.

"Halah, bullshit lo."

"Enggak, beneran itu cowok lo deh." Hanan menarik kepala Milla agar melihatnya sendiri. Namun, sebelum itu ia dihadiahi sebuah pukulan lagi.

"Pala orang woy. Sakit gob--lok!"

Milla memelankan suaranya dan memicingkan matanya memastikan itu benar Taki. Itu memang Taki. Tak mungkin Milla salah mengenali karena ia paham akan lelakinya itu. Milla mengernyitkan dahinya karena melihat Taki tidak sendirian.

"Selingkuhannya tuh." celetuk Hanan dengan asal. Milla hanya menatap Hanan sekilas lalu kembali memperhatikan apa yang dilakukan Taki disana.
Jelas, Taki bersama seorang perempuan. Dan itu gadis sebaya dengannya. Tapi,

Siapa perempuan itu?

"Tuh, bukan cowok baik-baik kan dia. Gue yakin seratus persen. Selingkuhannya itu pasti. Udah lo putusin aja lah."

"Bacot. Diem anjir!"

*


Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang