34. TB

53 2 0
                                    

Cerita terjadi sebelum corona menyebar ya gaiss wkwk.

Happy reading 💗

**

Gue cuma menggeser-nggeser menu di hp gue. Bolak-balik ngebuka beranda fb yang isinya cuma orang pacaran mulu bikin gerah. Percuma beli hp bagus kalo gada yang nge chat. Huh, unfaedah banget ini mah. Paket udah bergiga-giga padahal.

"Ek, mode gratis," ejek Ocha sambil nyelonong lurus aja tanpa dosa.

"Anjir lo jangan malu-maluin gue, elah."

"Suara gue kan gak kayak petasan lima ribuan sih. Lagian ni kelas pada miskin semua jadi gausah malu lah."

Iya sih setelah dipikir-pikir. Palingan yang ada paket cuma si Moka. Karena ya dia harus selalu aktif buat oppa-oppa koreanya dan drakor-drakor terbaru. Ya walaupun ujung-ujungnya gue dan anak-anak kelas ikutan nonton dan mintain drakornya, tapi si Moka fine aja. Gak kapok-kapok masih aja dowload tu drakor. Untung si Moka baik hati dan tidak sumbing. Eh ralat maksudnya sombong, Haha.

"Eh, gais. Kalian tau enggak." Gue mencoba memulai percakapan.

Moka melirik sebentar lalu kembali fokus ke hpnya. "Apaan?"

"Apa-apa? Please, jangan bahas mantan. Huhu." rengek Ocha. Sepertinya virus lebay Hanan udah sampe ke tubuh si Ocha. Miris.

"Mantan mulu yang lo bahas si, Cha. Move on! Move on!" ledek gue.

"Gue tuh sebenernya udah move on. Cuma ya kadang masih suka keinget aja gitu." ujar Ocha sambil membayangkan. Suer gue hampir nampol tu muka polos Ocha.

"Ini jadinya lo apa gue yang mau curhat sih?"

"Eh, ya maap gue khilaf. Oke lupain. Jadi apaan?" tanya Ocha kemudian.

"Sebenernya gak penting-penting amat sih, haha." gue tertawa sambil nyengir.

"Kalo gak penting gue males ah. Gue mau nonton run BTS dulu aja. Lebih penting." ujar Moka lalu pindah ke tempat duduknya yang agak sepi agar ia bisa fokus menonton. Ah, dasar si Moka. Dikit-dikit Bts, dikit-dikit V Taehyung, dikit-dikit oppa. Udah hafal sampean anak-anak kelas. Fanatik banget sama kpop.

"Udah lupain si Mokacino creamy latte. Lo mau ngegibah apaan?" tanya Ocha yang sudah kepo sampe ke ubun-ubun.

"Lupa gue."

"Milla! Anjir lo ah. Sakit di php in tau, paham gak sih?" Ocha mengucapkan kata-kata itu ditambahi dengan gaya menye-menye yang menggelikan menurut gue.

"Eh udah-udah jangan kayak gitu. Sumpah gue mau muntah liatnya." ujar gue sejujur-jujurnya dari lubuk hati gue yang paling dalam dan gak bohong sedikit pun.

"Pedes amat tuh mulut, ya."

"Gue kesel aja sih, ya masa gue bikin snap kan di messenger eh diketawain sama adek kelas." curhat gue sambil mengunyah basreng alias bakso goreng di meja.

"Haha. Poto lo lucu kalik kayak boneka anabel!"

"Wah, tau enggak lo, tajemnnya silet masih kalah sama omongan lo barusan."

"Gue tahu kenapa dia ketawa kayak gitu," ujar Ocha sok serius.

Gue menatap Ocha dengan datar. "Kenapa?"

"Biar dapet pahala banyak, katanya senyum itu ibadah. Hahaha."

"Gak lucu, Ochaaa!"

"Garing anjirr" teriak Moka yang ikutan nyamber.

"Diem lo ah, kabel putus nyambung-nyambung." balas Ocha.

"Hah?"

"Istilah kerajaan jangan dipake woy." teriak Moka lagi.

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang