27. TB

93 3 6
                                    

Author pov

"Aaaaaaaaaaa!!!!!!!!"

Teriakan Ocha menggelegar memecah hening kelas. Bukan tanpa sebab. Ocha berteriak histeris seperti itu karena ulah Maria.

"Cha!! Seriusan itu ulet di pala lo." tunjuk Maria sambil merinding.

"Gimana, tolongin. Aaaaa..!!!"

Seisi kelas bubar memencar mencari tempat aman agar terhindar dari Ocha karena tidak ingin terkena ulat bulu yang menempel di rambut Ocha.

Ocha menarik lengan baju Agra dengan sangat kuat. "Agra! Tolongin gue. Ambilin ulet bulunya!"

"Ga berani Cha, tuh ulet bulu gede banget." ujar Agra sambil mencoba melepaskan cekalan Ocha di bajunya.

"Ais, tolongin napa. Lo cowok bukan si??"

"Kalo masalah cowok mah ya gue cowok. Tapi kalo udah nyangkut ke ulet bulu, enggak deh." ujar Agra lalu berlari menghindari Ocha.

"Woyy!! Tolongin. Gimana nih?" teriak Ocha.

Ocha berlarian di dalam kelas sambil berteriak histeris. Sedangkan dipojok kelas terdapat Maria, Moka dan Milla yang tertawa dengan keras sambil memegang perut masing-masing. Mungkin karena sudah tertawa berlebihan sejak Ocha berteriak histeris di awal tadi. Tapi perhatian Ocha masih tak teralihkan dengan mengibas-ngibaskan rambutnya karena mengganggap ulat bulu itu benar adanya.

"Wah, asli ngakak gua! Wahaha.." Moka tertawa terbahak-bahak menyaksikan tingkah konyol Ocha.

"Ya ampun, sakit perut gua njir." rutuk Mila sambil memegangi perutnya.

"Ocha!! Huaaa debakkk!!"

"Tunggu-tunggu kalo itu bukan ulet bulu terus apaan?" tanya Milla pada Maria.

Maria mengatur nafasnya. "Aelah, itu tuh cuma benang jahitan yang lepas. Terus gue taruh di atas kepalanya Ocha. Eh dia seriusan nganggep ulet bulu. Haha."

"Wah parah lu udah bikin anak orang hampir nangis." ujar Moka.

"Haha. Pinter-pinter." sambung Milla.

Setelah beberapa menit kemudian suara Ocha sudah senyap. Lalu, Ocha sudah berdiri di hadapan Maria sambil memegang benang yang dianggapnya ulat bulu yang sudah membuat heboh seisi kelas. Ocha memberikan ekspresi kekesalannya.

"Wait, wait. Santuy dong Cha. Ekspresi lo udah kayak mau nelen orang aja." ucap Maria sambil terkekeh.

"Iya. Gue mau nelen lo hidup-hidup sekarang juga."

"Jiwa psiko lo mulai keluar nih." ledek Maria.

Milla terkikik sendiri melihat aksi Ocha. Entah bagaimana benang itu bisa terlepas pada saat itu, Ocha hampir saja menangis. Alhasil Ocha tidak jadi mengeluarkan air matanya ketakutan. Wkwk.

"Udah Cha, hajar aja tuh si Maria. Masa lo dikibulin sama dia." Milla menambahii.

Maria mendelik. "Jangan jadi kompor sih."

Maria menatap Ocha sambil senyum-senyum sendiri. "Hehe. Damai aja, damai ya Ocha cantik."

"Gak."

"Yaelah Cha bercanda doang gue. Jangan serius amat kenapa." Maria memelas.

"Udah Cha simpen dulu tenaga lo. Itu ada Bu Faj," tunjuk Moka ke arah pintu.

"Kali ini selamat lo." Ucap Ocha sambil meninggalkan Maria.

Setelah Bu Faj masuk ke kelas semua langsung senyap seolah melupakan tragedi beberapa menit yang lalu. Awalnya Bu Faj sudah memasuki kelas namun karena ada masalah jadi ia kembali ke kantor. Dan bermula lah masalah ulet bulu itu.

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang