23. TB

110 3 0
                                    

****

Hari ini semua tampak bersemangat, ya itulah yang gue lihat. Soalnya sekarang semua orang lagi pada sibuk nyiapin buat ujian tengah semester gitu. Jadi ini waktunya buat gue dan temen-temen gue bisa santai dan ngelepas lelah belajar karena seharian ini gabakal ada guru yang masuk kelas. Palingan ntar cuma ada anak osis yang ngatur buat nyusun meja. Akhirnya, kita bisa nyantai dan nikmatin hidup. Ya meskipun cuma sementara tapi cukup buat kita lega. Sejenak istirahat dari aktivitas belajar yang bikin kepala mumet, sedikit melegakan buat kita.

"Nobar aja, nobar aja." teriak Agra dengan semangat.

"Nonton apaan ya?" tanya Ocha sambil mengotak-atik laptopnya memilih-milih film yang hendak ia tonton.

"Black phanter aja, kayaknya seru." usul Agra. Gue langsung melirik Agra.

"Gamau ah, udah nonton Melodylan aja. Kemaren baru download kan lo." ujar gue mengusulkan.

"Oiya tuh, Maaf Agra kita nonton Melodylan aja ya." ucap Ocha lalu memutarnya di laptop. Agra cuma diam dan menatap sinis.

"Gabung ah." ujar Sandi sambil menyeret kursinya ikut berkumpul ke rombongan gue. "Lo kalo gamau nonton pergi aja, sumpek tau."

"Siapa bilang gue gamau nonton. Geser, geser." ujar Agra sambil memerintah kita-kita untuk geser.

"Ye Agra, geser-geser pala lo geser. Ntar gue gak keliatan." kesal Ocha. Agra cuma nyengir.

"Is diem gausah berisik. Tuh udah mulai tuh." lerai Maria yang mulai risih.

"Heh, lo pada mau nonton apa mau ribut si," ujar gue yang ikutan terpancing.

"Udah kali pada biasa aja kenapa. Udah nonton nonton, diem." respon Ocha. Ye dasar Ocha mentang-mentang dia yang punya laptop jadi seenaknya.

Akhirnya untuk beberapa saat gue, Maria, Ocha, Agra dan Sandi fokus menonton tanpa membuat suara sedikitpun. Semua seakan terbuai oleh alur film tersebut.

"Ya ampun, Gra. Liat deh tu cowok modelannya kayak gitu kok mau ya yang cewek jadi pacarnya." komentar Sandi melihat aktor di film tersebut.

"Tanyain sendiri sono sama orangnya." tutur Agra.

Pletak!

Ocha mejitak kepala Agra pelan. "Mana bisa si nanya ke orangnya. Goblok deh. Masa iya Sandi suruh masuk ke laptop gitu buat nanya gitu."

"Hadeh, Cha. Disini tuh lo kayaknya yang goblok." kesal Agra sambil mengelus-elus kepalanya.

"Lo lah."

"Diem, tu dia lagi nge gombal. Parah-parah, jijik gue." ujar Maria sambil setengah tertawa.

"Aneh ya, kok si cewek mau gitu sama cowok modelnya kayak gitu." tanya Ocha tiba-tiba.

"Woy, tadi Sandi udah ngomong itu Ocha." tegas gue kesal.

"Oh iya ya." Ocha cuma nyengir doang. Parah nih bocah, bener-bener pengen gue karungin sekarang juga, terus gue lempar ke tong sampah. Asli!

"Eh, itu tuh menandakan kalo si cewek tuh tulus cinta sama si cowok. Buktinya dia gak mandang fisik. Mau si cowok bentukannya kayak tekwan gitu si cewek tetep mau tuh." ujar gue menimpali.

"Eaa, Milla. Eaa Bucin si Milla." sindir Sandi sambil tertawa.

"Wah anjir lo. Kan lo nanya tadi."

"Iya deh Mill. Sekarang beda ya yang udah punya pacar." ucap Agra sambil menaik-naikan alisnya ke atas.

"Beda gimana si, gini-gini aja perasaan." ucap gue acuh.

"Ya beda lah. Lo sekarang Bucin parah!" jujur Agra.

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang