33. TB

56 5 0
                                    

Baca bagi yang mau, kalo gamau gausah dibuka. Out out out, huss sana pergi jauh-jauh.

Happy reading💙

******

Milla pov

"Dari tadi lo cemberut mulu si, cantiknya ilang loh," ejek Hanan sambil memakan permen karet.

"Bodo."

"Eh, lupa. Lo kan gak cantik, haha."

"Serah lo deh iya."

"Lo marah sama gue? Bukannya lo harusnya marah sama Taki sih. Kok gue yang kena tai nya?"

Gue menyilangkan tangan di dada sambil menatap tajam ke Hanan sialan. "Jadi itu yang namanya lo ngasih pelajaran?"

Hanan tampak berpikir, lalu tertawa kemudian. "Haha. Yaelah, lo marah gara-gara gue nantangin Taki main futsal dan gue kalah?"

"Lo tuh bego tau enggak."

"Iya tau sih, gak usah dieperjelas gitu juga kalik."

Benar, setelah perbincangan gue dan Hanan dikelas tadi Hanan segera mencari Taki. Gue mungkin yang terlalu berekspetasi terlalu tinggi. Gue mengira Hanan bakal berantem sama Taki dan belain gue. Yah, seperti cerita di novel yang gue baca gitu. Eh, ternyata si Hanan sialan itu cuma nyamperin Taki dan nantangin main futsal. Dan lebih malu-maluinnya lagi si Hanan kalah. Gila, mau ditaruh dimana tuh muka si Hanan. Dia yang tiba-tiba dateng nyamperin dan ngajak duel eh dia sendiri yang kalah. Tapi setelah gue pikir-pikir ya Hanan kan emang ga punya malu. Jadi mukanya maish bisa ditaruh dimana aja.

"Lo juga sih Mill. Gak ngasih tau gue kalo si Taki jago main futsal."

"Dari dulu dia itu jago main futsal, Hanan! Kemana aja lo tiga tahun sekolah disini begonya masih aja nempel."

"Ya gue tuh sebenernya jago kalik, tiap sore gue suka latihan bola juga kok."

"Jangan suka ngebacod gajelas ya. Lo belom pernah ngerasain sepatu pindah di muka lo kan?!"

"Eh orang serius juga. Ya mungkin gue emang gak jago aja."

"Lo latihan sama siapa ogeb! Tiap sore aja lo suka main kelereng sama anak sd samping rumah lo itu."

"Fitnah mulu lo!"

Gue memilih diam, malas mau berbicara dengan Hanan kembali. Lagi pula jika berdebat dengan Hanan selalu tidak pernah berujung. Hanan selalu menjawab meskipun kadang tidak nyambung. Hanan tidak mau kalah. Palingan tiap sore dia hanya main sama bocil-bocil kompleks. Secara dia kan emang ga punya malu.

"Yuk,"

"Kemana?" tanya gue.

"Ikut gue."

"Ya kemana goblok."

"Mulut lo lancar amat sekarang ya. Siapa yang ngajarin ha!?"

"Hanan goblok yang ngajarin."

"Bangga gue."

Milla berdesis. "Hanan, lo tuh sumpah ya. Gak waras banget, asli!"

Saat ini gue dan Hanan berada di koridor sekolah menuju ke tempat parkir. Setelah bel berbunyi tadi Hanan langsung nongol dikelas dan ngajakin gue balik bareng. Gue yang gak mau karena tuh anak naik motor udah kayak ngajak orang mati, menolak mentah-mentah ajakan itu. Namun bukan Hanan namanya jika tidak memaksa. Dia ngikutin gue terus. Berasa punya tuyul gede aja.

"Udah ayok balik bareng gue. Lo mau pulang sama siapa?"

"Moka, ada."

"Udah duluan dia tadi, katanya mau ngelayat kucing tetangganya mati kena serangan jantung."

Teman BerjuangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang