1

19.1K 712 9
                                    

Lisa menarik napas panjang sebelum membuka pintu itu, pintu besar kokoh yang terlihat begitu mewah dan berkuasa itu seakan mencerminkan apa yang menunggu dibaliknya. Sambil menenangkan debar jantungnya dibukanya pintu itu, dan ketika menyadari tangannya berkeringat, Lisa tersenyum kecut, Seperti akan meng- hadapi hukuman mati saja, desisnya dalam hati.

Ketika masuk Lisa menyadari ruangan itu sangat luas. Suasana didalam ruangan itu sungguh elegan, dengan penataan ruang dari desainer terkenal dan perabotan kelas tinggi yang khusus dipesan untuk ruangan ini. Temperaturnya diatur senyaman mungkin dan samar-samar tercium aroma cendana yang menenangkan. Semua yang ada diruangan ini sungguh menyenangkan, ups!!,.. salah, semua menyenangkan kecuali satu hal, dan satu hal itu adalah sosok dingin yang duduk tegak di balik meja dengan keangkuhan yang men- cerminkan seolah-olah dirinya-lah pusat dunia. Lalu tatapannya itu, tatapannya itu!! Sangat mengerikan. Mata biru itu menatapnya dengan kadar kebencian yang begitu kental.

Lisa membasahi bibirnya dengan gugup, dan menunggu, dan terus menunggu. Tetapi lelaki itu hanya diam menatapnya, mempertahan- kan keheningan di antara mereka. Lisa mengangkat dagunya dan melemparkan tatapan, "well aku sudah disini, sekarang apalagi?" kepada lelaki itu.

Si mata biru mengerutkan alis gusar melihat tingkah berani Lisa, mulutnya menipis, "Kudengar kau menyebabkan kekacauan di proyek kali ini."

Akhirnya!! Lisa menghembuskan napas setengah lega setengah panik mendengar kalimat pembuka laki-laki itu. "Saya hanya men- coba menyelamatkan keadaan," sebenarnya Lisa tidak mau ke- dengaran begitu kurang ajar, tapi tatapan meremehkan laki-laki itu mau tak mau memunculkan sisi defensif dari dirinya.

"Menyelamatkan keadaan katamu??" Lelaki itu tampak begitu murka mendengar jawaban Lisa, "Kau mengusir klien terpenting kita, dan mempermalukannya di depan umum, dan kau bilang itu untuk me- nyelamatkan keadaan?"

Lisa membalas tatapan garang lelaki itu dengan tak kalah garang, "Orang yang anda bilang klien terpenting kita itu, merayu dan meraba salah satu SPG kita di tengah-tengah pameran tersebut, apakah menurut anda, saya, sebagai supervisor yang bertugas dilapangan hanya boleh diam saja dan tidak membelanya ??!" Tatapan mata meremehkan dari mata biru itu benar-benar membuat Lisa sebal.

"Kau bekerja disini sebagai supervisor dan seorang supervisor ber- tugas menjaga hubungan baik dengan klien potensial, bukannya mengusirnya," jawab lelaki itu tenang.

"Jadi menurut anda saya harus melupakan moralitas hanya demi keuntungan perusahaan semata?!"

"Moralitas selamanya tidak akan dapat memberikan keuntungan, dalam hal apapun," si mata biru mengangkat bahu dengan bosan.

Cukup sudah! Lisa menarik napas dalam-dalam, "Kalau begitu saya tidak mau bekerja di perusahaan yang tidak bermoral, paling cepat nanti siang, anda akan menerima surat pengunduran diri dari saya!"

Sejenak suasana menjadi begitu hening, dan kalaupun si mata biru itu kaget dengan keputusan impulsif Lisa, dia berhasil menyembunyi- kannya dengan baik karena ekspresinya tidak dapat ditebak, dia hanya memandang Lisa dengan ekspresi menilai.

Suasana terasa makin hening, dan Lisa menunggu. Ketegangan terasa bagaikan senar yang ditarik kencang, siap untuk putus. Lalu, sebuah senyum muncul disudut bibir lelaki itu, walaupun begitu, sinar matanya tampak begitu kejam.

"Tidak semudah itu nona Lisa, mungkin saya adalah pemimpin tertinggi sekaligus pemilik perusahaan ini, tetapi bukan berarti saya tidak mengetahui setiap detail terkecil pegawai di sini," Lelaki itu menatap dengan tajam sebelum menjatuhkan bom-nya, "Kau me- miliki pinjaman yang belum selesai pada perusahaan ini senilai 40 juta, katakan sekarang nona Lisa, apakah kau bisa melunasi pinjaman itu dengan tunai sekarang juga? Kalau ya, saya akan dengan senang hati meluluskan permohonan pengunduran dirimu."

Wajah Lisa benar-benar pucat pasi, dalam kemarahannya tadi, sama sekali tidak terpikirkan mengenai pinjaman itu. Dan si mata biru tadi menanyai apakah dia bisa membayar pinjamannya secara tunai? Tanpa sadar Lisa mengernyit seolah kesakitan, Ya Tuhan , itu tidak mungkin, bahkan sekarang dia sedang dalam kekalutan besar dan membutikan lebih banyak uang untuk...., cepat-cepat dihapusnya pikiran itu sebelum melayang lebih jauh.

Si mata biru mendengus menghina melihat kebekuan Lisa, "Oke saya asumsikan kau tidak dapat membayar tunai pinjaman itu, meskipun saya sedikit bertanya-tanya kenapa wanita lajang seperti anda bisa menghabiskan uang sebanyak itu, tapi toh itu bukan urusan saya." Senyum di sudut bibir lelaki itu langsung menghilang dan tatapannya berubah menjadi dingin.

"Jadi, selama kau masih berhutang pada perusahaan ini dan belum bisa menyelesaikan kewajibanmu, jangan seenaknya mengira kau bisa mengundurkan diri dari perusahaan ini. Hanya sayalah, yang bisa memutuskan apakah kau layak dipertahankan atau disingkirkan, jadi kembalilah bekerja dan singkirkan moralitasmu yang munafik itu!"

Lisa menatap lelaki itu dengan kebencian yang meluap-luap, "Hanya pinjaman itu yang menahan saya disini, dan jika saya berhasil melunasi pinjaman itu, saya akan langsung angkat kaki dari perusahaan ini!, sekarang mohon ijin permisi, saya akan kembali bekerja!"

Jungkook menatap pintu yang tertutup dengan agakkeras di depannya. Dia menunggu beberapa saat, lalu mendesah sambilmelonggarkan ikatan dasinya yangterasa mencekik, denganletih diabersandar di kursi sambil memejamkan mata. Bukan salah gadis itu jika sekarang tubuhnya terasa begitu panas, tidak! Bukan cuma panas, kau sekarang benar-benar terbakar man!!


.

.

.

lizkook shiper where u at? :D

semoga suka dengan cerita ini :D

A Romantic Story About LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang