24

4.1K 341 4
                                    


Ruangan itu sangat sunyi, hanya suara alat-alat penunjang kehidupan yang berbunyi secara teratur. Lisa duduk disana, disamping ranjang Taehyung, menatap Taehyung yang terbaring dengan damai. Dua jam lagi operasi ginjal Taehyung akan dilaksAnakan.

Kau harus kuat bertahan ya? demi aku kau harus bertahan, kau harus bertahan, demi aku Taehyung.... Berkali-kali Lisa merapalkan kata-kata itu seperti sebuah doa yang tidak ada putus-putusnya. Taehyung tampak lebih kurus, dan pucat, dan begitu diam, tetapi Lisa meyakini masih ada kekuatan hidup yang tersembunyi di dalam tubuh Taehyung, Lisa mempercayainya, Lisa percaya kepada Taehyung, seluruh harapannya masih bertumpu kepada kepercayaannya itu.

Kemungkinan keberhasilan operasi itu adalah 40:60, dan Lisa bergantung kepada 40% itu. Dia percaya Taehyung adalah lelaki yang kuat, buktinya dia sudah berhasil bertahan sampai sejauh ini.

Suster Jieun masuk ke dalam ruangan, dan menyentuh pundak Lisa, "Kondisinya stabil Lisa, aku yakin dia akan berhasil melalui ini semua."

"Iya suster, Taehyung pasti kuat."

Suster Jieun mengecek denyut nadi Taehyung lalu menatap Lisa seolah teringat lagi, "Bagaimana kau berpamitan kepada Mr. Jungkook?"

Lisa merona, "Aku bilang menemani teman yang akan melahirkan" gumamnya pelan, merasa berdosa karena tidak biasa berbohong.

Hari ini hari minggu, Jungkook kebetulan berencena melewatkan waktunya seharian dengan Lisa. Tetapi dengan alasan palsu dan kebohongan yang terbata-bata, Lisa berhasil membuat Jungkook melepaskannya. Meskipun dahi Jungkook tampak berkerut curiga ketika Lisa berpamitan tadi pagi.

"Kalau begitu kenapa kau tak mau kuantar ? " kejar Jungkook tadi pagi ketika Lisa menolak tawarannya.

"Karena temanku ini mengenalmu sebagai bosku, nanti dia bisa mengetahui semuanya," jawab Lisa cepat-cepat.

Lelaki itu mengerutkan keningnya lagi, tidak puas, "Apakah dia salah satu pegawaiku ?"

"Bukan!" Lisa langsung menyela keras, karena setelah mengenal Jungkook lebih dekat, Lisa tahu, jika dia menjawab „iya', maka Jungkook pasti akan menyuruh salah satu staff personalianya untuk mengecek apakah benar ada karyawannya yang akan melahirkan, dan dia akan mendapati kalau Lisa berbohong. "Dia bukan pegawaimu, tapi dia banyak mengenal teman-teman kantor, dan dia tahu tentangmu, jadi kalau dia melihatmu dia bisa bertanya-tanya kepada yang lain...."

"Oke, kalau begitu di Rumah Sakit mana?"

Lisa kehilangan kata-kata, berusaha mencari jawaban,

"Eh.... aku tidak tahu di Rumah Sakit mana "

Dengan cepat Jungkook melangkah ke hadapan Lisa yang berusaha menghindari tatapannya, "Kau bilang akan menemani temanmu itu di Rumah sakit, bagaimana mungkin kau tidak tahu di mana rumah sakitnya??"

"A.... aku...." dengan gugup Lisa menelan ludah, "Aku akan menunggu di kost yang lama, suaminya akan menjemputku nanti," disyukurinya jawaban yang terlintas cepat di otaknya , Dia jarang berbohong, dan tidak pandai berbohong, sementara Jungkook terlihat seperti seorang detektif yang mencurigai tindakan kriminal yang dilakukan di belakangnya.

"Suaminya?" Jawaban itu sepertinya membuat Jungkook tidak senang karena ekspresi wajahnya semakin menggelap, " Kau membiarkan suaminya menjemputmu? kalian hanya berdua di jalan?"

Lisa merasa gugup, tapi kemudian dia merasa ingin tertawa mendengar perkataan Jungkook yang terasa aneh, "Jungkook," gumam Lisa jengkel, " Dia seorang suami, dan isterinya akan melahirkan anaknya, apa yang ada di dalam pikiranmu?"

Perkataan itu membuat pipi Jungkook merona, dan dia melangkah mundur, "Ah ya... maaf ," lalu lelaki itu menatap Lisa tajam, " Kau boleh pergi, tapi begitu sampai di rumah sakit itu kau harus menghubungiku."

"Ya," jawaban Lisa terlalu cepat,

Jungkook menatapnya makin curiga "Kau harus menghubungiku Oke?" "Oke," jawab Lisa terlalu cepat.

"Lisa..," suara Jungkook terdengar jengkel. "Oke, aku janji," jawab Lisa akhirnya.

"Dan sebelum jam delapan malam kau harus pulang."

"Baik Jungkook," Lisa berjanji meski tidak tahu apakah dia bisa menepatinya,

Dan sekarang, dengan sengaja Lisa mematikan ponselnya. Bagai- mAnapun kemarahan Jungkook nanti akan ditanggungnya, sekarang yang paling penting adalah Taehyung.

"Sudah waktunya," gumam suster Jieun, membuyarkan lamunan Lisa.

Dua perawat lain masuk ke ruangan dan mulai mempersiapkan mesin- mesin penunjang kehidupan untuk Taehyung. Lalu mulai mendorong tubuh Taehyung keluar ruangan. Lisa mengikuti di belakang, sampai Taehyung menghilang di pintu khusus ruang operasi.

Dengan lemah dia menoleh ke suster Jieun, "Berapa lama suster operasinya?"

Suster Jieun memeluk Lisa lembut, "Untuk operasi berat seperti ini, minimal 4jam Lisa."

4 jam... 5 jam... 6 jam...

Napas Lisa mulai terasa sesak, berkali kali dia melirik lampu di atas pintu ruang operasi. Tetapi tetap tidak ada gerakan di sana. Di setiap detik yang terlewatkan dengan begitu lambat, napas Lisa terasa makin lama makin sesak. Kenapa lama sekali?? Apa yang terjadi? Apakah para dokter mengalami kesulitan? Bagaimana kondisi Taehyung disana? Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk di dalam benak Lisa, membuatnya makin cemas dan ketakutan.

Suster Jieun sudah berkali-kali menengok keadaan Lisa di sela-sela tugas jaganya, membawakan Lisa segelas teh dan makanan kecil karena Lisa tidak mau makan.

"Makanlah dulu Lisa. Aku tidak mau kau pingsan nantinya," gumam suster Jieun sambil memijit lembut pundak Lisa.

Dengan lemah Lisa menggeleng, "Tidak bisa suster, aku terlalu cemas untuk makan,"

"Kalau begitu minumlah tehmu, kau sama sekali belum makan sejak tadi, setidaknya teh manis bisa memberikanmu sedikit tenaga"

Dengan patuh Lisa meneguk teh manisnya, lalu menatap ke pintu lagi dengan cemas, "Kenapa lama sekali suster operasinya?"

Suster Jieun menghela napas, "Aku tidak tahu Lisa, tapi Taehyung kan kasus khusus, para dokter harus benar-benar berhati-hati menangani- nya, mungkin itu yang memerlukan waktu lebih lama." Pandangan Lisa tetap tidak terlepas dari pintu ruang operasi.

Ketegangannya semakin meningkat, ketika lampu di atas pintu ruang operasi menyala, tanpa sadar dia terlompat dari tempatnya berdiri dan setengah berlari menyongsong dokter. Dokter itu tersenyum sebelum Lisa bertanya, dia mengenal Lisa, mengenal kegigihan gadis itu memperjuangkan kehidupan tunangannya. Dan tanpa sadar turut merasakan empati pada pasangan itu.

"Tidak apa-apa Lisa, Taehyung lelaki yang kuat, operasinya berhasil"

Tubuh Lisa langsung lunglai penuh rasa syukur hingga sang dokter harus menopangnya,

"Selamat Lisa, kamu berhasil... Kalian berdua berhasil "

"Pulanglah dulu Lisa, ini sudah hampir jam tiga pagi," suster Jieun yang masih setia menemani mengguncang pundak Lisa.

Dia kasihan melihat gadis itu tertidur kelelahan di samping ranjang Taehyung, begitu Taehyung keluar dari ruang pemulihan dan kembali ke kamar perawatan intensif, Lisa tak pernah beranjak dari sisi Taehyung, tidak makan, tidak minum. Hanya duduk disana mengenggam tangan Taehyung yang tidak terbalut infus, seolah olah akan ada keajaiban dimana Taehyung akhirnya sadarkan diri. Kasihan sekali kau nak, Suster Jieun menggumamkan rasa tersentuhnya dalam hati.

Lisa berusaha mengumpulkan kesadarannya, tanpa terasa tadi dia tertidur karena kelelahan.

"Kamu harus pulang Lisa, ingat, mungkin Jungkookkebingungan mencarimu."

Astaga! Astaga! Astaga! Ya Tuhan Lisa benar-benar lupa, Jungkook! Astaga, lelaki itu pasti akan mencarinya dan sekarang dia pasti sedang marah besar! Dengan gugup Lisa bangkit dari kursinya, sedikit gemetar membayangkan kemarahan Jungkook nantinya,

"Aku meminta supir rumah sakit mengantarmu pulang, jadi kamu tidak perlu naik taxi dini hari begini," suster Jieun berusaha meredakan kegugupan Lisa.

Dengan cepat Lisa mengecup tangan Taehyung yang masih ada dalam genggamannya, memeluk suster Jieun dan setengah berlari keluar.

A Romantic Story About LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang