10

5.2K 394 6
                                    

Lisa mengaduk-aduk supnya dengan pikiran menerawang, dia memikirkan Taehyung, kemarin sore dia meninggalkannya dan menitip- kannya pada suster Jieun, sore ini dia harus menjenguknya. Bagaimana kondisi Taehyung? dia habis mengalami serangan, bagaimana kalau dia mengalami serangan lagi?

Jungkook menatap Lisa dari seberang meja, apa yang dipikirkan gadis itu? Kenapa dia tampak begitu tidak bahagia? Bukankah dia baru saja mendapatkan uang dalam jumlah banyak yang bebas digunakannya melakukan apapun? Ataukah dia menyesal sudah menyerahkan diri padaku??? Pikiran buruk itu tiba-tiba menyergap otaknya. Dalam Kapasitas apa dia menyesali sudah menyerahkan diri padaku?

Jungkook menggertakkan giginya, seharusnya wanita ini Bangga, aku, Jeon Jungkook, orang yang sangat kaya dan berasal dari keturunan keluarga kaya terpandang di negaranya, yang bisa mendapatkan wanita manapun yang dia mau, bersedia menidurinya!

Jungkook memikirkan semua keputusannya semalam. Ternyata ini bukan obsesi mau pun kegilaan sesaat, ternyata bahkan setelah percintaan marathon mereka semalam dan tadi pagi, dirinya masih menginginkan Lisa. Amat sangat menginginkannya malahan.

Setelah hasratnya terpuaskan pada tubuh Lisa, bukannya semakin reda dia malahan makin ingin dan ingin lagi, gadis itu begitu polos tapi menggairahkan dan di dalam otaknya ini penuh dengan hasrat untuk mengajari gadis itu bagaimana cara memuaskannya.

Dengan kesal dia mengutuk pemikirannya itu, apakah aku sudah menjadi seorang maniak seks? Jungkook memikirkan jeda sejenak tadi, ketika dia menghubungi Suga pengacara kepercayaannya dan menyatakan niatnya serta minta dibuatkan draft surat perjanjiaannya. Suga adalah pengacara kepercayaannya sejak dulu, sekaligus sahabatnya. Lelaki korea ini telah menempuh pendidikan hukum di Jerman, dan di sanalah mereka berkenalan. Beberapa tahun kemudian, setelah Suga pulang ke korea, dia membangun karir menjadi pengacara yang hebat. Dan ketika Jungkook memutuskan memimpin cabang di korea, mereka bertemu lagi, lalu menjalin kerjasama kerja sekaligus persahabatan.

Jungkook tahu Suga tidak akan bertanya apapun yang tidak perlu tentang keputusannya. Lelaki itu sudah terbiasa dengan keputusan dan rencana-rencana bisnis Jungkook yang ekstrim. Tetapi saat Jungkook membicarakan hal tersebut, ada kecemasan dalam suara Suga, "Kau yakin? Ini memang surat jual beli, tapi ini ekstrin Jungkook, jual beli manusia, jual beli pelayanan seks. Kau bisa dibilang melanggar hukum malahan kalau suatu saat nanti terjadi masalah, apalagi mengingat kau warga negara asing."

Jungkook tersenyum, Lisa tidak akan berpikir sejauh itu, bukannya gadis itu bodoh, tapi dia terlalu polos, entah kenapa Jungkook percaya bahwa Lisa akan menepati janjinya. "Buat saja Suga, selanjutnya biar aku yang menanggung," gumamnya yakin.

Suga tidak mengatakan apa-apa lagi, tetapi Jungkook yakin lelaki itu menunggu sampai mereka bertatap muka baru dia akan mengajukan pertanyaan mendetail. Suga adalah lelaki yang sangat analisis, Jungkook menahan senyumnya. Pikirannya kembali ke masa sekarang, dan menatap Lisa yang seolah tidak selera makan, "Kenapa kau tidak memakan makanan-mu?" desis Jungkook, hanya sebuah desisan dan Lisa terlonjak kaget, apakah dia sebegitu menakutkannya bagi Lisa.

"Mr. Jungkook," Lisa menyebutkan nama Jungkook dengan pelan, di telinga Jungkook suaranya terdengar begitu merdu bagaikan ajakan bercinta. "Sesuai perjanjian kemarin, aku akan selalu ada kapanpun kamu membutuhkanku," pipi Lisa bersemu merah mengingat arti dari kata, "Aku.... bolehkah aku meminta waktu untuk diriku sendiri setiap harinya dari jam pulang kantor sampai jam sembilan malam?" suara Lisa terdengar tertelan dan takut-takut.

Jungkook mengerutkan keningnya, sebenarnya itu bukan masalah, Jungkook terbiasa bekerja sampai larut malam, biasanya jam sepuluh atau sebelas malam dia baru sampai di rumah, "Bukan masalah, aku selalu pulang larut malam," Jungkook berdehem, "tempat tinggalmu sekarang, apakah memperbolehkan lelaki masuk?"

Lisa mengernyitkan kening, "itu tempat kost perempuan satu kamar milik sebuah keluarga, tentu saja kau boleh masuk, ada ruang tamu yang disediakan."

"Ruang tamu?" Jungkook mengangkat alis penuh arti dengan tatapan sedemikian rupa.

"Oh," pipi Lisa bersemu dan tak berani menatap Jungkook ketika menyadari arti tatapannya.

"Aku tak mungkin bukan 'berkunjung' setiap malam ke tempatmu?" tatapannya tampak menahan senyum.

Dan Lisa menyadari kebenaran kata-kata Jungkook, tempat kostnya hanyalah sebuah kamar sederhana seadanya yang penting bisa tidur setiap malam. Bukan level Jungkook untuk berada di sana, Lisa melemparkan pandangan sekilas ke sekeliling ruangan.

"Aku tak mungkin membawamu setiap malam ke hotel, karena jam pulang kerjaku yang tak tentu, tidak mungkin pula menyuruhmu stand by di hotel setiap harinya," Jungkook merenung, "Tak mungkin juga membawamu tinggal di rumahku, kalau sampai ada orang yang tahu bisa berbahaya buatmu juga."

Dengan santai Jungkook menyesap kopinya, "Oke, nanti siang setelah bertemu dengan pengacaraku, kita cari apartemen di dekat kantor."

Lisa hampir menyemburkan teh yang disesapnya mendengarnya, lelaki ini bercanda? Apartemen? Di dekat kantor? Kantor mereka berada di kompleks perkantoran dan bisnis yang mewah, apartment pun pasti juga kelas atas dan mahal, bagaimana lelaki itu bisa mengatakan tentang mencari apartemen semudah itu?

Jungkook sepertinya mengetahui pemikiran Lisa, "Lebih mudah bagiku Lisa, aku biasanya capek dan bertemperamen buruk setelah bekerja, aku tak mau repot-repot menjemput atau tetek bengek reservasi hotel jika malam-malam tiba-tiba aku menginginkan bersamamu." Jungkook tersenyum, "apartemen akan memudahkan kita, bukan berarti aku akan mengunjungimu setiap malam," tambahnya cepat.

Lisa mengangguk gugup, yah, dia kan hanya makhluk yang sudah dibeli, dia hanya bisa menuruti apapun kemauan Jungkook.

Setelah menghabiskan kopinya Jungkook melirik jam tangannya, "Well, pengacaraku pasti sudah menunggu di bawah, enjoy your time, aku akan menemuinya sebentar," dengan santai lelaki itu berdiri, lalu tanpa diduga-duga menarik Lisa berdiri, mendorongnya ke tembok lalu menciumnya dengan penuh gairah, lama dan hangat dengan teknik yang sangat ahli, sehingga ketika dia melepas ciumannya. Lisa hampir tak bisa berdiri membuat Jungkook musti menahan tubuhnya, dengan lembut lelaki itu mendudukkan Lisa di kursi.

"Sebenarnya sudah sejak tadi aku ingin melakukan itu," gumamnya dalam senyum puas sebelum pergi meninggalkan Lisa.

A Romantic Story About LalisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang