16

634 75 8
                                    

Umji memasuki rumahnya dengan langkah lesu, tatapan kosong dan tentunya penampilan yang berantakan. Baju serba hitam itu masih melekat erat pada tubuh mungil Umji. Ya, Hari ini adalah hari ibu Umji dimakamkan. Hal inilah yang membuat langkah Umji begitu lesu.

Langkah Umji tiba-tiba terhenti saat melihat apa yang ada di hadapannya. Ada begitu banyak makanan yang ada di sana, di dindingnya terlihat beberapa balon dan hiasan. Di atas meja juga terdapat kue yang sangat besar. Ia lalu teringat perkataan ibunya yang akan menyiapkan kejutan untuknya.

Umji lalu melangkahkan kakinya mendekat kearah meja itu, tangannya kemudian bergerak  mengambil sebuah kartu ucapan berwarna merah muda yang berada tepat di samping kue yang ada di atas meja.

'Saenghil cukhae Umji-ya!'

Tangan Umji bergetar, matanya terpejam saat membaca isi kartu itu.

"Eomma," gumamnya.

Tak lama kemudian, Ayah Umji datang dari arah belakang dan hendak mengumpul semua yang ada di atas meja.

"Apa yang appa lakukakan?" Tanya Umji dengan nada datar.

"Ini semua akan basi, jadi appa akan membuangnya," ucap ayah Umji sambil terus mengumpulkan makanan yang ada di atas meja.

"Appa!" Panggil Umji masih dengan nada yang sama.

Ayah Umji tiba tiba menghentikan gerakannya saat mendengar panggilan dari putrinya itu.

"Eomma memberikan semua ini untukku, jadi semua ini bisa di buang jika ada persetujuan dariku," Umji menatap ayahnya dengan tatapan datar. " jadi appa tak boleh menyentuhnya," ucapnya lagi.

"Umji-ya! Ini semua akan basi,"

"Ini belum basi, eomma baru membuatnya semalam. Bagaimana bisa ini basi?" Tanya Umji.

"Umji-ya! Appa tau kau begitu terpukul dengan kepergian eomma, karena Appa juga begitu, jadi-"

"Apa? Appa juga begitu terpukul? Sejak kapan Appa perduli pada Eomma?" Umji menatap ayahnya dengan tatapan tak percaya.

"Umji-ya!"

"Apa? Bukannya Appa memang tak perduli pada Eomma? Appa hanya perduli pada wanita jalang Appa itu" ucap Umji dengan nada kesal.

"Jaga bicaramu yewoon," suara ayah Umji mulai meninggi.

Melihat reaksi ayahnya, membuat Umji mengeluarkan smirk andalannya.

"Di saat saat seperti ini Appa masih membelanya?" Tanya Umji tak percaya. "Bahkan setelah eomma meninggal, Appa masih membela wanita jalang itu?"

"KIM YEWOON!!" Teriak ayah Umji.

"APA?" jawan Umji tak kalah berteriak.

"Dia bukan jalang,"

"DIA MEMANG JALANG" ucap Umji sambil berteriak dengan penuh penekanan, " DIA JALANG YANG TELAH MEMBUNUH IBUKU," Umji kembali berteriak di hadapan ayahnya yang membuat tangan kanan ayahnya bergerak kearah pipi kiri Umji.

Umji terdiam beberapa saat dalam posisinya. Ia kembali mengeluarkan smirk miliknya.

"Apa Appa ingat kapan terakhir kali Appa menamparku?" Tanya Umji sambil menatap ayahnya. "Itu saat Eomma masih ada,"

"U-umji ya!! Appa mian-"

"Gwaencanha Appa, bukankah aku dan Eomma memang sudah tak berharga lagi bagi Appa?" Suara Umji mulai bergetar, matanya juga mulai berkaca kaca. "Aku memang tau itu. Tapi Appa perlu tau jika Eomma sangat menyayangi Appa,"

Not a Bad Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang