33

423 53 29
                                    

Jungkook berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Hari ini memang cerah tapi entah mengapa ia merasakan hal aneh karena orang-orang terus menatapnya hingga ia berhasil memasuki kelasnya.

Setelah meletakkan tasnya dan duduk dibangkunya, ia kembali menatap teman-teman sekelasnya yang terus menatapnya dengan tatapan aneh. Sebuah notifikasi masuk di handphone Jungkook membuatnya mengerti kenapa teman-temannya menatap dirinya seperti itu. Ia tersenyum pahit saat melihat berita yang sudah tersebar luas disekolahnya itu.

"Jungkook anak dari seorang jalang"

Begitu kalimat pertama yang berhasil ia baca dari berita itu.

"Yak!" Junhyuk yang merupakan teman sekelas Jungkook tiba-tiba mendekatinya. "Apa berita itu benar?" Tanyanya dengan nada yang Jungkook tak suka.

"Eoh!" Jungkook membenarkan berita itu membuat orang yang mendengarnya terkejut. "Tapi dia sudah berhenti setelah mengandungku,"

Mendengar ucapan Jungkook membuat Junhyuk tertawa. "Entah ibumu sudah berhenti atau tidak, dia tetaplah jalang," 

Jungkook mengepalkan tangannya berusaha menahan emosinya.

Junhyuk kemudian mendekatkan wajahnya kearah Jungkook yang terlihat menahan amarah itu. "Yak! Tanyakan pada ibumu, apakah ia ingin tidur denganku?" Jungkook menatap tajam kearah pria itu.

"Aku akan membayar mahal," ucapan Junhyuk itu dihadiahi pukulan keras diwajahnya.

Junhyuk terpental hingga membuat meja yang ada disana berantakan, Jungkook menarik kerah bajunya dan kembali menghujami pria itu dengan pukulannya yang membuat sudut bibir Junhyuk berdarah. Jungkook kemudian menarik pria itu dan menghempaskannya kearah loker yang membuat Junhyuk meringis.

Baru saja Jungkook ingin memukul pria itu lagi, tiba-tiba ia tersadar dan melihat sekelilingnya yang menatapnya dengan tatapan aneh. Akhirnya ia menghentikan aksinya dan memutuskan meninggalkan tempat itu.

.
.
.

Umji terkejut saat melihat isi ponsel Sinbi, ia kemudian berlari meninggalkan Sinbi yang masih terlihat panik. Gadis itu terus berlari dengan perasaan khawatir yang terus menghantui dirinya. Matanya terus bergerak menelusuri setiap sudut sekolahnya dengan harapan bisa menemukan orang yang ia cari.

"Yak! Kau mau kemana?" Sanha tiba-tiba menghentikan langkah Umji yang membuat gadis itu terkejut.

"Jangan halangi aku!" Umji menepis tangan Sanha namun pria itu kembali menahannya.

"Kelas akan di mulai sebentar lagi, kau mau kemana?"

"Lepaskan aku!" Pinta Umji namun Sanha sama sekali tak mendengarkan, ia terus mempererat genggamannya.

"Tak usah pedulikan dia! Dia tak akan bunuh diri hanya karena berita seperti itu," ucap Sanha yang membuat Umji mengerutkan keningnya.

"Neo michosseo?" Umji menatap Sanha tak percaya.
(Apa kau gila?)

"Lagi pula kenapa kau harus peduli padanya? Kau kan benci padanya,"

"Bukan urusanmu!" Umji kembali menarik tangannya dan kali ini berhasil terlepas.

"Kau akan tetap datang padanya?" Umji mengurungkan niatnya untuk pergi saat mendengar ucapan pria itu.

"Eoh!" Jawab Umji dengan mantap.

"Bagaimana jika aku mengatakan aku akan membencimu jika kau memilih datang kepadanya,"

Umji menatap Sanha dan mengatakan, "Kau tak bisa membenciku," ucapnya sebelum pergi meninggalkan Sanha disana.

Not a Bad Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang