30

478 49 10
                                    

Setelah asik berbincang bersama Sanha dan juga Sinbi selama perjalanan mereka dari kantin menuju kelas masing-masing, tiba-tiba Umji merasa sakit di bagian perutnya, ia segera ke toilet untuk menuntaskan masalahnya itu. Setelah ia selesai, Umji mencuci tangannya untuk menjaga kebersihan dirinya.

"Eotte?" Ucap seseorang yang tiba-tiba sudah berada di samping Umji.
(Bagaimana?)

Umji menghentikan kegiatan mencuci tangannya lalu mengerutkan keningnya karna tak mengerti maksud dari orang itu. Umji memandang gadis yang berada di sampingnya itu dengan tatapan datar melalui pantulan cermin besar yang berada di hadapannya.

"Ckk... gadis gila," gumamnya lalu melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.

"Bagaimana rasanya? Kau pasti merasa kau sudah hidup dengan tenang kan?" Tzuyu mengikuti kegiatan mencuci tangan Umji dan memandang Umji melalui pantulan cermin.

Umji tersenyum miring lalu kembali menatap Tzuyu. "Entahlah. Hidupku bahkan terasa kosong tanpa rencana murahan mu itu,"

Mendengar perkataan Umji Tzuyu hanya tertawa kecil sambil memandang gadis itu.
"Aku punya rencana besar agar kau tunduk padaku,"

Umji kembali tersenyum miring mendengar perkataan Tzuyu. Umji kemudian menyelesaikan kegiatannya lalu mengelap tangannya dengan menggunakan tisu.

"Kau pikir rencanamu itu akan berhasil?" Umji menghadapkan tubuhnya ke arah gadis yang sedari tadi membuatnya tak senang itu. "Lakukan semuanya sesuka hatimu, aku akan sangat menantikan rencana gila dari gadis gila sepertimu,"

Tzuyu menghadapkan tubuhnya kearah Umji yang sedari tadi  sudah menatapnya tak suka itu.

"Kau pikir dengan wajah polosmu itu semua orang akan percaya padamu?" Ucap Umji saat Tzuyu baru akan membuka mulutnya.

"Lalu apa kau pikir orang akan percaya pada gadis berandalan sepertimu?" Timpal Tzuyu.

"Kebenaran akan selalu menang,"

"Pfftt..." Tzuyu tertawa sinis kala mendengar perkataan Umji itu, "Yak! Di zaman sekarang kebaikan hanya akan di buang dan tak diperdulikan,"

"Benarkah?" Tanya Umji dengan nada sinis. "Kalau begitu kita lihat saja nanti," Umji berniat menyentuh bahu kanan Tzuyu namun tangannya tiba-tiba terhenti. "Sebenarnya aku ingin menyemangatimu, tapi setelah ku ingat-ingat sekarang sedang banyak virus, kita harus menjaga jarak dengan orang lain terutama dengan gadis gila sepertimu," Umji tersenyum miring lalu meninggalkan Tzuyu yang terlihat menahan emosinya.

.
.
.

"Mau makan tteokboki hari ini?" Tanya Sinbi saat seluruh jam pelajaran mereka berakhir.

"Sepertinya aku tak bisa, aku harus ke suatu tempat hari ini," tolak Umji sambil memperlihatkan ekspresi imutnya.

"Ah, sudah waktunya kau mengunjunginya?" Umji mengangguk menjawab pertanyaan Sinbi itu. "Kalau begitu, sampaikan salamku padanya,"

Umji mengangguk lalu membereskan barang-barangnya lalu pergi meninggalkan Sinbi menuju suatu tempat untuk menemui seseorang yang sangat ia sayangi, walaupun raga mereka tidak akan bertemu nantinya.

Sebelum ke tempat istimewa itu, Umji menyempatkan diri untuk membeli sebuket bunga krisan  berwarna putih yang akan ia berikan kepada seseorang yang sangat ia sayangi itu.

Baru saja Umji memasuki tempat yang menyimpan abu milik ibunya itu, langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat ayah nya tengah berdiri di depan kaca tempat abu milik Ibu Umji di simpan. Umji mengamati aktifitas ayahnya yang hanya berjarak beberapa langkah itu. Ayahnya terlihat tidak melakukan apa-apa. Pria itu hanya memandang kaca yang berada di hadapannya sambil memegang setangkai bunga krisan berwarna putih yang di bungkus dengan sangat cantik.

Not a Bad Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang