18

746 80 13
                                    

Umji menghentikan langkahnya dan memandangi gedung besar yang ada di hadapannya itu dengan ragu. Umji lalu menarik nafas dan mengehembuskannya secara perlahan.

Ya, Umji kembali setelah seminggu tak datang ketempat ini. Setelah acara meliburkan dirinya selesai, kini ia kembali dengan sedikit perubahan. Ya, hanya sedikit. Tidak, bahkan sangat sedikit. Sekali lagi hanya sedikit. Perubahan itu hanya  terdapat pada satu kancing bajunya. Ya, dari semua kancing bajunya, hanya satu yang ia kancing. Ke-ter-sedikitan yang nyata bukan?. Rambutnya masih terurai dan penampilan yang sedikit berantakan, masih melekat pada dirinya.

"Aku bisa melakukannya. Ya, aku pasti bisa melakukan ini," gumam Umji sambil berusaha meyakinkan dirinya.

Baru saja Umji hendak melangkahkan kakinya, tiba tiba ia kembali ragu dan memutar arah tujuannya.

"Eodiga?" Tanya Sinbi tiba tiba yang membuat Umji terlonjak dari tempatnya.
(Mau pergi kemana?)

"Auh... aku? Aku hanya,"

Sinbi menatap Umji sambil menunggu jawaban dari gadis itu. Mata Umji berkedip beberapa kali, ia juga menggerakan bola matanya ke segala arah yang membuat Sinbi semakin mempertajam tatapannya.

"Ah, aku tadi ingin mengambil permen yang jatuh. Ah, mana permen itu? Sepertinya sudah tertiup angin," ucap Umji mencoba mencari alasan.

"Ah... permen?" Tanya Sinbi yang dijawab dengan anggukkan ragu dari Umji. "PERMEN DENGKULMU!!" ucap Sinbi lagi sambil memukul lengan Umji yang membuat gadis itu meringis. "Kau pikir aku bodoh? Yak! Dari dulu kau itu tak pernah bisa berbohong padaku,"

"Yak!! Nan jinjjaro!!" Umji mulai menaikan nadanya tanda ia mulai kesal.
(Hei! Aku bersungguh sungguh)

"Keojimal hajimara!!" Sinbi lalu menarik leher Umji dan menguncinya di lengannya.
(Jangan bohong)

"Na keojimal anya!!" Teriak Umji saat Sinbi mulai menariknya.
(Aku tidak berbohong)

.
.
.

Sinbi terus menarik Umji hingga ke kelas dengan posisi yang sama. Dan selama itulah Umji terus meronta agar Sinbi mau melepaskan tangannya dari leher Umji.

"Yak! Sudah kubilang sakit!!" Teriak Umji yang akhirnya bisa melepaskan lehernya dari cengkraman wanita monster seperti Sinbi.

Ia lalu melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas. Namun langkahnya harus terhenti karena berhadapan dengan pria yang harus dihindarinya. Pria itu menatap Umji sambil tersenyum hingga memperlihatkan gigi kelinci miliknya.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Jungkook ragu ragu.

Setelah membalas tatapan Jungkook cukup lama, akhirnya Umji memutuskan untuk membuang pandangannya kearah lain dan melanjutkan langkahnya untuk duduk di bangku miliknya.

Merasa di abaikan, Jungkook hanya bisa tersenyum pahit. Ia lalu kembali menatap Umji yang masih membuang muka darinya.

.
.
.

Saat jam pelajaran selesai, Umji dan Sinbi hendak menuju kantin. Namun saat perjalanan kesana, Umji tiba tiba dihadang oleh beberapa pria.

"Wah! Berani juga kau datang kesekolah," ucap salah seorang pria.

Umji menatap pria itu lalu tersenyum miring.

"Yak Taewoo-ssi! Kenapa aku harus takut datang di sekolah milik ayahku?" Tanya Umji dengan nada meremehkan.

"Kau ternyata masih bisa sombong, bahkan setelah ibumu meninggal?" Ucap Taewoo yang membuat Umji merubah ekspresi wajahnya.

"Yak! Kau ingin membangunkan singa yang tidur?" Tanya Umji sambil menatap tajam pria itu.

Not a Bad Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang