Tiga orang yang berjalan tanpa arah kini nampak mulai kehilangan arah serta jati diri mereka. Tidak! Ralat. Sebenarnya hanya Umji dan SinB yang berjalan tanpa mengetahui kemana mereka akan pergi, karena sedari tadi mereka hanya mengikuti langkah pria bergigi kelinci yang berjalan mendahului mereka.
"Yak! Ahjussi kemana kau akan membawa kami eoh?" Tanya SinB setengah berteriak.
"Kau diam saja!" Jawab Jungkook dengan ketus.
Jawaban Jungkook itu tentu membuat SinB menaikkan sudut bibirnya, sementara Umji tengah asyik menertawakannya.
"Sudah sampai!" Jungkook memberhentikan langkahnya di lahan bermain yang terletak di dataran tinggi sehingga mereka dapat melihat indahnya lampu-lampu rumah yang menyala di malam hari dari tempat itu.
"Waaahh!" Pekik Umji tak bisa menahan ekspresi kagumnya.
SinB membiarkan dua insan itu menikmati keindahan tempat itu. Ia melangkahkan kakinya mendekat kearah ayunan yang terletak tak jauh dari tempat Jungkook dan Umji berdiri.
Jungkook tersenyum melihat Umji tersenyum sambil menikmati pemandangan yang ada dihadapannya. Akhirnya Jungkook bisa melihat Umji tersenyum kali ini. Sungguh anugrah tuhan yang indah, bagi Jungkook.
"Aku biasanya kesini jika aku sedang ada masalah. Tempat ini rasanya menyerap semua rasa sedih dan gundaku," Jungkook menatap mata indah Umji yang kini sedang menatapnya. Jantung Jungkook sudah berdegup sangat kencang, namun tak sampai membuatnya kehilangan nyawanya.
Bibir Jungkook seakan ingin mengatakan sesuatu, namun hatinya menolak dan menyuruhnya untuk diam sambil memandang anugrah tuhan yang terpampang jelas di depan matanya.
Untuk beberapa saat mereka hanya diam saling menatap. Umji juga enggan merusak suasana yang dari dulu ingin ia rasakan ini. Menatap mata pria yang telah membuat hari harinya berwarna itu seakan melepas semua kesedihannya. Entah bagaiman dan mengapa, ia menyukai pria ini. Bahkan hingga saat inipun, rasa sukanya masih sama. Hal ini terbukti dengan detak jantung Umji yang berdetak kencang. Saat ini, ia hanya bisa berdoa semoga saja Jungkook tak mendengar detak jantungnya yang terdengar seperti beat pada lagu Mic Drop ini.
"YAK! APA KALIAN SEDANG MEMPERHATIKAN BULU HIDUNG? SAMPAI KAPAN KALIAN AKAN SALING BERTATAPAN? AKU MULAI BOSAN DENGAN ADEGAN INI!!!" Teriak SinB yang tentu sangat merusak suasana itu. Dan entah kapan dan dari mana, ia sudah memegang makanan ringan yang bahkan saat ini sedang ia nikmati sambil menonton drama yang sedang terjadi secara nyata di depan matanya.
Terkutuk lah SinB menjadi bulu hidung. Dengan gamblang ia merusak susana romantis itu. Jangan tanya bagaimana perasaan Umji dan Jungkook saat ini. Tentu mereka sedang kesal.
"Sudah kubilang untuk tidak membawa manusia aneh itu!" Gumam Jungkook.
"Aku juga menyesal membawanya,"
Jungkook menutup matanya dan mencoba menetralisir otaknya agar kembali ke adegan romatisnya kali ini.
"AAKKKKKHHHHHHH...." Teriak Jungkook tiba-tiba mengagetkan Umji dan SinB.
SinB bahkan hampir saja melempar cemilannya karena terkejut.
"Umji-ya! Cobalah! Aku biasanya berteriak seperti itu jika sedang kesal," Jungkook tersenyum menatap Umji yang nampaknya masih terkejut itu.
"AAAKKKKKHHHHHHH....." Teriak Umji.
"Bagaimana?" Tanya Jungkook sambil tersenyum lebar.
"Hmm... tenggorokanku sakit," ucap Umji sambil memegang lehernya..
"HHAAAAHAHAHAHAHA," Jawaban Umji itu sontak membuat SinB tertawa terbahak-bahak sampai terjatuh dari ayunan. "Yak! Jungkook-ah! Itu lucu sekali hahahahaha,"
"Jika kau tertawa lagi, aku akan melemparmu dari atas sini," ucap Jungkook mengancam yang membuat SinB menutup mulutnya, namun tetap saja ia tak bisa berhenti tertawa.
Ingin rasanya Jungkook melempar SinB pergi jauh dari sini agar ia tidak terus terusan mengacau seperti ini. Melihat ekspresi Jungkook, Umji hanya bisa tersenyum gemas.
"Gomawo!" Ucap Umji tiba-tiba yang membuat Jungkook menatapnya. "Aku sudah merasa lebih baik kali ini,"
Mendengar perkataan Umji, membuat Jungkook tak bisa menahan senyumnya.
"Dan terima kasih telah menemaniku melewati hari-hari yang berat serta menghiburku seperti ini,"
"Sama-sama. Aku akan selalu melakukannya untukmu!" Ucap Jungkook sambil terus menatap manik mata Umji.
Entah keberanian dari mana, tangan Jungkook mulai bergerak memegang pipi Umji. Mengelusnya pelan dengan ibu jarinya. Tak lama, tangannya mulai merambah ke tengkuk Umji dan mendorongnya agar lebih dekat dengan wajahnya. Umji yang mulai gugup, hanya bisa menutup matanya. Jungkook semakin memperpendek jarak diantara mereka, membuatnya bisa merasakan nafas Umji menerpa kulitnya.
Tepat sedetik sebelum mereka berciuman, sebuah benda dari langit jatuh, tidak! Sebenarnya itu hanyalah botol minuman yang dilempar SinB yang dengan tepat mengenai kepala Jungkook.
"YAK!!!" Pekik SinB sambil menghampiri mereka. "Bisa-bisanya kau melakukan itu pada Umji kecilku. Dia ini belum dewasa. Kan?" Tanya SinB pada Umji yang sudah menatapnya seperti akan memakannya.
"Ayo kita pulang sekarang!" SinB menarik tangan Umji pergi begitu saja meninggalkan Jungkook.
"AAAKKHHHHH!!!" Teriak Jungkook frustasi. "Tadi itu aku hampir saja..." kesalnya sambil memperagakan ia yang hampir mencium Umji kalau saja anak setan itu tak mengacaukannya. "AAKKHHHH..." Teriaknya lagi yang dihadiahi lemparan sandal oleh seseorang.
Jungkook menatap heran kearah sendal itu, dari mana datangnya dan dari siapa? Apakah ini sendal cinderalla? Jawabannya tidak. Karena sendal itu berasal dari seorang pria paruh baya yang terganggu dengan teriakan keras Jungkook.
"Yak anak sialan! Bisakah kau diam?" Pekik pria paruh baya sambil memegang pipinya, sepertinya ia sedang sakit gigi.
Tanpa pikir panjang, Jungkook segera berlari menyelamatkan diri. Entah mengapa, hari ini hidupnya terasa sangat sial.
.
.
.Setelah mengantar SinB pulang, Umji bergegas menuju rumah seseorang yang saat ini dirindukannya yaitu sahabat yang sudah bersamanya lebih lama namun sempat membuatnya kecewa.
Umji menerobos masuk kedalan rumah Sanha. Jujur saja, ia khawatir pada pria itu. Sanha hanya tinggal sendirian dan sudah tiga hari ia tak masuk sekolah. Apa yang dia lakukan sungguh tak bisa membuat Umji tenang. Setelah berada depan kamar Sanha, Umji membuka pintu dengan perlahan agar tak mengusik pemilik kamar. Setelah ia berhasil membuka pintu itu, maka terpampanglah kamar yang berantakan dan gelap, hanya cahaya bulan yang berhasil masuk dari jendela yang mampu menerangi kamar pria itu.
"Sanha-ya!" Panggil Umji pelan sambil mengedarkan pandangannya keseluruh sudut ruangan.
Umji melangkahkan kakinya masuk dengan perlahan. Hatinya mulai gusar. Tak perduli sejauh mana Umji memandang kamar itu, Umji tak menemukan Sanha.
"SANHA-YA!!" Teriak Umji yang mulai berlari menghampiri setiap ruangan yang ada dirumah Sanha itu.
Saat Umji memasuki dapur, langkahnya tiba-tiba terhenti, matanya seperti akan keluar dari tempatnya. Jantung bahkan terasa seperti berhenti untuk sesaat.
APA? APA YANG TERJADI?
MARI KITA BACA DI PART TERAKHIR YANG DI UPDATE MINGGU DEPAN
.
.
.MINGGU DEPAN PART TERAKHIR NIH GUYSS.... GIMANA PERASAANNYA? KALAU AKU SIH.... SSEEEDDIIHHHHHHH BUAANNGEETTT😭😭
ETSSSS... TAPI JANGAN SEDIH DULU, KARENA BAKAL ADA CERITA BARU NIHHHH... CASTNYA????? BOLEH REQUEST DEH...
GENRENYA??? ADA COMEDY+HORROR+ACTION+PSIKOPAT+ROMANTIC
GIMANA? MAUU TIDAAKK?KOMEN DIBAWAH YAHH❤👍
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Bad Girl [End]
Teen FictionJUDULNYA DI GANTI YGY HEHE TAHAP REVISI PERHATIAN!!!!!!!! DILARANG MEMBAYANGKAN UMJI YANG ASLINYA IMUT NYA KAYAK SAYA. BAYANGKAN SAJA UMJI SEPERTI YANG DI COVER OK? CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA, JADI KALAU ADA KESAMAAN DALAM UNSUR APA SAJA...