Umji membaringkan tubuh Ibunya dengan perlahan di kasur empuk miliknya.
"Untuk sementara, eomma tidur di sini, aku akan tidur di kamar tamu,"
"Kita bisa tidur disini bersama Umji-ya,"
"Tidak Eomma. Ranjangku tidak cukup besar untuk kita berdua. Eomma tak perlu khawatir! Aku bisa tidur di kamar tamu,"
Ibu Umji tersenyum menatap putri tunggalnya itu. Ibu Umji lalu mengusap pipi kanan Umji dengan perlahan. Umji sempat meringis saat tangan Ibunya tiba-tiba menyentuh pipinya.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Ibunya khawatir.
"Aku baik-baik saja. Tak perlu khawatir!" Umji menekan tangan Ibunya di pipi kanannya untuk meyakinkan Ibunya jika ia baik baik saja.
Namun meski begitu tak dapat di pungkiri jika Umji sedang menahan sakit di pipi kanannya itu.
"Lebih baik eomma istirahat. Aku akan keluar sebentar,"
"Mianhae.." lirih Ibu Umji.
Umji hanya tersenyum menatap Ibunya. Kemudian meninggalkan Ibunya.
.
.
.Umji melangkahkan kakinya menyusuri trotoar. Pandangannya kosong dan tak tau harus kemana. Mulutnya terus mengeluarkan uap karena kedinginan. Di malam yang dingin itu Umji hanya menggunakan kaos panjang dan celana jeans. namun tetap saja, pakaiannya itu tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya.
Langkahnya tiba tiba terhenti saat berpapasan dengan orang yang sangat ingin ia hindari di dunia ini. Umji menatap pria yang juga sedang menatapnya itu dengan tatapan datar. Cukup lama mereka bertatapan, sampai akhirnya Umji memutuskan untuk melanjutkan langkahnya.
Bukannya Umji tak ingin bertatapan dengan orang itu. Hanya saja ia takut jika semakin tenggelam dalam rasa yang membuatnya tak bisa kembali lagi. Bukan hanya itu, gadis itu hanya tak ingin jika nantinya ia akan membenci rasa ini.
Namun baru beberapa langkah, tangannya sudah di cegat oleh seseorang yang membuatnya takut itu.
"Kau mau kemana?" Tanya pria itu.
"Bukan urusanmu!" Umji menepis tangan pria itu dengan kasar.
"Yak! Kau mau kemana di tengah malam seperti ini? Aku akan mengantarmu pulang," pria itu lagi-lagi menarik tangan Umji.
"Sudah ku bilang bukan urusanmu! Apa kau tuli?" Tanya Umji dengan nada kesal.
Pria itu tak memperdulikan kata-kata Umji, ia hanya terus menarik tangan gadis itu. Namun Umji terus menolak dengan berusaha memberontak.
"Wae?" Tanya Umji saat berhasil menarik tangannya.
(Kenapa?)"Mwo?" Tanya pria itu tak mengerti.
(Apa?)"Kau menyuruhku ikut denganmu dan kemudian kau akan memaksa ku untuk meminta maaf pada gadis gila itu lagi?"
"Aku hanya ingin mengantarmu pulang, tak baik bagi gadis sepertimu berkeliaran di tengah malam seperti ini,"
Mendengar perkataan pria itu, Umji malah tersenyum kecut.
"Yak Jungkook-si! Sejak kapan kau perduli padaku?"
"Yak! Apa maksudmu?"
"Apa maksudku? Bukannya kau memang tak perduli padaku? Kau hanya perduli dengan gadis gila itu," ucap Umji dengan nada sedikit kesal. " lagi pula apa hak ku untuk memintamu perduli," Umji lalu tersenyum kecut.
"Aku... tak mengerti maksudmu," ucap Jungkook tak mengerti dengan semua perkataan Umji.
Umji menatap pria itu sebentar lalu menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not a Bad Girl [End]
Teen FictionJUDULNYA DI GANTI YGY HEHE TAHAP REVISI PERHATIAN!!!!!!!! DILARANG MEMBAYANGKAN UMJI YANG ASLINYA IMUT NYA KAYAK SAYA. BAYANGKAN SAJA UMJI SEPERTI YANG DI COVER OK? CERITA INI MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA, JADI KALAU ADA KESAMAAN DALAM UNSUR APA SAJA...