14

701 81 3
                                    

Sinbi berlari ke arah kantin dengan terengah engah. Saat sampai di sana, ia langsung memasuki kerumunan yang ada di sana.

Ya. saat mendengar Umji sedang terlibat dalam keributan, Sinbi segera berlari ke arah kantin. Bukan karena penasaran, hanya saja ia takut jika Umji berbuat sesuatu di luar dugaannya.

"Yak!! Hentikan!" Sinbi menarik lengan Umji dengan kasar.

"APA?" Tanya Umji tak kalah kasar.

Mata Umji kini memancarkan aura kemarahan hingga Sinbi sendiri sempat takut melihatnya.

"Tolong hentikan! Atau kau akan dalam masalah," ucap Sinbi lagi dengan ekspresi khawatir.

"Dia yang memulainya," Umji menunjuk ke arah gadis pirang yang tampilannya sudah berantakan.

"Aku?" Elak gadis itu tak terima.

Umji menatap gadis itu lalu melangkah mendekat, namun gadis itu terus memundurkan langkahnya.

"Jika kau tak mengabaikan peringatanku, kau tak akan berakhir seperti ini," ucap Umji dengan penuh penekanan.

Gadis pirang itu terlihat menunduk, ia takut jika harus bertatapan dengan mata Umji.

"SEKARANG KALIAN LIHAT?" teriak Umji pada kerumunan yang ada di sana. "Ini lah akibat bila mengabaikan peringatan ku,"

"Yak! Hentikan eoh," pinta Sinbi lagi.

Sinbi mulai risau, karena dari kejauhan ia bisa melihat guru-guru berlari kearah mereka.

"Yak! Kalian berdua, ikut aku!" Titah seorang guru.

Umji menatap kerumunan sebentar, lalu berlalu meninggalkan kerumunan itu.

.
.
.

"Apa kalian tau apa yang kalian perbuat?" Bentak seorang guru pada Umji dan gadis pirang itu.

"Apa yang ku lakukan itu salah?" Tanya Umji dengan santainya.

"Apa?"

"Aku hanya membela diriku," ucapnya lagi.

"YAK!"

"Ssaem! Dunia ini sangat kejam. Jadi kita harus siap melawan jika diri kita di usik oleh orang lain," ucap Umji sambil menatap gadis pirang yang ada di samping kanannya itu.

Guru tersebut menarik nafasnya dan membuangnya secara kasar.

"Kau lihat apa yang kau lakukan pada temanmu? Lihat betapa berantakannya dia sekarang!"

Mendengar perkataan guru itu Umji langsung tertawa.

"Ssaem! Apa kau lihat luka ini?" Umji menunjuk sudut bibirnya yang terluka. "Dia melemparku dengan nampan makan siangnya. Apa itu bisa di biarkan?" Tanyanya lagi. "Dan lagi pula, apa kau melihat ada luka di tubuh atau wajahnya? Eopseo,"
(Tidak ada)

Guru itu terdiam mendengar perkataan Umji.

"Tunggu dulu! Apa kau membelanya karena dia anak kepala sekolah di sini?" Tanya Umji.

Guru itu diam tak menjawab, ia malah memalingkan wajahnya dari umji. Melihat reaksi itu Umji malah tertawa.

"Sudah kuduga," gumamnya. "Ssaem! Apa kau tau aku bisa memecat mu bahkan ayah nya dari sekolah ini?" Tanya Umji sambil menunjuk ke arah gadis pirang itu.

Guru itu mengerutkan keningnya mendengar perkataan Umji. Namun belum sempat ia mengolah perkataan Umji, kepala sekolah tiba tiba datang memasuki ruangan tempat mereka berada.

Kepala sekolah terlihat berlari kearah anaknya dan menarik anaknya dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan padanya?" Tanya kepala sekolah pada anaknya.

Not a Bad Girl [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang