78 | Hidden

792 77 1
                                    

78 | Hidden

×××

Sebenarnya, gue post ini karena gue sedikit takut wkkwkw takut karena gue akan membahas sdkit tentang kantor gue. Takut banget ketawan dan takut nanti ada apa-apa.

Tapi, menurut gue di balik cerita ini bener2 ada ilmunya wkwk. Jadi, kita mulai aja.

Begini gais, setelah nyaris 2 bulan magang, gue akhirnya melihat kejadian perusahaan secara langsung. Jadi tau plus minus perusahaannya.

Sebenarnya, bulan ini udah ada 4 pegawai yang resign. Dan gue cukup dekat dengan salah satu pegawainya.

Jadi 2 orang mengundurkan diri dan 2 lainnya ketahuan punya bisnis lain di luar, makanya mereka di "cut"

Gue di sini akan membahas yang dicut wkwkw dan mungkin cerita ini agak panjang. Maap ya :)

Dari sisi Atasan

Gue bahas dulu dari sisi atasannya ya. Jadi atasannya ini merasa kalau pegawainya itu mengkhianati dia. Dan seharusnya pegawainya itu loyal.

Dari sisi Pegawai

Jadi, pegawainya ini membela diri. Perusahaan itu nggak pernah membuat hitam di atas putih (alias kontrak) dengan mereka yang menjelaskan undang-undang tenaga kerjaan yang menjelaskan apa yang harus mereka kerjakan, tanggung jawab mereka, hak mereka dan bahkan larangan lainnya. Jadi menurut mereka, ya sah sah aja gitu buat bisnis baru.

Dari sisi Atasan

Atasan ini kembali membela diri. Dia berbuat seperti itu karena ingin membuat pegawai merasakan "kekeluargaan" di kantor, biar nggak ada "tembok" di antara mereka biar erat komunikasi dllnya.

KESIMPULAN YANG GUE TANGKAP

Kalau membaca dari sisi atasannya, gue sangat mengerti bahwa atasannya itu merasa terkhianati. Iya, emang pasti ngerasain gitu. Apalagi, bisnisnya itu punya lini yang mirip (meski beda target segmen pasar)

Tapi, kembali lagi dari sisi pegawai, gue juga mengiyakan kata mereka. Kenapa? Soalnya nggak ada aturan yang jelas. Seharusnya pegawai itu punya kejelasan soal batasan dan embel-embelnya.

Dan ternyata, udah banyak pegawai tetap mereka yang mengatur siasat resign berurutan (per bulan satu) tapi, nggak sengaja semua ini terbongkar dan jadi masalah.

Jadi, siapa yang salah?

Sampai sekarang, gue nggak bisa mihak siapa-siapa. Gue berusaha netral di antara kedua pihak. Jujur aja, gue merasa atasan gue ini baik. Okey gitu lah. Dia suka ada acara kebersamaan, makan siang disediain dan dia "open" di setiap pertanyaan. Meski gue juga menemukan kejanggalan yang cukup mengganggu seperti: sistem informasi perusahaan masih berantakan, jam kerja yang harus flexible (misalnya ditlp jam 2 subuh ya harus tetap angkat dan bahas kerjaan)

Tapi, dengan seperti ini... gue benar-benar nggak bisa berbuat apa-apa. Apalagi, pembina lapangan magang gue pro ke pihak atasan (dan gue secara implisit nggak boleh keliatan mihak bagian pegawai, atau nggak gue akan mati)

PELAJARAN YANG GUE DAPATKAN

1. Harus ada kontrak. HARUS.
Mungkin buat kita, kontrak itu ya sebatas perjanjian. Tapi ternyata, kontrak itu gunanya lebih dari sekadar tanda tangan kedua belah pihak.

Kalau di tempat kerjaan kalian nggak ada kontrak? Kalian harus hati-hati dan kalau bisa minta ke kantornya.

2. Harus beradaptasi
Di segala keadaan, kalian itu nggak boleh keliatan terlalu mihak dan harus keliatan netral. Senetral mungkin! Serius, ngaruh banget loh kalau kerja nanti keliatan pro ke satu kubu. Bisa-bisa kalian "dicirikan" sama teman kerja yang suuzon gitu atau terbawa juga pas kasus.

3. Dunia nggak sepolos itu
Entah kenapa, gue makin merasa kalau dunia ini kejam qkwkw apalagi satu tahun belakangan hidup gue. Banyak banget tempaan yang membuat gue dibisiki hati gue kalau dunia nggak sepolos itu. Bahkan dunia itu kejam. Bisa jadi, yang kita anggap baik itu ternyata nggak baik. Banyak gais. Jadi... gue harap kalian makin sadar dan hati-hati dengan sikap dan omongan kalian.

4. Buat planning
Kalau kalian mau resign... emm, gue nggak tau sih ini sesat atau nggak wkkwkw tapi menurut gue, kalian harus punya siasat. Istilahnya, resign itu kayak kalian injak bom. Kalau kalian nggak ada back up, kalian mati. Lebih baik... kalian nyari-nyari lowongan kerjaan dulu sebelum resign, jadi begitu resign langsung udah ada kerja dan nggak jobless. Kalau pun kalian resign duluan baru nyari kerja, sepertinya kalian harus punya tabungan untuk menghidupi diri kalian selama sebulan (perkiraan) untuk mencari kerjaan lain.

Ya ampun. Akhirnya gue mengerti kata mama. Dari dulu, mama gue bilang tantangan sebenarnya itu bukan ujian selama kita sekolah buat dapet ijazah, tapi masa kerja itu ujian terberat.

Adulthood itu memang keras. Dan, kita... udah nggak bisa lagi jadi lemah. Intinya, kita harus tahan banting. Pokoknya, jangan ambil apa kata orang (yang ngomongin kita di belakang) dan berusaha sebaik-baiknya aja menghadapi orang.

Yang gue tangkep selama beberapa bulan perenungan gue...

Nangis itu boleh.
Nangis itu bukan berarti lemah.
Tapi, jadi lemah itu nggak boleh.

×××

Sekian ya gais, maaf kalau ini panjang banget dan terkesan guenya curhat banget qkkwkwkw guee... hanya galau beberapa hari ini. Hehehe

Diary Anak KuliahanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang