Tahun ke tahun telah terlewati, kini Seokjun sudah dapat berjalan dengan lancar. Kini usianya sudah hampir menginjak 3 tahun, ia juga sudah mampu berbicara dengan sedikit baik dan lancar. Dan selama itulah keluarga Alettha hidup dengan tenang dan tentram. Percecokan? Mungkin sering terjadi, namun masih bisa mereka tuntas kan.
Seperti siang ini, Doyoung tengah mendiami Alettha karena istrinya itu telat membangunkannya. Menyebabkan ia telat bekerja dan dimarahi oleh atasan nya, bahkan sang atasan menghukum Doyoung untuk tidak memasuki kantor selama 2 hari. Jelas hal itu membuat Doyoung marah mengingat besok ia akan menjalankan rapat bersama para komandannya yang lain.
Padahal Alettha telat membangunkan karena ia merasa tubuh nya melemah, ia merasa lelah hingga menyebabkan tidur pulasnya terjadi. Saat itu juga Doyoung membangunkan Alettha dengan paksa, memarahinya habis-habisan karena ia telah terlambat dua jam.
Tak terima ia dimarahi Doyoung, Alettha pun membela. Namun pembelaanya itu tidak diindahkan oleh Doyoung, membuat Alettha secara refleks melempar jam weker yang berada disamping Doyoung kearah lantai, menyebabkan jam tersebut hancur berkeping-keping.
"Nda" panggil Seokjun ditengah kegiatan Alettha tengah memasak. Saat ini penampilan Alettha acak-acakan, mata yang sembab dan wajah pucatnya. Membuat Seokjun meminta Alettha untuk mensejajarkan dengan tingginya.
"Nda, apa?" Tanya Seokjun kemudian mengelus pipi Alettha menggunakan tangan mungilnya. Menggeenggam tangan mungil Seokjun kemudian mencium telapaknya.
"Bunda gak papa, Njun main sama ayah dulu ya" pinta Alettha lembut, membuat Seokjun dengan senang meninggalkan area dapur dan pergi menyusul ayahnya yang tengah membuat laporan diruang keluarga.
"Yah" panggil Seokjun, membuat Doyoung sedikit melirik kearahnya kemudian kembali pada aktifitasnya. Merasa tak direspon, Seokjun pun naik kepangkuan ayahnya kemudian menarik-narik kerah baju Doyoung. Membuat helaan nafas kasar terdengar sangat jelas diruang keluarga ini.
"Apa sih?" Ucapnya ketus. Membuat Seokjun menatapnya takut kemudian turun dari pangkuan ayahnya.
"Ain cama ayah"cicit Seokjun pelan namun masih sangat jelas terdengar diindera pendengaraan Doyoung.
"Sama bunda aja"
"Ndak au, cama ayah" ulang Seokjun, membuat Doyoung menghela nafasnya sebentar kemudian menatap Seokjun dengan tatapan dinginnya. Melihat tatapan dingin ayahnya itu, Seokjun pun menjauh dengan isakan dan kembali ketempat ibunya berada.
"Ndaa" panggil Seokjun kemudian menangis sambil memeluk kaki Alettha, membuat Alettha sedikit menunduk untuk melihat keadaan putranya tersebut.
"Njun kenapa hm? Kan katanya mau main sama ayah" sambil menghapus jejak air mata Seokjun kemudian beralih menggendongnya. Setelah memastikan dapurnya aman, Alettha pun menyusul Doyoung.
Terlihat sang suami tengah menutup matanya sambil memijat batang hidungnya, membuat Alettha miris mengingat kelakuan Doyoung tadi pagi pada dirinya.
"Seokjun minta main sama kamu" mendengar penuturan Alettha, Doyoung pun membuka matanya dan menatap Alettha dan Seokjun dingin. Namun siapa sangka dibalik wajahnya tersebut Doyoung sedikit terkejut mendapati wajah pucat istrinya, ia masih ingat ketika pagi tadi dirinya membentak Alettha hingga perempuan itu menolak untuk ikut sarapan. Padahal jika dilihat-lihat, wajah pucat Alettha sudah terlihat ketika mereka sholat subuh tadi.
"Aku sibuk, kamu ajak aja main" dalam hatinya Doyoung ingin memaki, bukan ini kalimat yang ingin ia sampaikan kepada Alettha. Bukan tatapan kecewa juga yang ingin ia lihat dari raut wajah Seokjun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Doyoung
Fanfiction"Ayo bikin dedek yang lucu, biar kalo kamu kerja aku ada temennya"-Alettha Lee Renandika(18) "Kamu pikir bikin anak segampang panggang roti apa"-Kim Doyoung Anssyari(26) Kim Doyoung(NCT 127)❌(you) pelengkap penderita ( NCT) Bahasa non baku Start. 0...