sejeong?

7.6K 834 230
                                    






Sudah berapa hari ini Doyoung habiskan waktu liburnya untuk menjaga Siyeon. Fyi,  Sejeong sedang sibuk-sibuknya dengan operasi yang setiap hari semakin bertambah, sehingga mengakibatkan pagi butanya Sejeong pulang dengan keadaan mabuk dan mau tak mau Doyoung yang harus turun tangan.

Seperti pagi ini, jam masih menunjukan pukul dua lewat tujuh pagi, namun pintu utama rumah Sejeong sudah diketuk-ketuk dengan brutalnya.

Doyoung yang baru saja merehatkan matanya dengan kesal berjalan guna membuka pintu agar sang 'punya rumah tidak merecok sendiri dipagi hari yang buta ini.

Cklek

"Masuk!!" Serkah Doyoung dan langsung menarik lengan Sejeong. Sejeong memberontak, membuat Doyoung bertambah kesal dan menyeret Sejeong paksa menuju ruang keluarga. Bahkan tak lupa tubuh Sejeong ia hempas kuat-kuat pada sofa diruangan tersebut.

Wanita itu meringkih sembari memegangi tangannya yang memerah akibat cengkraman tangan 'suaminya. Tak lama ia terisak. Membuat Doyoung menatapnya kesal dan melenggang meninggalkannya begitu saja.

"Gue tidur dikamar Siyeon" ujar Doyoung sebelum benar-benar menghilang dibalik pintu kamar putrinya.

Sejeong terisak pelan, menendang-nendang udara asal dan ia jenggut kuat-kuat rambut panjangnya.

'Doyoung sekarang bukanlah miliknya yang dahulu'

Begitu pikirnya dalam hati kecilnya. Dengan kesadaran minim Sejeong bangkit. Berjalan dengan ringkihnya menuju kamarnya sendiri dan setelahnya menjatuhkan tubuhnya diatas ranjang masih dengan tangisnya.

"Tau Siyeon aja dia begitu, gimana kalau dia bener-bener tau Siyeon bukan anak kandungnya. Bisa gila gue lama-lama!!"  Jeritnya tertahan dan melempar sembarang arah seluruh barang-barang yang berada disekitarnya.

"Doyoung, lo bener-bener sialan!!"









Doyoung menatap wajah Siyeon yang tengah terlelap damai dalam tidurnya. Tangannya tak luput mengelus surai hitam Siyeon yang sangat lembut ditelapak tangannya.

"Walau kamu bukan anak saya , tapi saya bisa apa jika sudah terlanjur sayang sama kamu?" Bisik Doyoung kecil disamping Siyeon.

Tangan lainnya menumpu kepalanya sendiri yang sebenernya sudah sangat lelah memikirkan jalani cerita hidupnya yang penuh lika liku bak drama.

Bahkan tak terasa air matanya lolos tanpa disuruh. Lama menatap Siyeon entah mengapa membuat ia merindukan Hyesun-putri kecilnya yang sudah lama tiada.

Doyoung menengadahkan kepalanya agar air mata tak bisa lolos semakin banyaknya tanpa disuruh. Diraupnya pasokan udara secara rakus, kemudian ia beralih mencium kening Siyeon sebelum akhirnya keluar.

Langkahnya sendiri membawanya menuju ke arah halaman belakang rumah tersebut. Angin malam berhembus kencang, membuat bulu kuduk Doyoung seketika berdiri dengan tiba-tibanya.

Dirinya mulai merasakan adanya kehidupan lain disekitarnya. Dengan perlahan ia memejamkan matanya, mulai merasakan inderanya mendengar 'panggilan-panggilan lain dari dunianya saat ini.

Hanya suara ramainya anak kecil yang bermain. Dan tak lama suara teriakan para orang tua bergabung bersamaannya dengan munculnya ledakan meriam besar.

Doyoung bergerak gelisah kala suara-suara lain mulai menangis histeris. Ia membuka matanya perlahan, tak sanggup jika harus bertahan lebih lama mendengar jeritan-jeritan cerita masa lalu ditempat ia berdiri sekarang.

Matanya menelisik jauh halaman belakang yang luas dan dipenuhi beberapa bunga-bunga liar. Pandangannya mengedar kala berhasil mendengar suara beberapa anak kecil memanggilnya dengan sebutan 'ayah.

Mas DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang