akhir kisah

10.4K 1K 205
                                    




















Sepasang suami istri tersebut menatap kedua makam dihadapannya dengan perasaan berkabung. Alettha yang hanya mampu duduk dikursi roda menatap sedih salah satu makam diseberangnya.

Begitupun dengan Doyoung. Ia menatap nisan bernama Sejeong dengan perasaan bersalahnya. Ingin menangis tapi ia sudah tak memiliki air mata lagi untuk dikeluarkan.

Se-tidak sukanya Doyoung pada Sejeong pada saat itu, tetap saja dihari pemakamannya Doyoung lah orang yang paling bersedih setelah Siyeon.

Andai ia mendengarkan keluh kesah Sejeong terlebih dahulu. Dan, andai ia tidak telat saat itu kemungkinan wanita tersebut masih bersamanya hingga saat ini.

"Mas Yoonjae, terima kasih sudah memberikan saya kesempatan kedua untuk hidup. Saya tau, hidup mas gak semudah yang orang lain bayangkan. maka dari itu, saya janji akan jaga Siyeon dan menyayangi dia seperti anak saya sendiri" tutur Lettha sembari menghapus air matanya yang sudah mengalir deras.

"Masih gak nyangka bisa kamu yang ngorbanin diri kamu, seharusnya kamu gak harus lakuin itu mas. Yang seharusnya kamu lakuin itu bahagia bareng sama mbak Sejeong juga Siyeon. Dan bodohnya disaat kamu sama mbak Sejeong kayak begini, saya malah ngebiarin Siyeon nangis sendirian. Maaf, saat itu saya gak mampu nemenin Siyeon. Terima kasih banyak dan saya mohon maaf atas semua yang sudah terjadi" Doyoung mengusap lembut pucuk kepala Alettha. Membantunya tegar walau dirinya sendiri saat ini sama-sama terpuruk melebihi istrinya.

Kini Alettha beralih pada makam disebelah. Nisan bertuliskan nama 'Sejeong ' seketika membuat dadanya sesak.

Ia meringsut dan duduk ditengah-tengah makam keduanya. Tentu dengan bantuan Doyoung.

Alettha memeluk nisan tersebut erat sembari mengugumamkan ribuan kata-kata maaf untuk Sejeong.

"Kenapa mbak begini? Ngebiarin Siyeon sedih berlarut-larut. Bahkan hari ini, dihari ulang tahunnya pun dia lebih milih buat duduk dibalkon sambil nyanyi bareng sama figura mbak!" Nada suara Alettha meninggi. Membuat Doyung dengan sigap langsung menenangkan Alettha yang mulai tak terkontrol.

"Kamu juga milik mas Doyoung!  Kalau kamu butuh cerita, silahkan aja cerita ke dia. Jangan dipendam. Konyol cara mbak bunuh diri juga! Basi! Gak ada akhlak! Mbak mau dineraka jadi barisan yang paling didepan?!"

"Dek, udah. Ngomongnya dijaga!" Peringat Doyoung yang tidak Alettha hiraukan.

Bahkan kini tanah makam milik Sejeong tak tanggung-tanggung Alettha lempar tepat ke arah nisannya. Doyoung memeluk Alettha yang tak terkendali. Tanpa sadar bahkan hati serta air matanya ikut merasakan sakitnya kepergian Sejeong.

"Kenapa sebelum bertindak mbak gak mikirin dulu dampak untuk semua orang?! Terlebih Siyeon. Dia masih butuh perhatian mbak, dia masih kecil!!"

"Sayang, udah" bisik Doyoung semakin memeluk Alettha erat. Meletakan kepala istrinya tepat didadanya yang bergemuruh hebat.

Tangisan mereka bersahutan dikeheningan makam. Membuat siapapun dapat mendengar tangis penyesalan keduanya.


















Seokjun menyusul ketempat Siyeon berada. Ditangannya terdapat satu kotak kecil yang telah ia hias dengan secantik mungkin untuk menarik perhatian Siyeon yang masih asik bernyanyi bersama figuran sang ibu.

"Mamah, dedek ulang tahun yang ke tujuh. Berarti udah boleh sekolah kan?" Tanya gadis kecil tersebut pada figura.

Seokjun mendadak memegang area dadanya yang merasa tercubit. Menatap sendu kearah gadis yang masih membelakanginya saat ini. Ingin mendekat namun tubuhnya yang bergetar hebat belum mau diajak bekerja sama.

Mas DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang