HUAAA...!!!
"Mamah bilang berhenti menangis!!!"
Bintang masih terus dimarahi oleh ibunya. Para pelanggan lainnya tidak ada yang berani ikut campur, meskipun mereka menyaksikan sesuatu yang tidak pantas. Namun, fakta bahwa itu adalah urusan antara ibu dan anak membuat mereka enggan untuk terlibat.
"Bintang!"
Bahu Bintang digenggam erat dan diguncang kasar agar ia segera berhenti menangis. Namun, seperti halnya anak kecil, semakin ia ditekan, semakin keras pula tangisannya. Ini adalah pengetahuan dasar yang diketahui semua orang. Namun, Ibu Bintang seolah tidak peduli untuk memahami anaknya dan lebih memilih menuruti keinginannya sendiri.
Hiks, hiks, hiks.
Tangisan Bintang sudah mencapai titik di mana napasnya mulai tersengal-sengal.
"Binta—"
Perkataan itu terhenti ketika Hana menggeser tubuh Ibu Bintang ke samping. Ia mendekati Bintang dan berjongkok di depannya.
"Halo—" Hana menyapa namun sapaan itu terjeda.
"Bintang..." lanjut Hana, terdengar cukup berat ia ucapkan. "Nama kamu sangat bagus. Apa kamu juga suka Bintang?"
Bintang hanya terdiam.
"Ah, kenalkan. Nama Kakak—"
Hana mendadak diam, ucapan Ryuji untuk tidak mengatakan namanya dengan mudah langsung menggema di telinganya namun ia menggelengkan kepalanya dan menatap Bintang lembut.
"Hana... Nama Kakak adalah Hana, seseorang pernah berkata bahwa nama Kakak berarti bunga."
Bintang perlahan menurunkan tangan yang sejak tadi ia gunakan mengelap air mata yang tidak kunjung berhenti.
"Bintang dan Bunga, nama kita bagus bukan?"
Bintang mendengarkan dan ia mengangguk pelan.
"Eh, Mbak!"
Ibu Bintang meradang karena ia disingkirkan begitu saja, "Mba ini siapa? Berani-beraninya ganggu anakku! Minggir!"
Dengan angkuhnya, ia mendorong Hana hingga terjatuh, tepat pada pecahan kaca. Beberapa pengunjung langsung menjerit histeris. Namun Hana tidak berteriak sama sekali, tatapan matanya terlihat kosong.
"Hana!!!"
Leon langsung berlari namun seseorang menahan tangannya.
"Lepas!" Leon menghentak namun pegangan itu sangat kuat hingga ia harus menoleh.
"Anak muda, apa dia temanmu atau mungkin seorang pacar?" seorang wanita cantik bertanya, dengan mata tertutup kacamata hitam, rambut pirangnya tergerai bebas, dan bibirnya merah merona.
"Ah, tentu saja dia temanmu. Tidak mungkin dia pacarmu, melihat dia ada di sana dan bukan di sini bersamamu," wanita itu menjawab sendiri pertanyaannya.
Leon mendengus keras.
"Aku tidak tahu siapa Anda. Lebih baik lepaskan aku sebelum aku menambah keributan di sini," tegas Leon dengan sorot mata menajam.
"Dia yang memegangmu, bukan aku," wanita ini menunjuk pria berbaju hitam dengan earpiece terpasang di telinganya.
"Aku benar-benar tidak dalam kondisi untuk berbicara."
Leon menarik tangannya dan langsung melayangkan satu tinju tetapi wanita ini dengan sukses menangkisnya.
Leon berdecak, "Untuk apa memiliki bodyguard jika kamu tetap perlu turun tangan?" kata-katanya sungguh tajam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Old Man is Mine [INDONESIA]
RomanceJudul: Old Man is Mine - Buku 1 [INDONESIA] Seri: Old Man is Mine Bahasa: Indonesia Rekomendasi Usia: 18 tahun ke atas °•.•°•.•°•.•°•.•°•.•° •.•°•.•°•.•°•.•° Hana Naomi Sachie, seorang gadis 16 tahun, tumbuh dalam keluarga toksik yang membuatnya jat...