Bagian 58 - If You Care

2.9K 163 3
                                    

Hana tercekat, napasnya menjadi tidak teratur, ia berusaha menggapai udara kosong, berharap menemukan sesuatu untuk membantunya.

"Hah... Aku tidak bisa bernapas!!!" teriaknya dalam kehampaan.

Ia terus berusaha menggapai namun ia tak mendapat apapun, terlebih keadaan gelap gulita ini semakin memperparah keadaannya.

"Tidak! Biarkan aku pergi! Biarkan aku pergi!" lirihnya.

Perlahan, ia dapat melihat setitik cahaya yang semakin membesar dan membesar.

"Cahaya? Apa aku bisa pergi ke sana?" ia meragu.

Hap!

Tubuhnya tertarik ke belakang, menjauhi cahaya tersebut.

"Tidak! Jangan pergi!!! Jangan!!! Lepaskan aku...!" Hana memberontak melepaskan sesuatu yang menarik tubuhnya.

"Akh!" ia terhempas begitu saja, napasnya semakin terengah.

Dengan merangkak, ia mendekati cahaya putih yang semakin mendekatkan dirinya.

"Aku tidak bisa bernapas! Tolong aku, tolong... Aku mohon..."

"Kau tidak bisa pergi," ucap seseorang membuat Hana menoleh dan mendapati Kirana yang melihatnya dengan tatapan tidak suka. Pupilnya sontak membesar.

"Kau tidak akan pernah bida pergi. Disini atau disana, kau tidak punya tempat dimanapun," ucapannya begitu dingin hingga membuat tubuh Hana bergetar.

"Kau bilang aku harus pergi, aku melakukannya! Pergilah!" teriak Hana.

"Hahahaha...!" tawa Kirana menggema.

"Saat itu seharusnya kau mati. Kenapa kau bersikeras untuk hidup? Tidak ada yang menginginkanmu! Baik Ayah ataupun Mama, tidak seorangpun."

"Aku tau, jadi enyahlah! Jangan pernah ganggu aku lagi! know that already, so go!"

Kirana mendekat, ia berjongkok dan menatap Hana tajam. "Kau hanya anak tidak berguna. Kau harusnya tau diri. Matilah!"

"Tidak!"

"MATILAH!"

"Tidak!"

"Matilah, Hana. Matilah."

"Pergi!"

"Mati. Mati. Mati."

Ucapan Kirana terus terngiang, tubuh Hana semakin bergetar, ia meringkukan tubuhnya seraya menutup telingannya.

"Menutup telinga tidak akan berguna karena kau tau bahawa kau tidak berguna, kau tau kau harus mati," Kirana terus mengutuknya.

"Tidak, kau salah. Aku manusia yang berguna, aku seharusnya hidup. Tidak ada seorang pun yang bisa memerintahku, termasuk kau," Hana membalas namun matanya masih saja terpejam dan ia menutup telinganya rapat.

"Mati. Mati. Mati."

"Tidak...! Pergi! Enyah!" Hana terus mengusirnya pergi tapi ucapanya Kirana terus menghujamnya.

*****

"Keadaannya tidak terlalu baik. Godaime masih terus melakukan pergerakan, begitu pun dengan pihak pemerintah. Namun mereka bergerak secara sembunyi, masyarakat masih belum tau apa yang terjadi. Hanya beberapa elit dan pejabat yang mengetahuinya," jelas Soji di panggilan telepon.

"Bagaimana dengan di sini? Apa mereka juga melakukan pergerakan?"

"Jelas mereka mengirim mata-mata tapi aku belum mengetahui siapa mata-mata tersebut. Akan butuh waktu menemukannya."

Old Man is Mine [INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang