Hold Me Tight (25)

2.6K 329 49
                                    

Cinta. Cinta memang bukanlah sesuatu yang mudah. Kadang, kita harus merasakan kesakitan karena cinta terlebih dahulu. Sebelum akhirnya kita akan merasakan sebuah kebahagiaan karena cinta.

.

.

.

~Hold Me Tight~

Namja tampan bermarga Kim itu menatap sang pasangan hidup yang tengah terlelap dengan tatapan sendu. Ia tadi sedang ada rapat saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Menampilkan nama sang pasangan hidup. Namun ia sungguh terkejut saat yang terdengar bukanlah suara Wonwoo, melainkan suara Jeongin yang tengah menangis. Dan tanpa berpikir dua kali, namja Kim itu segera menghentikan rapat. Yang ia pikirkan hanyalah keadaan Wonwoo dan Jeongin. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk kepada dua namja berbeda usia itu.

"Daddy." Panggilan pelan itu membuat Mingyu tersadar. Ia pun segera membawa sang putra ke dalam gendongannya. Ia tahu bahwa bocah manis itu pasti sangat ketakutan melihat keadaan sang appa.

"Jeongin harus segera tidur, sayang." Ucapan Mingyu mendapat gelengan dari sang putra. Membuat Mingyu menghela napas.

"Appa akan marah jika tahu Jeongin tidur terlalu malam." Lanjut, Mingyu. Mencoba membuat bocah manis itu tidur. Walau sejujurnya ia sangat tahu apa yang membuat Jeongin enggan tidur. Bocah manis kesayangan keluarga Kim itu enggan tidur karena ingin menjaga Wonwoo.

"Temani Jeongin, daddy." Gumam Jeongin, yang tentu saja langsung diiyakan oleh Mingyu.

Mingyu membawa sang putra yang berada di dalam gendongannya menuju kamar bocah manis itu. Merebahkan tubuh kecil itu ke atas tempat tidur. Menyelimuti putra kesayangannya itu agar ia tak kedinginan.

"Apa besok appa sudah baik-baik saja, daddy?" Ucapan tulus nan polos itu membuat Mingyu tersenyum. Ia tahu bahwa Jeongin memang sangat menyayangi sang appa.

"Tentu saja, sayang. Jadi sekarang Jeongin tidur, supaya besok bisa bermain dengan appa." Ucapan Mingyu membuat Jeongin tersenyum sambil mengangguk dengan antusias.

Bocah manis itu segera menutup mata, dengan sang daddy yang masih menemaninya.

.

.

Mingyu mendudukkan tubuhnya di atas tempat tidur. Lagi dan lagi ia menatap sang pasangan hidup. Ia masih sangat ingat bagaimana keadaan Wonwoo saat ia datang. Namja manis itu masih saja menangis, walau tak ada isakkan yang keluar. Ah, jangan lupakan Jeongin yang juga menangis disamping Wonwoo. Dan ada beberapa orang yang mengerubungi mereka. Menanyakan keadaan Wonwoo dan Jeongin, walau tak ada jawaban dari Wonwoo maupun Jeongin.

Mingyu yang melihat keadaan Wonwoo dan Jeongin segera merengkuh dua tubuh itu ke dalam dekapannya. Berterima kasih pada beberapa orang yang mencoba membantu sang pasangan hidup dan sang putra.

Mingyu segera menggendong Jeongin dan memapah Wonwoo ke dalam mobil. Ia tak langsung bertanya apa yang membuat Wonwoo seperti itu. Karena Mingyu tahu yang Wonwoo butuhkan saat itu adalah ketenangan.

Wonwoo tak mengeluarkan suara sedikitpun sampai mereka tiba di rumah. Namja manis itu hanya terdiam dengan pandangan kosong. Membuat Mingyu semakin khawatir.

Tadi Mingyu sempat bertanya kepada Jeongin, apa yang telah terjadi dengan sang appa. Dan bocah manis itu mengatakan bahwa tadi ia dan sang appa sempat bertemu dengan seorang paman tampan. Dan sang appa tiba-tiba menangis saat paman itu memperlihatkan sesuatu dari ponselnya.

Mingyu curiga bahwa paman tampan yang dimaksud oleh Jeongin adalah Kim Rowoon. Namun ia penasaran dengan apa yang diperlihatkan oleh namja itu, sampai membuat Wonwoo menjadi seperti saat ini.

.

.

.

Namja manis bermarga Kang itu menatap tak percaya pada namja tampan yang ada dihadapannya. Ia tak habis pikir dengan Rowoon. Bagaimana bisa ia lagi dan lagi Rowoon berusaha untuk menghancurkan rumah tangga Wonwoo.

"Hyung, kenapa kau tidak menyerah saja?" Ucap Chan Hee, lirih. Sungguh. Sejujurnya ia ingin menghentikan tidakkan Rowoon itu, namun ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Ia sudah berusaha menasehati, namun sepertinya itu tak berpengaruh sama sekali. Bahkan namja Kim itu semakin menjadi.

Namja Kim itu menatap namja manis yang ada dihadapannya dengan tatapan heran. Ia sungguh sangat bingung dengan sikap Chan Hee yang seolah tak menginginkan ia dan Wonwoo bersama. Bukankah seharusnya Chan Hee mendukung Rowoon?

"Kenapa kau seolah tak mendukungku, Chan Hee?" Rowoon berucap lembut namun tegas. Sementara Chan Hee sedikit terkejut mendengar pertanyaan Rowoon. Ia tak menyangka jika Rowoon akan bertanya seperti itu.

Namja Kang itu menunduk. Ia bingung harus menjawab apa. Apa ia harus berkata jujur dengan mengatakan bahwa ia tak mendukung karena ia mencintai Rowoon? Namun ia takut jika ia berkata jujur, maka Rowoon akan menjauhinya. Sungguh. Ia tak akan sanggup jika Rowoon benar-benar akan menjauhinya.

"Chan Hee?" Rowoon mendekati namja manis itu. Mengusap kepala namja Kang itu dengan sayang.

"Tak apa, hyung. Aku hanya merasa kau seharusnya tak melakukan itu." Jawab Chan Hee, akhirnya.

"Apa maksud perkataanmu itu, Kang Chan Hee?" Rowoon mengernyit. Tak habis pikir dengan jawaban dari namja yang sangat ia sayangi itu.

"Biarkan mereka bahagia, hyung. Rowoon hyung pasti akan menemukan seseorang yang benar-benar mencintaimu. Tapi bukan Wonwoo hyung." Ucap Chan Hee, tanpa berani menatap sang lawan bicara.

"Kau tidak mengerti, Chan Hee. Aku mencintai Wonwoo. Dan aku akan mendapatkannya." Ucapan tegas dari Kim Rowoon itu mengakhiri pembicaraan mereka. Rowoon segera pergi meninggalkan Chan Hee yang hanya bisa tertegun.

"Kapan kau akan sadar bahwa aku mencintaimu, hyung." Lirih, Chan Hee.

Mata indah itu tanpa sadar menitikkan air mata. Lagi. Untuk orang yang sama. Karena memang hanya tangisan yang bisa membuat perasaan Chan Hee sedikit membaik saat ini.

.

.

.

Mingyu tersenyum menatap pemandangan yang ada dihadapannya. Di sana terlihat Wonwoo yang tengah memasak dengan Jeongin yang terus saja berceloteh sambil menemani sang appa memasak.

Mingyu sungguh bersyukur karena pagi ini Wonwoo bangun dengan keadaan yang jauh lebih baik.

Kepala keluarga Kim itu berjalan mendekat. Mengusap kepala sang putra dengan sayang. Ah, tak lupa ia juga mengecup pipi gembil bocah manis itu.

"Selamat pagi, jagoan." Ucap Mingyu dan membuat Jeongin tertawa saat menyadari bahwa sang daddy yang melakukannya.

"Selamat pagi, daddy." Jawab Jeongin dengan semangat. Membuat Mingyu terkekeh melihat tingkah putra kesayangannya. Setelah memberi ucapan selamat pagi dan kecupan kepada Jeongin, Mingyu segera berjalan mendekati sang pasangan hidup.

"Selamat pagi." Ucap Mingyu dan mengecup kening sang pasangan hidup dengan sayang.

Wonwoo sedikit terkejut dengan perlakuan Mingyu. Namun ia juga tak bisa memungkiri bahwa ia menyukainya. Walau sejujurnya kejadian kemarin masih teringat jelas dipikiran Wonwoo. Tentu saja. Tak mungkin bagi Wonwoo untuk melupakan kejadian kemarin dengan mudah.

"Selamat pagi." Jawab Wonwoo, gugup.

Wonwoo menatap Mingyu yang sekarang telah bergabung bersama Jeongin. Bolehkah ia menikmati kebersamaan dengan kedua orang tersayangnya, saat ini? Sungguh. Ia tak akan tahu apa yang akan terjadi pada keluarganya, nanti. Apapun itu. Ia berharap itu adalah yang terbaik untuk mereka. Terlebih untuk Mingyu dan juga Jeongin. Ya, itulah harapan Wonwoo.

.

.

.

TBC

Silahkan kasih komen yang banyak...
Biar akunya semangat buat nulis...
Sampai jumpa dichapter selanjutnya
😘😘😘😘

Saranghae
❤❤❤❤

Hold Me Tight 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang