Hold Me Tight (6)

4.1K 471 46
                                    

Yakinlah, suatu saat nanti ia pasti akan mendapatkan jawaban dari apa yang membuatnya bingung saat ini. Yang ia perlukan sekarang hanyalah waktu. Karena waktulah yang akan menjawab semuanya. Ya, karena mungkin saja sekarang memang belum waktunya Mingyu menyadari perasaan itu. Jika kalian bertanya kapan? Entahlah. Kita do'akan saja yang terbaik untuk mereka.

.

.

.

~Hold Me Tight~

Tak terasa waktu sungguh cepat berlalu. Dan tak terasa hari ini adalah hari terakhir pasangan Mingyu dan Wonwoo untuk berada di negeri sakura. Besok mereka harus kembali ke negara asal mereka. Korea Selatan.

"Mingyu, apa hari ini kita akan pergi jalan-jalan?" Wonwoo memberanikan diri untuk bertanya kepada sang pasangan hidup. Walau sejujurnya ia masih sedikit takut karena Mingyu masih saja mendiaminya, namun rasa penasaran lebih mendominasi. Selain itu, sejujurnya ia bosan jika harus menghabiskan waktu seharian di kamar hotel.

Namja tampan bermarga Kim itu terlihat menghela napas. Membuat Wonwoo menundukkan wajahnya. Terlalu takut dengan apa yang akan diucapkan oleh sang pasangan hidup.

"Kau ingin pergi ke suatu tempat?" Wonwoo yang sedari tadi menundukkan wajahnya segera mendongak. Sedikit tak percaya dengan pertanyaan sang suami. Ia pikir Mingyu akan tetap mendiaminya atau memilih untuk istirahat di dalam hotel. Namun ternyata dugaannya salah. Bahkan namja Kim itu menanyakan apakah ia ingin pergi ke suatu tempat. Sungguh. Hati Wonwoo menghangat, saat ini.

"Aku ingin mencari oleh-oleh." Jawab Wonwoo, akhirnya. Dan tanpa menunggu lama langsung diangguki oleh Mingyu. Bahkan namja tampan itu segera meminta Wonwoo untuk bersiap. Yang tentu saja langsung dilaksakan oleh namja manis itu.

.

.

Namja manis bermata rubah itu menatap pemandangan yang ada dihadapannya dengan tatapan berbinar. Berbagai barang unik yang memang sering dijadikan orang-orang sebagai oleh-oleh telah berada dihadapannya. Ya, sekarang ia dan Mingyu telah berada di salah satu pusat perbelanjaan yang sering dijadikan tempat para wisatawan berburu oleh-oleh.

Wonwoo mulai melangkahkan kakinya, bersiap untuk berburu oleh-oleh. Sementara Mingyu hanya diam sambil mengikuti kemana langkah sang pasangan hidup pergi. Mirip seperti seorang pengawal yang mengikuti kemana tuannya pergi.

Namja dengan wajah rupawan itu sedikit mengernyit saat Wonwoo memasuki sebuah toko boneka. Karena setahunya Wonwoo tak mempunyuai adik perempuan. Karena ia dan Wonwoo sama-sama anak tunggal. Teman? Ah, yang ia tahu dari ibu mertuanya Wonwoo tak memiliki banyak teman. Bahkan teman Wonwoo yang sering berkunjung ke rumah keluarga Jeon hanya ada dua orang. Lee Jihoon dan Hong Jisoo. Mereka berdua adalah namja, jadi tak mungkin Wonwoo membelikan mereka oleh-oleh berupa boneka. Kekasih? Hei, Wonwoo sudah menjadi pasangan hidupnya, jadi ia tak mungkin mempunyai kekasih. Ah, atau mantan kekasih?

"Kau ingin membeli boneka?" Akhirnya Mingyu memilih untuk bertanya. Ia terlalu penasaran.

Sementara Wonwoo yang mendengar pertanyaan Mingyu segera mengangguk sebagai jawaban.

"Apa aku boleh membelinya?" Lirih, Wonwoo. Sedikit takut Mingyu akan melarangnya membeli boneka.

"Untuk siapa?"

Wonwoo sedikit mengernyit saat mendengar pertanyaan dari sang pasangan hidup.

"Kau ingin membeli boneka itu untuk siapa?" Mingyu yang mengerti bahwa Wonwoo kebingungan akhirnya kembali bertanya. Dan jawaban Wonwoo selanjutnya membuat namja tampan itu berdeham. Wonwoo mengatakan bahwa boneka yang ingin ia beli adalah boneka untuknya sendiri. Sungguh. Namja Kim itu merasa konyol dengan apa yang baru saja ia pikirkan. Harusnya ia ingat bahwa sang pasangan hidup memang menyukai boneka. Bukan berprasangka yang aneh-aneh. Bahkan sampai terbesit dipikirannya bahwa Wonwoo mempunyai kekasih seorang wanita.

"Pilihlah sesukamu."

Sungguh. Perkataan Mingyu membuat Wonwoo tanpa sadar memekik senang. Jangan lupakan binar bahagia yang terlihat jelas dari mata rubahnya. Membuat semua orang yang tanpa sengaja melihat ke arah namja manis itu terpesona. Dan tanpa sadar Mingyu menatap kesal pada beberapa orang yang menatap sang pasangan hidup dengan pandangan memuja itu. Cemburu? Ah, tentu saja menurut Mingyu itu bukanlah sebuah kecemburuan. Ia hanya tak suka menjadi pusat perhatian bersama Wonwoo. Ya, itu menurut Mingyu. Jika menurut kalian?

.

"Apa kau yakin akan membawa semua ini pulang?" Sungguh. Mingyu sekarang menatap tak percaya pada barang belanjaan Wonwoo yang sudah menggunung. Kalau saja mereka sekarang berada di Korea Selatan, mungkin barang belanjaan Wonwoo tak seberapa banyak. Namun sekarang mereka sedang berada di luar negeri. Bukankah merepotkan jika mereka membawa barang terlalu banyak?

"Apa ini terlalu banyak?" Pertanyaan polos seorang Wonwoo membuat Mingyu akhirnya hanya bisa menghela napas. Ia ingin protes, namun melihat tatapan sendu dari mata bak rubah itu membuat Mingyu tak tega.

"Tidak. Ayo kita bayar semuanya dan pergi makan." Ya, akhirnya Mingyu hanya bisa mengalah.

Dua namja dengan tinggi berbeda itu sekarang sedang berjalan beriringan. Dengan namja yang lebih kecil membawa beberapa tas berisi belanjaan mereka ditangannya. Kesusahan? Tentu saja. Namun bagaimana lagi, ia tak mungkin meminta Mingyu untuk membawakan belanjaannya. Ia takut.

Sesekali namja tampan dengan tinggi menjulang itu melirik namja manis yang ada disampingnya. Sedikit kasihan karena Wonwoo telihat kesusahan membawa barang-barang belanjaannya, sendiri. Namun egonya terlalu besar. Membuat ia akhirnya memilih tak acuh dan membiarkan sang pasangan hidup kesusahan membawa barang belanjaannya.

.

.

.

Mentari telah mulai melaksanakan tugasnya menyinari dunia. Dan dua namja yang telah menjadi pasangan hidup itu terlihat bersiap. Dua jam lagi mereka akan melakukan penerbangan menuju Korea Selatan. Sungguh. Tak terasa mereka harus pulang ke negara asal mereka.

"Kau mandilah, Mingyu. Aku yang akan merapikan kopermu." Ucapan Wonwoo dijawab gumaman oleh sang suami. Namja Kim itu segera pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Wonwoo melanjutkan acara merapikan pakaian dan barang bawaan miliknya dan milik Mingyu.

Lima belas menit kemudian Mingyu telah keluar dari kamar mandi. Bertepatan dengan Wonwoo yang selesai membereskan koper-koper mereka.

Namja manis itu tersenyum saat semua telah selesai ia masukkan ke dalam koper. Bahkan oleh-oleh yang ia beli bersama Mingyu kemarin juga telah rapi di dalam satu koper. Yang memang ia khususkan untuk menaruh oleh-oleh.

"Mandilah. Kita harus segera ke bandara." Perintah dari Mingyu itu segera diangguki oleh Wonwoo. Namja manis itu segera melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

.

.

Penerbangan kurang dari dua jam itu sungguh melelahkan bagi Mingyu dan Wonwoo. Mereka baru saja sampai di negara asal mereka. Kembali menginjakkan kaki mereka di negara yang terkenal dengan sungai Han itu. Bersiap untuk kembali kepada rutinitas awal mereka. Yang sempat mereka tinggalkan saat mereka berlibur ke Jepang.

Ada satu harapan yang diam-diam  Wonwoo ucapkan dalam hati, saat ia menginjakkan kaki di negara kelahirannya itu.

Namja manis itu berharap ini adalah awal yang baik untuk hubungannya dengan Mingyu. Walau ia yakin itu tak akan mudah. Namun ia tak akan berhenti berharap. Karena semua memang berawal dari sebuah harapan, bukan? Harapan yang diiringi dengan do'a dan usaha.

.

Ya, semoga saja semua harapan itu menjadi kenyataan. Jikapun tidak, yakinlah bahwa Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang lebih indah. Nantinya.

.

.

.

TBC

Belum ada konflik apa-apa...
Gak tau kalau besok
😂😂😂😂😂
Kasih kritik dan saran ya guys....
Sampai jumpa dichapter selanjutnya...😘😘😘😘

Saranghae
❤❤❤❤

Hold Me Tight 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang