Hold Me Tight (14)

3.2K 379 15
                                    

Akankah Yang Jihye bertahan? Entahlah. Karena semua tergantung pada takdir Tuhan.

.

.

.

~Hold Me Tight~

Yang datang pasti akan pergi.

Yang timbul pasti akan tenggelam.

Yang pasang pasti akan surut.

Dan yang hidup pasti akan mati.

.

Raungan memilukan itu menggema memenuhi sebuah lorong rumah sakit. Terlalu kecil untuknya menerima kenyataan itu. Namun bagaimana lagi, takdir telah mendewasakannya lebih cepat. Ia tahu. Sangat tahu dengan apa yang dikatakan oleh para dokter. Ia tahu. Ia tahu bahwa sang ibu telah pergi. Pergi ke suatu tempat yang sering disebut surga. Suatu tempat yang sering dikatakan indah. Tak ada kesedihan. Tak ada kesakitan. Dan tak ada penderitaan. Karena yang ada disana hanyalah kebahagiaan.

Namun, bukankah ditinggalkan itu memang sakit? Sangat sakit?

Ia memang masih kecil. Mungkin anak-anak seusianya banyak yang belum tahu tentang arti kematian. Namun bagi seorang Yang Jeongin, ancaman kematian sudah menjadi temannya. Sejak sang ibu dinyatakan mengidap penyakit kanker darah.

Sungguh. Ia masihlah sangat kecil untuk mengalami semua penderitaan itu, namun takdir seakan tak perduli. Takdir dengan tega merenggut masa kecilnya. Dan sekarang, takdir dengan tega telah merenggut ibunya. Satu-satunya keluarga yang ia miliki.

Tangisan pilu itu masih terdengar. Membuat sosok lain yang sekarang tengah memeluk Jeongin tak bisa membendung air matanya. Sakit. Sesak. Itulah yang ia rasakan saat ini. Ia sungguh tak tega melihat sosok ceria Yang Jeongin menjadi rapuh seperti saat ini. Jika saja bisa, ia ingin mengambil semua kesakitan dan kesedihan yang Jeongin rasakan. Ya, jika saja bisa. Namun kenyataannya itu tak akan pernah bisa. Yang bisa ia lakukan saat ini hanyalah selalu berada disamping namja kecil itu. Memberitahu bahwa ia tak sendiri. Masih banyak yang menyayangi Jeongin. Dan Jeongin tak perlu takut.

.

Pemakaman. Tempat peristirahatan terakhir bagi semua orang, nantinya. Tempat yang beberapa orang dianggap keramat. Tempat yang bagi sebagian orang dianggap telah menorehkan luka. Ya, karena ditempat itu mereka harus merelakan orang yang mereka kasihi pergi untuk selama-lamanya.

Semua orang yang ada ditempat itu sedang terpaku pada sebuah peti yang mulai diturunkan. Peti yang terdapat jenazah seorang Yang Jihye. Sosok cantik yang telah lama berjuang untuk kesembuhannya. Sosok ibu yang sangat hebat bagi si kecil Yang Jeongin. Sosok kakak yang baik untuk Kim Mingyu dan Kim Wonwoo. Peti itu telah berhasil diturunkan dan segera ditutupi dengan tanah.

Kesedihan. Dan kehilangan. Itulah yang tampak diwajah semua orang yang sekarang ada disana. Begitu juga dengan sosok kecil seorang Yang Jeongin. Air mata memang tak nampak lagi diwajah indahnya. Namun kesedihan dan kehilangan sangat kentara disana.

Sungguh. Melihat Jeongin yang seperti ini membuat Wonwoo merasakan sesak yang teramat sangat didadanya. Ia lebih memilih melihat Jeongin meraung. Karena ia tahu, raungan itu adalah sebuah pelampiasan dari perasaan sedih yang sedang Jeongin rasakan. Berbeda jika Jeongin terdiam seperti saat ini. Karena diamnya Jeongin adalah hanya untuk menutupi semua kesedihan yang sedang ia rasakan. Dan Wonwoo tahu, itu bukanlah hal yang baik.

Hold Me Tight 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang