Kami memang sudah berbaikan.
Tapi.
Ada rasa canggung yang timbul setelahnya. Setelah pulang dari pemakaman ibu Nara, kami sampai dirumah. Rasanya seperti sudah sangat lama aku meninggalkan kediaman Yoongi. Padahal itu baru semalam aku tidak pulang ketumah ini. Berita buruknya adalah, ketika aku dan Yoongi sama-sama sungkan untuk memulai percakapan.
Semuanya seperti kembali seperti saat awal kami bertemu, malah mungkin kali ini lebih canggung. Aku tidak tau kenapa rasanya Yura yang banyak berbicara pergi dari dalam diriku.
Aku berpapasan dengan Yoongi di dapur saat ingin mengambil minum. Pria itu baru saja selesai mandi, dengan rambut yang masih basah.
"Kamu mau makan?" Tanya Yoongi. Ahh, sangat klasik sekali.
"Enggak, aku cuma mau minum aja. Aku gak laper."
"Ahh begitu." Yoongi hanya mengangguk paham lalu pergi menuju kamarnya.
Aku terus memperhatikan punggung itu sampai menghilang dari pandangan ku. Sejujurnya kenapa aku jadi sebal, aku kan hanya ingin dia mengerti kalau aku ingin dia mengajakku makan malam berdua, dengan lilin aroma terapi dan suasana temaram yang romantis. Menurut orang, kalau pasangan baru saja bertengkar, ketika sudah berbaikan pasti akan bertambah mesra. Tapi sepertinya tidak dengan Yoongi, pria itu tetap saja dingin seperti udara musim gugur.
Langit malam benar-benar pekat, udaranya benar-benar dingin, dan sepertinya malam ini mendung. Sejak sore tadi Yoongi tidak keluar dari kamarnya, aku yang penasaran sedikit mengintip Yoongi dari pintu yang kebetulan tidak dikunci. Dan ternyata Yoongi sedang tertidur pulas, aku yakin dia sangat lelah seharian kemarin.
Aku menutup kembali pintu kamar Yoongi, dan entah kenapa rasanya aku suka udara dingin malam ini. Aku pergi keluar dari rumah hanya untuk menikmati kesendirian, dan melihat beberapa pertunjukan musik di pinggir jalan. Aku ingin Yoongi ada disini, menyaksikan pertunjukan musik itu sembari bergandengan tangan, tapi aku tidak berani mengganggu waktu istirahat Yoongi.
"Hey, kamu disini?" Ucap seseorang.
Aku menoleh, dan entah sejak kapan Jimin sudah berdiri tepat disamping ku.
"Cuma lagi iseng aja pengen jalan-jalan, bete banget dirumah." Respon ku.
"Yoongi Hyung dimana?"
"Dia sedang tidur."
Kenapa rasanya sekarang ini Jimin terlihat berbeda, senyumnya lebih hangat, dan suaranya begitu lembut. Aku juga tidak merasa terancam dengan kedatangan Jimin kali ini. Apa memang Jimin sudah berubah? Aku harap begitu.
"Yang disana." Jimin menunjuk seorang anak laki-laki dengan rambut pirang yang sedang duduk dibelakang keyboardnya dan menyanyikan sebuah lagu dengan suaranya yang merdu. "Dia, dulunya anak didik Yoongi Hyung.
"Eoh, benarkah? Yoongi punya anak didik?" Aku melebarkan mataku, sungguh diluar dugaan.
"Hmm.. namanya Beomgyu. Dia juga sangat mirip dengan Yoongi Hyung, kan?"
"Dia terlihat tenang, sama seperti Yoongi." Aku menatap Jimin yang sedang serius memperhatikan anak laki-laki itu menyanyi. "Apa anak itu masih mengenali Yoongi?"
"Tentu saja, Yoongi Hyung emang udah gak jadi guru musiknya dia, tapi anak itu benar-benar menjadikan Yoongi sebagai inspirasinya."
Aku mengulas senyum tipis, dan kembali larut dalam alunan musik yang diciptakan oleh tangan Beomgyu. Rasanya sama seperti saat aku mendengarkan Yoongi bermusik, keduanya memiliki selera yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
OH! MY BOSS
FanfictionYura dan Yoongi sama sama memiliki masa lalu yang kelam dan rasa ketakutan akan sebuah perpisahan. Ditinggalkan secara tiba-tiba membuat keduanya merasa harus saling menghargai hubungan agar kedepannya tidak ada lagi kejadian yang menyakitkan sepert...