35

3.2K 470 115
                                    

Yura's POV

Disinilah aku sekarang, dirumah seorang pemuda baik hati yang bernama Jeon Jungkook. Dia baru saja memberikan ku secangkir teh hangat untuk menenangkan ku. Jungkook duduk disamping ku dan menunggu aku untuk bercerita, sesuai apa yang aku janjikan padanya saat diperjalanan tadi.

Tapi rasanya, jantungku selalu bekerja lebih cepat dari biasanya ketika sosok Hoseok melintas di pikiran ku. Tangan ku bergetar begitu mengingat kejadian tadi pagi. Nyaris saja aku berakhir dengan tragis di kamar apartemen Jung Hoseok, seandainya saja Tuhan tidak mengirimkan Jeon Jungkook pagi itu. Mungkin, inilah bentuk keajaiban yang sebelumnya tidak pernah aku percaya.

"Jadi, gimana ceritanya kamu bisa berakhir di kamar Hoseok Hyung? Apa kamu diculik?" Tanya Jungkook dengan raut wajah paling seriusnya.

Aku meletakkan cangkir berisi teh hangat itu diatas meja. Menautkan jemari tangan ku, menyiapkan mental agar bisa bercerita tanpa mengeluarkan setetes air mata pun.

"Yoongi gak pulang kerumah, dia menolak semua panggilan ku. Aku gak tau kenapa Yoongi sampai seperti itu. Mungkin kehadiran Nara memang membuat Yoongi lupa, bahwa ada Yura yang sekarang jadi pacarnya."

"Yoongi Hyung sampe gak pulang?" Jungkook mengernyit heran. "Ini aneh." Gumam Jungkook.

"Seingat ku, pulang dari kantor aku ke kedai dan minum beberapa botol Soju. Aku cuma pengen tenang sebentar aja. Dan ya, aku ingat tiba-tiba ada Hoseok disana, aku gak ingat apa yang kami bicarakan. Setelah itu aku gak ingat apapun." Jelas Yura.

"Kemungkinan besarnya, kamu mabuk dan gak sadar kalau Hoseok bawa kamu ke apartemennya?" Tanya Jungkook sekali lagi.

"Aku juga gak tau apa aja yang udah dia lakuin ke aku." Dadaku terasa sesak, air mata kini hendak mendesak keluar kembali. Rasanya aku ingin sekali menghancurkan Hoseok, tapi akal sehat ku masih belum mengijinkan aku untuk menyakiti siapapun.

Dan yang lebih menyesakkan, aku masih belum mendapatkan kabar tentang Yoongi. Ahh.. aku sudah putus asa dengan pria itu.

"Yura-yaa.. kamu gak perlu khawatir Hoseok Hyung berbuat yang tidak-tidak semalam. Karena dia bersama ku, kami di club malam sampai pagi. Jadi aku bisa pastikan kamu gak diapa-apain sama dia. Dan tadi pagi itu aku menelepon Hoseok Hyung, karena kartu kredit kami tertukar." Jelas Jungkook yang berhasil membuat ku sedikit merasa lebih baik.

"Kamu serius, Jung?"

"Ya, mungkin hanya berselang dua jam sejak kami pulang dari club, aku yakin Hoseok Hyung juga belum tidur sama sekali."

Aku menghembuskan nafas lega, sungguh mengetahui kalau Hoseok tidak berbuat macam-macam padaku, cukup membuat ku merasa lebih baik.

"Lalu, permainan apa yang dia maksud tadi pagi?" Gumam ku, yang masih bisa didengar oleh Jungkook.

"Hoseok Hyung memang senang bermain-main, ucapannya itu paling cuma untuk melemahkan mental kamu, Hoseok pernah bercerita tentang kamu, dia bilang kalo kamu udah dianggap seperti adiknya sendiri. Mana mungkin kan, dia menyakiti adiknya? Ini hanya permainannya untuk membuat Yoongi Hyung kesal."

"Tapi sepertinya Hoseok gagal, karena Yoongi sama sekali gak mempedulikan ku." Aku tertawa miris. "Yoongi hanya menganggap ku sedang bercanda saat aku berada dalam ketakutan setengah mati."

Jungkook menggenggam tangan ku, mengelus punggung tangan ku dengan kedua ibu jarinya. "Yura-yaa, jangan terlalu dipikirkan, kita gak tau apa yang terjadi pada Yoongi Hyung."

"Ya kamu benar, aku gak tau apa yang terjadi pada Yoongi, aku gak tau apa yang ada di pikiran Yoongi, aku bahkan gak tau apa yang sebenarnya Yoongi rasakan." Aku menundukkan kepalaku, dan air mataku jatuh tepat di atas punggung tangan Jungkook. "Aku gak tau apa dia lebih menyayangi ku atau Nara. Aku gak pernah tau itu."

OH! MY BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang