"CHAPTER 20 : SEBUAH PENGAKUAN"

133 11 0
                                    

Mata Bintang melebar dengan apa yang dilihat nya sekarang, Bintang benar-benar terkejut dengan keadaan Shasa yang penuh lebam dan tak sadarkan diri. Mata nya langsung menatap tajam ke arah Karel yang mengendong Shasa. Tapi Bintang langsung sadar dan membuka pintu nya lebar. Bintang berlari lebih dulu ke kamar untuk membukakan pintu kamar nya, ayah nya sedang lembur dan Bulan sedang keluar membeli makanan.

"Nggak ada yang mau lo jelaskan ?" Tanya Bintang.

"Gue titip Shasa disini ya ? Kali ini aja, jangan berantem ya." Jawab Karel.

"Gue nggak mau terima Shasa kalau lo nggak jelasin" Ucap Bintang.

"Gue mau ke rumah sakit dulu ya. Nenek juga butuh gue, Shasa nggak mau ke rumah sakit. Lo bisa telpon dokter pribadi ayah lo kan ?" Tanya Karel.

Bintang mengepalkan kedua tangan nya untuk menahan emosi nya, tapi kali ini Bintang benar-benar tidak bisa. Bintang berteriak sangat kencang tepat di depan wajah Karel.

"KENAPA SUSAH BANGET SIH !!! KENAPA SUSAH BUAT LO JELASIN KE GUE !!!" Teriak Bintang.

Karel langsung memeluk Bintang, Karel tidak mau membuat Bintang kambuh lagi hanya karena masalah nya dan Shasa.

"Gue nggak bisa jelasin. Jangan teriak kayak gini, lo nggak boleh sakit lagi." Ucap Karel berbisik di dalam pelukan nya bersama Bintang.

Karel melepaskan pelukan nya dan berjalan keluar kamar Bintang, Bintang mengepalkan tangan nya dan menatap punggung Karel yang menjauh. Tanpa sadar mata Bintang berkaca-kaca.

***

Bulan merasa lega menitipkan Shasa kepada Bintang, Shasa akan aman disana. Bintang pasti menjaga Shasa walaupun Bintang tidak menyukai Shasa, tapi Bintang tidak sejahat itu. Karel sangat tahu itu, Karel selalu tahu tentang Bintang. Tapi tubuh Karel juga terlihat lesu, Karel memegang tangan nenek nya yang tertidur pulas dan menaruh kepala nya di tepi ranjang. Matanya menatap bunga Lily putih yang ada di dalam vas bunga.

"Nek...Karel membuat Bintang menangis lagi, Karel masih belum siap buat jelasin semua nya. Apa Karel harus seperti ini terus ? Karel juga akan segera lulus, Karel juga akan melanjutkan kuliah sesuai permintaan papa dan om Langit. Karel juga bakalan jauh dari Bintang. Jadi nggak apa-apa kan kalau Karel nggak jelasin apa-apa ke Bintang ? Tapi Karel takut, hati Karel juga sakit." Gumam Karel.

Mata Karel sudah berkaca-kaca, Karel mengeratkan genggaman nya terhadap tangan nenek nya. Sebuah tangan mengelus puncak kepala Karel, tangan itu adalah tangan nenek nya.

"Kamu pasti bisa menemukan kebahagian kamu Karel, semua akan indah pada waktu nya Karel."

Karel menutup mata nya, bulir bening keluar dari mata nya terus menyusuri pipi lalu jatuh ke punggung tangan nya.

***

Bintang terus memandang Shasa yang sedang di periksa oleh dokter, Langit yang pulang berkerja melihat keadaan Shasa langsung menelpon dokter langganan nya untuk memeriksa Shasa. Shasa bilang dia tidak mau ke rumah sakit, jadi Langit mengikuti keputusan Shasa.

"Jika ada keluhan harap di bawa langsung ke rumah sakit, untung saja dia cepat di selamatkan."

Langit mengangguk dan membawa sang dokter keluar kamar Bintang, meninggalkan Bintang dan Shasa berdua.

"Bin---"

"Nggak usah di jelasin, gue tahu lo nggak bakalan mau jujur sama gue." Sambar Bintang cepat sebelum Shasa melanjutkan ucapan nya.

"Aku, mau jujur sama kamu." Ucap Shasa.

Bintang langsung menatap Shasa, Shasa mengisyaratkan Bintang agar dia mendekat. Bintang melangkah mendekati dan naik ke ranjang nya.

BINTANG & BULAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang