"CHAPTER 17 : PERTAMA KALINYA"

145 11 0
                                    

Semua yang disembunyikan, satu persatu akan terbongkar seiring berjalan nya waktu. Kepingan-kepingan kisah akan terangkai menjadi sebuah puzzle yang utuh pada akhirnya. Sampai kapan pun ingin menyembunyikan nya, pada akhir nya kepingan-kepingan itu kan menjadi satu.

Sejak berapa hari Bintang pulang dari Rumah Sakit, keadaan sekitar nya tetap seperti dulu dan tidak ada yang berubah.

“Kenapa lo nggak bisa maafin Raka ?” Tanya Bintang.

“Kenapa lo nggak bisa maafin Karel dan Shasa ?” Tanya Bulan.

Mereka saling memandang lurus menatap langit malam yang redup, tidak ada Bintang yang menyinari. Bulan juga tidak terpancar terang karena tertutupi oleh awan.

“Gue hanya takut, gue belum siap untuk terluka lagi.” Jawab Bintang.

“Sama, gue juga takut dan belum siap.” Jawab Bulan.

“Apa kalau bunda masih hidup semua berjalan lancar ?” Tanya Bintang.

“Mungkin semua perkara kita akan teratasi oleh bunda.” Jawab Bulan.

“Terlalu banyak yang disembunyikan membuat kita sulit percaya, sulit untuk memahami, sulit untuk bersama dengan kebahagian.” Ucap Bintang.

“Kalau gue mulai membuka hati gue buat Raka, lo bakalan buka hati lo buat Karel dan Shasa ?” Tanya Bulan.

Bintang hanya mengedikan bahu nya dan menghela nafas nya. Dari balik pintu, Langit memandang kedua anak nya yang sedang berada di teras.

“Anak kamu udah mulai dewasa.” Batin Langit.

***

Bulan mengetukkan jari-jari nya di meja, melihat sekitar ruangan kelas nya dan menghentak-hentak kaki nya berulang kali.

“Eh ampas, berisik banget sih lo.” Protes Daren.

Bulan berbalik ke belakang dan menarik pelan buku yang sedang di baca Karel, Karel mendongak menatap Bulan dengan penuh tanya.

“Raka sekolah nggak ?” Tanya Bulan.

“Eh ? Nggak salah dengar nih telinga gue ?” Tanya Daren menatap Bulan.

“Mungkin terlambat.” Jawab Karel.

“Kenapa bisa terlambat ? Nggak lo bangunin ? Biasa nya lo selalu ke apartement dia dulu kan.” Ucap Bulan.

“Kok lo tahu ?” Tanya Daren.

Karel menatap Bulan bingung, wajah nya seolah juga ingin menanyakan hal yang sama dengan Daren.

“Pokoknya tahu deh, jangan banyak tanya deh.” Ucap Bulan.

“Tadi gue ke apartement dia, terus gue di suruh duluan. Ada tante nya di apartement dia.” Jawab Karel.

“Model cilik itu menunjukkan sinar nya lagi.” Ucap Daren.

“Si Ular kenapa sih balik lagi ke dunia model, seharusnya lo cegah Rel.” Gerutu Bulan.

“Mungkin itu hobi Raka, udah biarin aja.” Ucap Karel.

“Lo juga tahu kan kalau Raka nggak suka lagi jadi model. Kenapa lo jadi sok nggak tahu gini.” Ucap Bulan.

“Lo kenapa jadi khawatir sama Raka ? Lo bilang mau balas dendam sama dia, kenapa jadi sok perhatian.” Ucap Karel.

“Eh jangan gini dong, Rel lo yang paling dewasa kan di antara kita. Lo nggak biasa nya kayak gini. Lan, lo udah berantem kemarin sama Raka. Masa berantem sama Karel juga.” Lerai Daren.

Tatapan mata Bulan terus memandang tangan Karel yang diperban, Bulan tahu kalau Karel sedang tidak sehat dengan tubuh nya maupun mental nya.

“Kenapa selalu gue yang harus bersikap dewasa, kenapa harus selalu gue yang terlihat sempurna. Dari kecil sampai sekarang, kenapa cuma gue ? Apa karena kebutuhan gue semua nya selalu di layani kalian. Jadi nya gue harus jadi anak yang baik ?” Lirih Karel.

“Baru sadar lo ?! Terus kenapa lo selalu patuh hah ?! Gue selalu bilang lo sahabat gue, kenapa lo harus jadi kayak pelayan gue hah ?! Dan juga, kenapa lo ninggalin Bintang ?! Ini bukan sekali lo lakuin kayak gini, dan lo nggak pernah mau jelasin.” Ucap Bulan.

“Lan, lo paling ngerti kan gimana hidup nya Karel. Udah ya, banyak anak kelas yang ngelihatin.” Lerai Daren yang berdiri di tengah-tengah mereka berdua.

“Justru karena gue ngerti, gue bilang kayak gini !!! Nggak ada yang pernah maksa dia untuk kayak gini !!!” Bentak Bulan.

Semua orang di kelas mulai keluar, baru kali ini mereka melihat perseteruan dari dua sahabat itu. Daren masih mencoba untuk melerai Karel dan Bulan.

“Keadaan yang maksa gue buat kayak gini, lo nggak ngerti karena lo punya semua nya. Lo dapatin apa yang lo mau dengan mudah. Lo tahu balas budi nggak ? Gue hidup sampai sekarang buat balas budi sama om Langit. Lo paham nggak sih ?” Tanya Karel.

“Nggak ada yang minta buat balas budi, kita sahabat kan ? Kalau lo mau balas budi, kenapa lo nyakitin Bintang.” Ucap Bulan.

“Keadaan yang maksain gue kayak gitu, gue capek Lan.” Lirih Karel.

“Keadaan yang maksa lo atau karena cinta buta lo sama Shasa ?” Sinis Bulan.

Karel mengepalkan tangan nya, dia sudah tidak tahan dengan ucapan Bulan “BUAKKK” Bulan tersungkur di lantai. Daren langsung menarik Karel agar tidak memukuli Bulan lebih jauh lagi.

“Gue pikir kita saling dekat, ternyata gue salah. Kita nggak sedekat itu, lo nggak pernah ngerti apa yang gue rasain.” Ucap Karel.

“ITU SEMUA KARENA LO NGGAK PERNAH MAU JELASIN  !!!” Teriak Bulan yang menggema di dalam ruangan kelas mereka.

Tanpa sadar Karel menitikan air mata nya, ini pertama kali nya Karel dan Bulan bertengkar hebat. Dari kecil mereka benar-benar saling menyayangi, tidak pernah terjadi apapun. Mereka tidak pernah emosi satu sama lain, tapi kali ini. Semua emosi yang saling mereka kontrol satu sama lain sudah keluar.

[To Be Continue ❤]

Hai gaez yuhuuuu kembali lagi bersama...
Terserah sih mau panggil w apa, bingung juga mau dipanggil apa akutu :')

Bulan jangan berantem sama Karel yaaa,
Kasihan Daren kek orang bego pelanga pelongo berpihak sama siapa :')

Bulan jangan berantem sama Karel yaaa,Kasihan Daren kek orang bego pelanga pelongo berpihak sama siapa :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kek gini dong berpelukan :)

Daren kalau udah bingung teman nya berantem, jadi pengen nangis aja udah :')

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daren kalau udah bingung teman nya berantem, jadi pengen nangis aja udah :')

BINTANG & BULAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang