Tidak terasa masa-masa SMA sudah akan berakhir, Ujian Nasional hampir selesai. Seluruh siswa benar-benar menyiapkan matang-matang untuk ujian nasioanl tersebut. Dan seperti biasa Daren akan mulai menggila selama masa-masa ujian. Sekarang saja dia sedang merangkul tangan Bulan dan terus memeluk Bukan di kantin. Semua mata tertuju menatap Bulan dan Daren, dan mereka saling berbisik satu sama lain.
"Eh jangan salah paham, gue bukan homo."
"Eh jangan lihatin gue jijik gitu, gue normal kok. Laki gue tuh !"
Bulan menjelaskan kepada orang yang lewat, tapi tetap saja semua orang yang lewat berpandangan aneh menatap Daren dan Bulan.
"Udah deh Ren, nggak malu lo ?" Tanya Bulan.
"Kalau gue nggak lulus gimana ? Nanti papa sama mama menghapus nama gue dari Kartu Keluarga." Ucap Daren yang masih merangkul Bulan.
"Alhamdulillah." Ucap Raka dan Bukan bersama-sama.
"Huaaaa !!!!" Teriak Daren.
Semua mata makin tertuju kepada mereka, Bulan langsung menutup mulut Daren. Dan tersenyum memandang orang-orang yang ada di kantin.
"Gue mau ngomong sesuatu sama kalian." Ucap Karel.
Raka, Bulan, dan Daren langsung fokus menatap Karel yang duduk di depan mereka bertiga. Karel agak terkejut dengan antusias ketiga sahabat nya itu, mata mereka berbinar-binar menunggu Karel berbicara dan seperti nya Daren lupa dengan masalah hidup nya saat mendengar ucapan Karel.
"Kelulusan sekolah nanti, gue bakalan berangkat ke Inggris. Gue dapat ---" Ucap Karel.
"Kita udah tahu kok, maka nya kita bikin acara liburan ke Bali habis ujian ini berakhir. Buat acara perpisahan sama lo." Sambar Bulan.
"Oh, ya udah. Makasih." Jawab Karel.
"Jelasin lagi dong, masa setengah." Celetuk Daren.
"Kan kalian sudah tahu semua." Jawab Karel.
"Lo sih Lan, sudah tahu si Karel kayak gini. Lo potong omongan dia." Protes Raka.
"Kenapa jadi salah gue ? Kata kalian harus bilang rencana kita ke Karel." Protes Bulan.
"Gue mau lanjutin ngomong, tapi karena lo berdua berantem. Nanti aja gue ngomong nya." Ucap Karel.
"Nggak kok !!! Ayo lanjutin !!" Teriak Bulan dan Raka.
"Gue dapat beasiswa di Oxford, dan gue nggak bakalan pulang sampai kuliah gue selesai. Gue harus selesaikan kuliah gue, lalu gue juga harus membangun perusahan papa dari bawah lagi. Mungkin gue akan lama menetap di Inggris." Jelas Karel.
"Gue juga bakalan berusaha jadi model professional agar gue bisa membayar hutang-hutang orang tua gue. Walaupun gara-gara jadi model gue kehilangan kedua orang tua gue, gue harus menyukai pekerjaan ini lagi seperti pertama kali nya gue masuk ke dunia modeling." Ucap Raka.
"Kalau ngomongin impian, gue masih belum punya impian kayak kalian. Kadang gue juga iri sama Bintang, dia punya hobi dan hobi nya juga bisa menjadi impian dia." Ucap Bulan.
"Gue juga, gue nggak pintar dalam pelajaran apapun." Ucap Daren.
"Lo kan punya keahlian memasak Ren. Sumpah masakan Daren lebih enak daripada masakan Bintang." Ucap Bulan.
"Lulus sekolah nikah muda aja deh Ren." Celetuk Raka.
"Mau nya sih gitu, tapi nggak ada yang naksir gue huaaa.... Nangis lagi nih gue Ka, lo emang sialan, gue tuh sensitif masalah jodoh." Ucap Daren.
"Nanti gue carikan jodoh deh, kolega ayah banyak anak nya cewek. Cantik-cantik, mau nggak lo ?" Tanya Bulan.
"Eh ? Mau dong." Ucap Daren.
***
Bintang, Bulan, Karel, Raka, Daren, dan Shasa sudah berada di Bali. Mereka bersenang-senang karena Langit memberi mereka tiket liburan. Mereka benar-benar menikmati liburan ini. Saling bermain bersama, tapi tampak nya Bulan hanya berdiam diri menatap deruan ombak.
"Kenapa ?" Tanya Bintang.
"Gue lagi mikir, apa gue punya impian ?" Tanya Bulan yang masih fokus memandang ombak.
"Semua orang punya impian." Jawab Bintang.
"Impian gue membuat lo bahagia." Ucap Bulan.
"Itu bukan impian, itu hanya janji lo aja. Lo harus menemukan impian lo, jangan terus-terusan berfikir kalau gue adalah impian lo." Ucap Bintang.
"Tapi yang ada di pikiran gue cuma lo." Ucap Bulan.
"Itu karena lo masih merasa bersalah sama gue." Jawab Bintang.
Bulan cemberut dan memeluk Bintang, Bintang hanya tersenyum dan menepuk punggung Bulan dengan pelan. Jika Bulan sudah manja seperti ini, Bulan benar-benar seperti adik untuk Bintang. Bintang akan membantu Bulan mencari impian nya, seperti Bulan yang selalu mencari kebahagiaan untuk Bintang.
"Woy !!! Jangan kayak anak kucing gitu lo !!!" Teriak Raka sambil menarik Bulan menjauh dari pelukan Bintang.
***
Bintang membidik setiap objek yang menurut nya menarik, Bintang tersenyum melihat hasil bidikan nya. Fotografi benar-benar menyenangkan, mengambil setiap momen yang ada. Sedih, senang, marah, apapun ekspresi nya. Semua ada di dalam setiap bidikan.
Bintang mendekat ke arah Raka yang sedang duduk di dekat pantai, merasakan angin malam di pantai. Bintang mulai membidik momen yang ada di depan nya, kilatan lampu kamera membuat Raka tersadar.
"Wah... Bayar lo, foto gue mahal ya." Ucap Raka.
Bintang hanya menatap datar dan ikut duduk di samping Raka, Bintang menyandarkan kepala nya pada bahu Raka.
"Kalau lo kayak gini, lo kayak tante Ari. Bunda lo, sumpah mirip." Ucap Raka.
"Ya kan gue anak nya, gimana sih." Jawab Bintang.
"Apa gue masih jadi cinta pertama lo ?" Tanya Raka.
"Masih ingat juga lo ?" Tanya Bintang lagi.
Raka hanya mengangguk pelan dan mengelus puncak kepala Bintang dan tersenyum memandang Bintang dari samping.
"Kalau cinta lo ke gue sudah mulai pudar, bilang ya." Jawab Raka.
"Sebenarnya..." Ucap Bintang.
"Eh, jangan deh. Kok gue belum siap ya." Ucap Raka.
"Wah !!! Lo nyuri kesempatan sama kembaran gue ya lo !!!" Teriak Bulan sambil menuju ke arah Bintang dan Raka.
Dibelakang nya di ikuti Karel, Daren, dan Shasa yang membawa kantong plastik berisi makanan ringan dan minuman. Mereka juga membawa gitar.
"Berisik banget si ampas." Ucap Raka.
"Awas ya lo, awas gue lihat lagi." Protes Bulan.
Mereka menikmati malam di pinggir pantai, sambil bernyanyi, bercanda, dan bercerita. Gelak tawa mengisi malam di pantai tersebut. Melepas penat dan bersenang-senang di sana.
***
Bintang berjalan menuju balkon kamar hotel nya, tidak lupa membawa kamera kesayangan nya. Bintang di sambut oleh pemandangan pantai yang sangat indah. Dengan sigap Bintang membidik pemandangan yang terpampang di depan nya.
"Baru bangun ?"
Bintang tersentak dengan suara tersebut, Bintang menoleh ke arah balkon yang ada di samping balkon kamar nya.
"Mau di panggilkan Shasa ?" Tanya Bintang.
Karel menggelengkan kepala nya dan masih menatap Bintang, Bintang hanya membalas senyuman untuk Karel.
"Cantik." Ucap Karel.
[To Be Continue]
![](https://img.wattpad.com/cover/137260461-288-k111250.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG & BULAN [COMPLETE]
Fiksi Remaja"Bintang tidak selalu terang, Bintang juga bisa redup." -Bintang Putri Angkasa- "Bulan tidak selalu lingkaran sempurna, Bulan juga tidak semulus yang terlihat." -Bulan Putra Angkasa- ©2018 Cover by Pinterest + Edit by Storychic