Dengan lahap Karel memakan makanan yang dibelikan Bulan di kantin Rumah Sakit, dengan infus yang masih setia di punggung tangan nya. Karel terus melahap makanan tersebut tanpa menoleh ke arah orang sekitar nya.
"Kenapa lo pakai celemek kesini ?" Tanya Raka.
"Lo kenapa pakai sandal sebelah, sepatu sebelah ? Mode baru apa gimana ?" Tanya Daren.
"Lebay lo berdua, sok panik gitu. Padahal Karel cuma demam." Celetuk Bulan.
"Nggak sadar diri si ampas." Ucap Raka.
"Jas dokter lo juga kebalik." Ucap Daren.
"Gimana nggak panik, si Bintang bilang Karel pingsan. Kita aja nggak tahu Karel kapan datang dan tiba-tiba dapat kabar pingsan." Celetuk Bulan.
"Kalian bertiga nggak pulang ?" Tanya Karel.
"Lah ngusir..." Ucap Bulan.
"CEO emang beda." Celetuk Raka.
"CEO nya Raka yaaa, cieee... Gaji lo gede nggak kerja di bawah perusahaan Karel ?" Tanya Daren.
"Belum tahu nih, harga teman atau harga professional. Model papan atas loh ya gue, nggak sembarangan perusahaan bisa tanda tangan kontrak sama gue." Ucap Raka.
Karel langsung menarik selimut nya dan menutupi seluruh tubuh nya. Tidak mau melanjutkan pembicaraan nya lebih jauh lagi.
"Raka, kita ke studio. Udah di telpon sama tante Zora." Ucap Bintang dari arah pintu masuk ruangan Karel.
"Lo sudah mandi emang nya ?" Tanya Raka.
"Belum, maka nya pulang dulu kita nya." Jawab Bintang.
"Lo mandi di rumah kan ?" Tanya Bulan.
"Yaiyalah, emang gue mau mandi dimana ?" Tanya Bintang.
"Awas ke apartement nya Raka." Ucap Bulan.
"Takut banget si bapak, nggak macam-macam juga gue nya." Celetuk Raka.
"Lan, bawain koper nya Karel ke rumah nya. Ada di ruangan nenek nya Karel semua barang-barang Karel." Ucap Bintang.
Bulan mengangguk pelan dan berjalan melewati Bintang untuk mengambil barang-barang Karel. Karel menurunkan sedikit selimut nya dan memandang Bintang yang berada di dekat pintu, lalu bibir nya mengulas sebuah senyuman dan menarik selimut nya lagi sampai menutupi tubuh nya.
***
Dengan cepat Raka melangkah saat melihat asap kecil di belakang studio pemotretan, tangan Raka langsung meraih rokok tersebut dan menginjak nya. Bintang sedikit tersentak dengan kehadiran Raka yang tiba-tiba.
"Ada apa sih ? Kalau lagi ada masalah bilang, jangan langsung ngerokok. Kalau Bulan tahu, mampus gue." Ucap Raka.
Bintang menghela nafas dan mengeluarkan sisa rokok nya dan memberikan ke Raka.
"Lo masih merokok ?!" Bentak Raka.
Bintang hanya memutar bola mata nya malas dan menghela nafas pelan, lalu tersenyum.
"Kadang-kadang." Jawab Bintang.
"Masih bisa senyum lo ? Gue tenggelamin juga ah lo. Mana lagi rokok nya ?" Tanya Raka.
"Sisa itu." Jawab Bintang.
"Awas lo bohong." Ucap Raka.
Raka berjalan melewati Bintang, lalu berbalik lagi dan menatap Bintang.
"Malam ini jadi ya, oke ?" Tanya Raka.
Bintang hanya mengangguk dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG & BULAN [COMPLETE]
Teen Fiction"Bintang tidak selalu terang, Bintang juga bisa redup." -Bintang Putri Angkasa- "Bulan tidak selalu lingkaran sempurna, Bulan juga tidak semulus yang terlihat." -Bulan Putra Angkasa- ©2018 Cover by Pinterest + Edit by Storychic