Disekitar toko perhiasan sudah ada beberapa wartawan yang menunggu untuk mendapatkan berita tentang Raka dan Bintang. Raka masih fokus bertanya-tanya bentuk cincin, sedangkan Bintang hanya diam di samping Raka.
“Lo mau yang ini nggak ?” Tanya Raka.
Bintang hanya diam dan tidak memperhatikan Raka, Raka memegang tangan Bintang. Memberikan sedikit sentuhan agar bintang tersadar oleh lamunan nya.
“Hhmm…” Bintang tersadar oleh lamunan nya.
“Mau yang kayak gini ?” Tanya Raka.
“Terserah aja, yang mana aja cocok.” Jawab Bintang.
“Lo kenapa ? Ada masalah ?” Tanya Raka.
“Nggak ada apa-apa kok, gue kan emang gini.” Jawab Bintang sambil memberikan sedikit senyuman.
Raka mengenggam tangan Bintang lalu tersenyum manis menatap Bintang, Bintang pun membalas senyuman tersebut.
“Mari saya ukur jari nya mbak dan mas.”
Raka dan Bintang pun mengikuti tuntunan sang pemilik toko tersebut.***
“Langsung fitting gaun nggak ? Atau nyari gedung ? Atau ke restoran Daren makan dulu ?” Tanya Raka sambil tetap fokus menyetir mobil nya.
Daren Is Calling
“Bentar-bentar, Daren nelpon.” Ucap Bintang.
Raka hanya mengangguk, Bintang Langsung menjawab telepon dari Daren.
“Hal---“
“…”
“Hah ? Iya gue segera kesana.”
Tubuh Bintang sedikit bergetar, ponsel nya sampai terjatuh kepangkuan nya. Pikiran nya seketika kacau. Raka yang melihat tingkah Bintang, langsung memegang bahu Bintang untuk menenangkan Bintang.
“Kenapa ?” Tanya Raka.
Bintang menoleh ke samping, mata Bintang sudah berkaca-kaca memandang Raka yang ada di kursi kemudi.
“Nenek…Nenek Karel serangan Jantung.” Ucap Bintang.
Raka langsung memegang setir mobil nya dan melajukan mobil nya.
***
Langit, Zora, Shasa, Daren, Raka, dan Bintang sedang berada di lorong rumah sakit, menunggu kondisi nenk Karel. Bulan dan beberapa dokter senior sedang berada di dalam sana berusaha sebaik mungkin.
“Karel mana ?” Tanya Raka.
“Sekretaris nya bilang masih rapat, selesai rapat baru sekretaris nya bilang ke Karel.” Jawab Daren.
“Suruh sekretaris nya bilang sekarang atau gue yang ke kantor Karel ?” Tawar Bintang.
“Tapi rapat kali ini membahas proyek agensi Raka yang di kontrak oleh perusahaan Karel, Bintang.” Ucap Zora.
“Masih mikir kayak gitu ? Mau bikin Raka kedua ?” Sinis Bintang.
Semua terdiam, akhirnya Daren memutuskan untuk menelpon sekretaris Karel lagi dan Daren sedikit melakukan ancaman agar sekretaris nya dengan cepat melaporkan perintah nya.
Tidak beberapa lama dokter-dokter keluar, sedangkan Bulan masih di dalam ruangan nenek nya Karel. Dari jauh Bintang melihat saudara kembar nya tersebut terduduk di samping ranjang, kepala nya menunduk seperti menangis dan tubuh nya sedikit bergetar. Bintang berlari ke dalam ruangan tersebut, kaki nya lemas dan terduduk di dekat Bulan. Mata Bintang terus memandang para suster yang melepaskan infus dan oksigen, juga beberapa peralatan medis yang ada di tubuh nenek Karel.
“Gue gagal…” Lirih Bulan.
“BRAAKKK” Pintu ruangan tersebut di geser dengan cepat, menampilkan seorang laki-laki yang masih memakai setelan jas sedang terengah-engah. Laki-laki tersebut tidak bisa melangkah lagi. Dia sudah terduduk di dekat pintu ruangan nenek nya memandang dari jauh nenek nya yang terbujur kaku tak bernyawa.
***
Beberapa hari setelah kehilangan nenek nya, Karel masih mengurung diri nya di rumah. Sama sekali tidak ada niatan untuk keluar rumah nya. Daren datang kesana membawa makanan untuk Karel dan menemukan Karel dengan kondisi yang tidak terawat. Karel hanya meringkuk di ranjang nya. Pintu rumah tidak di kunci, jadi Daren, Bulan, dan Raka sudah beberapa hari ini tidur di rumah Karel. Membersihkan rumah Karel dan membujuk Karel makan, tapi selalu gagal.
“Karel masih nggak mau keluar ?” Tanya Bintang.
Bulan hanya mengangguk dan pergi ke wastafel untuk mencuci piring dan gelas yang kotor.
Bintang membuka pintu kamar Karel dengan perlahan dan mendapati sosok Karel yang masih setia di ranjang nya. Bintang berdiri di dekat ranjang nya, Karel sedikit melirik dan tanpa di duga duduk di ranjang nya lalu memeluk perut Bintang yang sedang berdiri.
“Apa yang harus gue lakukan sekarang ini ?” Ucap Karel dengan suara parau.
“Lihat sahabat-sahabat yang setia menjaga lo di saat lo memerlukan mereka. Jangan abaikan kedatangan dan kebaikan mereka. Mereka semua ada untuk lo.” Jawab Bintang.
“Gimana dengan lo ?” Tanya Karel.
“Apa lo ada untuk gue ?” Lanjut Karel.
Karel mendongak dan menatap mata Bintang, Bintang seperti bisu. Dia hanya terdiam dan tak bergerak. Mata mereka saling bertemu, saling memandang tanpa ingin mengalihkan pandangan nya. Bintang menghela nafas dan melonggarkan pelukan Karel, lalu memegang kedua bahu Karel.
“Jangan terlihat lemah, jadilah Karel yang selalu kuat dan siap menghadapi apapun.” Ucap Bintang.
“Termasuk siap kehilangan lo ?” Tanya Karel.
[To Be Continue]
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG & BULAN [COMPLETE]
Ficção Adolescente"Bintang tidak selalu terang, Bintang juga bisa redup." -Bintang Putri Angkasa- "Bulan tidak selalu lingkaran sempurna, Bulan juga tidak semulus yang terlihat." -Bulan Putra Angkasa- ©2018 Cover by Pinterest + Edit by Storychic