Badan Shasa terasa sakit, gadis itu bangun dengan hati-hati. Mata nya langsung mengarah ke nakas yang ada di samping tempat tidur. Di nampan tersebut ada bubur dan air mineral beserta note “Jangan lupa dimakan, aku pergi dulu. Kalau ada apa-apa hubungi aku.”
“Kamu masih aja bisa kayak gini Rel.” Batin Shasa.
Shasa makan dengan pelan bubur buatan Karel, air mata Shasa mengalir dengan pelan. Bukan badan nya yang sakit, tapi hati nya sangat sakit. Harus nya Shasa tidak membuat Karel memilih lagi. Sudah cukup mereka berdua terjebak dengan pilihan.
***
Karel memandang infus yang melekat di punggung tangan Bintang, laki-laki itu menatap Bintang dengan fokus.
Memperhatikan wajah lemah Bintang dan dengkuran halus yang di keluarkan gadis itu. Bintang mulai membuka mata nya dan sedikit terkejut karena Karel duduk di dekat ranjang nya dan terus memandang nya. Mata Bintang mengarah kepada tangan Karel yang diperban lalu menatap Karel yang masih memperhatikan nya.“Maaf…” Ucap Karel.
“Gue nggak kaget kok, ini bukan pertama kali nya gue dilepaskan. Mungkin nanti gue juga bakalan dilepaskan lagi. Kita tunggu aja.” Ucap Bintang pelan.
“Gue bakala---“ Ucap Karel.
“Jangan janji, karena setiap lo ngomong kayak gitu. Berakhir dengan pengkhianatan kan ? Jangan pernah minta maaf, karena gue nggak bisa maafin lo dan juga Shasa. Dan jangan bilang kalau alasan kali ini berhubungan dengan Shasa lagi. Cukup sampai disini lo berusaha untuk jaga gue, karena itu nggak bakalan pernah terjadi.” Jelas Bintang.
Karel terdiam dan menaruh bunga di ranjang Bintang, Karel berjalan keluar dari ruangan Bintang tanpa sepatah kata pun.
***
Setiap Bintang masuk rumah sakit, yang terjadi adalah Bulan dan Daren akan membuat keributan dengan membawa playstation nya ke ruangan Bintang. Bintang yang sudah sangat kebal dengan kelakuan Bulan dan Daren hanya diam sambil memainkan ponsel nya.
“Raka sudah datang ?” Tanya Daren.
“Ngomong sama siapa lo ?” Tanya Bulan.
“Ngomong sama stick PS.” Jawab Daren.
“Di usir sama Bulan.” Celetuk Bintang.
“Gila ya lo, Raka sampai lari dari pemotretan nya demi gendong Bintang yang pingsan. Udah itu mau lo bunuh lagi, pulang dari rumah sakit dia di marahin sama photographer nya lagi.” Ucap Daren.
“Ah, berisik lo.” Gerutu Bulan.
(Flashback On)
“Bintang tahan sebentar ya, tante bakalan bawa kamu ke rumah sakit.” Ucap Zora.
Mata Raka terus memperhatikan gerak-gerik Bintang, Raka benar-benar tidak fokus. Jika sudah tentang Bintang, Raka benar-benar tidak bisa fokus. Raka tidak bisa professional jika sudang menyangkut Bintang. Mata Raka melotot melihat Bintang yang pingsan, Raka berlari ke arah Bintang tanpa peduli teriakan sang photographer.
“RAKA !!! MAU KEMANA KAMU !!!”
Raka tidak memikirkan apa yang akan terjadi dengan nya setelah ini, fikiran Raka hanya terfokus kepada kondisi Bintang. Saat Bintang baru datang, Raka sudah mulai khawatir dengan kondisi Bintang dan dugaan nya benar.
***
“Lo benar-benar ya !! Lo nggak bisa apa kalau nggak bikin Bintang celaka ?! Hah ?! Kenapa diam.” Bentak Bulan.
“Kalau gue jawab, lo bakalan percaya nggak ?! Nggak kan ?!” Bentak Raka tidak mau kalah dari Bulan.
Wajah mereka hampir babak belur satu sama lain, Langit menangkap Bulan yang tiba-tiba menerjang Raka. Sedangkan Daren langsung menarik Raka menjauh.
“Jangan berkelahi lagi, kalau kamu sampai kayak gini lagi. Bintang mungkin menderita.” Ucap Langit menenangkan diri Bulan.
Bulan dan Raka saling menatap tajam, Daren yang melihat hal tersebut langsung menarik Raka menjauh. Kalau dibiarkan mereka mungkin bisa berkelahi sampai besok, sampai salah satu ada yang patah tulang mungkin. Karena waktu kecil, Raka dan Bulan pernah berkelahi sampai hidung Raka patah. Jadi mungkin saja kalau mereka akan mematahkan bagian tubuh satu sama lain lagi.
(Flashback Off)
“Karel ada kesini ya ? Kapan datang ?” Bukan Daren ataupun Bulan yang bersuara, tetapi Raka yang masuk ke ruangan tersebut sambil membawa makanan ringan yang sangat banyak.
“Jangan mulai deh mata lo Lan, gue colok juga. Bintang lagi sakit, jangan ada acara patah-patahin tulang oke ?” Ucap Daren.
Bulan hanya membuang muka dan berdiam diri, lalu mata nya tertuju kepada bunga yang ada di atas nakas.
“Eh ? Karel kesini ya ?” Tanya Bulan.
“Kok lo berdua bisa punya pikiran Karel kesini sih ?” Tanya Daren.
“Tuh ada kesukaan Bintang.” Ucap Bulan dan Raka kompak, mereka saling pandang lalu membuang muka masing-masing.
“Sok tahu lo berdua.” Ucap Daren.
“Siapa sih yang bakalan beri Bintang itu, cuma Karel yang selalu beri Bintang itu.” Ucap Raka.
“Kemarin lo gimana ?” Tanya Bulan pelan.
“Apa lo ? Mau ngajakin berantem lagi ?” Tanya Raka yang fokus menyusun makanan ringan di dalam lemari.
“Nah kan nah kan !!! Nggak bisa damai kan kalau sama Raka !!! Ngegas terus ngomong sama dia.” Protes Bulan.
“Nggak usah khawatir, gue kan hebat.” Jawab Raka.
“Gue nggak khawatir, bodo amat lo mau di pecat ! Malah bagus lagi, gue suka !” Bentak Bulan.
“Nah kan lo khawatir.” Ucap Raka sambil terkekeh pelan.
“Berantem mulu lo berdua kayak anak dugong. Sini makanannya.” Celetuk Daren.
Raka dan Bulan saling bertatapan dan langsung membuang pandangan mereka ke arah lain, Daren hanya mengedikkan bahunya dan mengambil makanan ringan yang ada di dalam plastik. Selama Raka dan Bulan tidak melakukan hal gila seperti kemarin, hidup Daren akan tenang.
[To Be Continue]
Selamat membaca ❤
Semoga kalian suka chapter ini, chapter sebelumnya, chapter selanjutnya, dan chapter seterusnyaaaaaa nanti 😘😘😘
Follow, Share, Like, and Comment ❤
1 Like dan comment = 1000 kebaikan ❤ (Halah halahhhh kayak postingan apa aja 😌 pokoknya selamat membaca aja sih. Urusan komen dan like terserah jari anda menari~~~~iiiii)Team mana nih ?
Karel x Bintang ?
Raka x Bintang ?
Karel x Shasa ?
Raka x Shasa ?
Bulan x Raka ?
Bulan x Daren ?Aku sih, Bulan x Raka :') biar sering gelud aja.
Thank You, Next 😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG & BULAN [COMPLETE]
Teen Fiction"Bintang tidak selalu terang, Bintang juga bisa redup." -Bintang Putri Angkasa- "Bulan tidak selalu lingkaran sempurna, Bulan juga tidak semulus yang terlihat." -Bulan Putra Angkasa- ©2018 Cover by Pinterest + Edit by Storychic