"CHAPTER 26 : IMPIAN BINTANG"

116 10 0
                                    

Bintang sedang menatap layar laptop nya, dengan telaten dia mengerjakan tugas kuliah nya di ruang tamu sendirian. Sudah berjalan 2 tahun Bintang menjalani kehidupan kuliah nya, begitu juga dengan Bulan dan teman-teman nya yang lain.

"Makan dulu, Bulan biar sudah punya pacar. Tapi tetap ingat ya sama lo, ngomel-ngomel nyuruh gue datang ke rumah lo." Ucap Raka sambil menaruh nasi goreng di atas meja ruang tamu.

"Gue bisa masak kali, matikan aja ponsel lo kalau Bulan mulai ngomel-ngomel." Ucap Bintang.

"Om Langit masih lembur ?" Tanya Raka.

"Ya menurut lo ? Ada orang lain nggak di rumah gue selain gue ?" Tanya Bintang lagi.

"Eh, lo mau kerja nggak ? Nggak bakalan menganggu kuliah kok, kayak gue. Kerja nya sama gue juga." Tawar Raka.

"Belum kepikiran, emang kerja apaan?" Tanya Bintang.

"Jadi fotografer lah... Jadi asisten dulu tapi, nanti kalau bos gue suka sama hasil bidikan lo. Gampang lah..." Tawar Raka.

"Gue bilang dulu ke ayah." Ucap Bintang.

***

Bintang berjalan pelan menuju kamar Langit, Bintang berhenti di depan pintu kamar Langit yang terbuka sedikit. Bintang melangkah dan memegang kenop pintu nya.

"Iya, saya ingin mengajari Bintang tentang bisnis. Karena Bulan memutuskan untuk menjadi dokter, saya tidak bisa memaksa nya. Untung saja Bintang mengambill jurusan bisnis, mungkin dia ingin melanjutkan bisnis keluarga kami."

Tangan Bintang tetap memegang kenop pintu, badan nya terdiam di depan pintu kamar Langit. Lalu Bintang berbalik dan memasuki kamar nya lagi.

Bintang berbaring telentang menatap lampu kamar nya, tangan nya terangkat sambil memandang lampu tersebut. Bintang menghela nafas nya pelan, Bintang memang memilih sendiri jurusan bisnis. Tapi bukan untuk melanjutkan perusahaan ayah nya, Bintang menjadi enggan untuk menyampaikan impian nya. Dia tidak boleh menghancurkan impian Bulan, mungkin saja ayah nya akan memaksa Bulan untuk melanjutkan perusahaan nya jika Bintang tidak mau melanjutkan perusahaan ayah nya.

"Tok...Tok..."

"Masuk." Ucap Bintang.

"Raka ngajak lo kerja kan ?" Tanya Bulan.

Bintang hanya mengangguk pelan, lalu mengubah posisi berbaring nya menjadi duduk di atas ranjang. Bulan menaiki ranjang nya Bintang dan duduk di hadapan Bintang.

"Lo tertarik ?" Tanya Bulan.

"Nggak." Jawab Bintang.

"Masa sih ? Memotret kan hobi lo ?" Tanya Bulan.

"Gue mau fokus kuliah aja." Jawab Bintang.

"Besok gue bilang sama ayah soal tawaran Raka." Ucap Bulan.

"Jangan." Jawab Bintang.

"Kenapa jangan ?" Tanya Bulan.

"Gue nggak minat." Jawab Bintang.

"Dengar ya, Bintang Putri Angkasa... Lo nggak pernah nolak apapun yang berhubungan sama hobi lo itu. Waktu lo benar-benar terpuruk, lo tetap aja ikut kontes fotografi kan ? Lo selalu melakukan nya. Jadi jangan bohongi perasaan lo sendiri. Besok kita bilang pelan-pelan sama ayah." Ucap Bulan.

Bintang tersenyum memandang Bulan, Bulan mengelus puncak kepala Bintang pelan.

"Gue belum siap lo punya pacar, gimana nih ??? Ya ampun kakak gue satu-satu nya, kembaran gue satu-satu nya." Gerutu Bulan.

"Awas lo sampai selingkuhin Shasa, mati ditangan gue lo." Ucap Bintang.

"Kalau pemilik kalung nya pulang gimana ya ?"Goda Bulan.

Untuk pertama kali nya pipi Bintang mengeluarkan semburat merah, pipi nya terasa panas. Bintang dengan kasar memukul badan Bulan dan mendorong nya keluar dari kamar. Bulan hanya terkekeh melihat tingkah laku kembaran nya.

***

Bintang, Bulan, dan Langit sedang berada di ruang makan, mereka sedang sarapan bersama. Bulan mengisyaratakan kembaran nya itu untuk berbicara kepada ayah nya, Bintang hanya mengangguk.

"Kamu kuliah sore kan Bintang ?" Tanya Langit.

"Iya yah." Jawab Bintang.

"Bulan nggak di tanya yah ?" Tanya Langit.

"Cowok kok iri sih, minta di tanya-tanya juga." Ledek Langit.

"Untung ayah sendiri, jadi ingin berkata kasar deh." Ucap Bulan.

Langit hanya terkekeh pelan, Langit sangat suka mengajak Bulan bercanda. Membuat Bulan cemberut sangat menyenangkan.

"Pagi ini ke rumah sakit dulu kan ?" Tanya Langit.

"Iya, yah." Jawab Bintang.

Bulan kembali mengisyaratkan Bintang untuk berbicara kepada Langit tentang keinginan Bintang.

"Ayah..." Ucap Bintang.

Langit langsung menatap Bintang untuk menunggu lanjutan dari ucapan anak nya tersebut.

"Bintang mau kuliah sambil kerja." Ucap Bintang.

"Oke, nanti ayah carikan posisi di perusahaan kita. Kamu bisa mulai jadi karyawan biasa dahulu." Jawab Langit.

"Bintang bukan mau kerja di perusahaan yah, Bintang masuk bisnis bukan karena ingin melanjutkan perusahaan ayah."

Bukan Bintang yang berbicara, tetapi Bulan yang mengutarakan isi hati Bintang.

"Benar kata Bulan ?" Tanya Langit.

Bintang menghela nafas pelan dan melanjutkan apa yang ingin dia ungkapkan kepada ayah nya.

"Bintang dapat tawaran menajadi asisten fotografer, Bintang ingin mencoba hal itu. Tapi kalau ayah keberatan, tidak usah di pikirkan. Yang penting Bintang sudah mengutarakan keinginan Bintang." Jelas Bintang.

"Jika itu yang kamu inginkan, ayah tidak mungkin menolak kan ?" Tanya Langit.

"Eh ?" Bintang menatap ayah nya bingung.

"Ayah tidak akan memaksakan kamu, ayah akan mendukung kamu. Jangan merasa terbebani oke ? Kamu juga harus menjalani impian kamu." Ucap Langit.

"Terima kasih ayah, Bintang sayang sama ayah." Ucap Bintang.

Bintang beranjak dari duduk nya dan langsung memeluk ayah nya. Tidak mau kalah, Bulan juga beranjak dari duduk nya dan memeluk ayah nya.

[To Be Continue]

BINTANG & BULAN [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang