Upacara sekolah memang benar-benar membuat otot-otot kaki menjadi kencang, terik nya matahari yang menyinari benar-benar membuat seluruh murid memaksakan senyum manis nya di depan Kepala Sekolah. Di tambah lagi, hari ini pelantikan Ketua OSIS yang baru.
Jadi pagi senin yang cerah ini akan semakin panjang.
“Lan, ke kantin yuk ?” Tawar Daren.
“Gue juga mau, tapi gimana ? Guru killer pada di belakang kita semua lagi baris nya.” Jawab Bulan.
“Jadi ikan asin gue lama-lama berjemur, di kira bule apa kita.” Protes Daren.
“Udah sabar aja, lihat si Karel. Senyum semangat aja di depan sana.” Ucap Bulan.
“Udah mau lengser jabatan, ya senyum semangat lah.” Celetuk Daren.
“Sabar bentar lagi Ren, jangan berisik. Nanti penggaris panjang guru killer kita sampai ke kepala kita berdua gimana ?” Tanya Bulan.
“Nggak usah ngomong lo, Lihat kepala gue ada apa.” Perintah Daren.
Bulan langsung melirik kearah Daren, ada penggaris yang sudah sangat familiar di mata Bulan. Lalu Bulan menoleh ke belakang.
“Hehe, Bapak… Apa kabar pak ?” Tanya Bulan.
“Ngomong lagi, saya tebas kepala kalian berdua.”
Bulan langsung merapatkan mulut nya dan mengerakan tangan nya seperti mengunci mulut nya.
***
Bintang berada di rooftop, asap perlahan-lahan terlihat di rooftop.
Bintang bersandar di sofa usang favorit nya saat berada di rooftop.
Dari mulut Bintang mengeluarkan asap, Bintang pecandu rokok. Dia tidak bisa lepas dari rokok saat awal masuk SMA, padahal kondisi tubuh nya tidak sebaik yang terlihat.
Saat Bintang stress, Bintang selalu mencari rokok.
Bintang menjatuhkan rokok nya dan menginjak rokok nya agar api nya mati dan menendangnya menjauh saat mendengar suara seseorang membuka pintu rooftop.
Dengan cekatan Bintang menyemprotkan parfum, lalu memakan permen rasa mint.
“Sudah gue duga pasti bolos upacara ya lo.” Celetuk Bulan.
“Lo bolos juga ?” Tanya Bintang.
“Nggak lah, udah selesai upacara dan pelantikan Ketua Osis baru nya. Lihat kaki gue, otot nya tegang semua.” Protes Bulan.
“Teeetttt…..Teeeeetttt…”
“Ya ampun baru juga sampai sini, udah bel masuk aja. Gue masuk dulu, lo masuk juga. Harus.” Ucap Bulan.
Bintang hanya mengangguk pelan.
“Jangan angguk-angguk doang lo.” Ucap Bulan.
“Iya, gue masuk kelas juga. Ini mau berdiri.” Ucap Bintang.
Bulan tersenyum dan menarik tangan Bintang, mereka berjalan dengan bergandengan tangan.
Bulan mengantarkan Bintang sampai kelas nya dan mengelus puncak kepala Bintang lembut, lalu mencubit pipi Bintang.
“Gimana nggak sayang kalau bikin gemas kayak gini.” Ucap Bulan.
Mata Bintang melotot dan memukul tangan Bulan, tapi Bulan terus saja menarik lebar pipi Bulan.
“Pacaran terus, masuk kelas kamu sana Bulan.”
“Iya Ibu guru…” Pamit Bulan sambil melambaikan tangan nya ke Bintang.
***
Tiba-tiba kepala Bintang sakit, Bintang tidak keluar sama sekali dari kelas.
Padahal sudah jam istirahat. Bintang memasang headphone nya, kening nya terus berkerut seperti menahan sakit.
Shasa yang melihat hal tersebut ingin bertanya, tapi Shasa tidak berani mengambil resiko untuk di marahi.
Karel datang ke kelas Bintang dan Shasa, lalu Shasa mengisyaratkan keadaan Bintang kepada Karel. Karel dengan berani berjongkok untuk melihat kondisi Bintang, Bintang memejamkan mata nya menahan sakit.
“Ayo ke UKS.” Ucap Karel sambil menyentuh tangan Bintang.
Bintang membuka mata nya dan mata mereka berdua saling bertemu, raut wajah Bintang langsung memandang tidak suka.
Bintang kembali memejamkan mata nya tanpa mempedulikan Karel yang masih ada di depan nya.
Dengan cepat Karel mengendong Bintang, Bintang yang terkejut langsung memberontak di dalam gendongan Karel.
“LEPASIN GUE SIALAN !!” Teriak Bintang.
Karel masih saja mengendong Bintang tanpa mempedulikan teriakan Bintang dan beberapa pasang mata yang memperhatikan Karel sambil berbisik-bisik. Shasa mengikuti Karel dari belakang.
“LEPASIN GUE !!! GUE NGGAK SUKA !!! GUE BENCI SAMA LO” Teriak Bintang.
Daren dan Bulan mengikuti Karel yang membawa Bintang ke UKS, mereka berdua saling berpandangan bingung.
Karel mendudukan Bintang di ranjang UKS dan hal tak terduga pun terjadi “Plaakkk” Tamparan keras mendarat di pipi Karel. Daren, Shasa, Bulan terkejut dengan yang terjadi.
“Lo nggak ada hak buat nolongin atau nyentuh gue, sesakit apapun gue. Lo nggak perlu sok baik dengan bantuin gue.” Ucap Bintang.
Karel berbalik dan menatap Bulan “Kayak nya dia kambuh lagi, giliran lo yang ngurus dia.” Ucap Karel dengan tenang seakan tidak terjadi apa-apa dan meninggalkan ruangan UKS.
“Karel cuma khawatir sama lo.” Ucap Bulan.
“Tapi gue nggak suka.” Jawab Bintang yang masih mengepalkan tangan nya.
Tanpa berbicara banyak, Bulan langsung memeluk kembaran nya tersebut.
Wajah Bintang merah padam, Bintang benar-benar marah. Bintang belum bisa memaafkan Karel dan Shasa.
“Jangan kayak gini ya, jangan buat gue khawatir. Gue nggak bisa milih, lo kembaran gue. Karel sahabat gue.” Ucap Bulan sambil mengelus puncak kepala Bintang.
[To Be Continue💕]
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Haiii para reader chu yang perlahan-perlahan mulai muncul ke permukaan, sedikit demi sedikit mulai bertambah 💕💕
Terima Kasih sudah berkenan mampir ke lapak ini ya gaezzz 😂😂😂
Jika cerita ini terasa menarik, share ya ke teman-teman yang suka baca wattpad ☺
KAMU SEDANG MEMBACA
BINTANG & BULAN [COMPLETE]
Ficção Adolescente"Bintang tidak selalu terang, Bintang juga bisa redup." -Bintang Putri Angkasa- "Bulan tidak selalu lingkaran sempurna, Bulan juga tidak semulus yang terlihat." -Bulan Putra Angkasa- ©2018 Cover by Pinterest + Edit by Storychic