10- sahabat terbaik

6K 293 1
                                    

"Letha!" Panggilan seseorang itu menghentikan langkah Arletha yang sedang berjalan ke kelasnya.

"Avi?" Panggil Arletha menoleh pada asal suara.

"Iya, btw mau gue anterin gak ke kelasnya? Hehe" Tawarnya menyodorkan tangannya.

Arletha tampak menimang-nimang tawaran itu. Tak lama dia mengangguk lalu meraih tangan Gerald.

"Ayo"

Banyak siswa-siswi yang berada di lorong, memperhatikan Arletha juga Gerald yang berpegangan tangan. Bahkan ada yang terang-terangan membicarakannya.

"Liat tuh si Arletha! Dia kan pacarnya kak Kenzo, eh sekarang malah sama sahabatnya! Dasar player! Tukang tikung!"

"Serakah amat sih jadi orang! Eh, bukan orang ya? Tapi setan!"

Hujatan demi hujatan terus ditujukan pada Arletha. Gerald yang mendengar pun sudah terbawa emosi tapi dia tahan.  Sementara Arletha, dia hanya diam menikmati hujatan itu, gak guna juga kan?

"Tha? Lo gak kenapa-napa?" Tanya Gerald pelan.

"Nggak, santai aja kali" jawabnya santai.

"Kalo kenapa-napa telpon aja" ujarnya. Mereka sudah sampai di depan kelas Arletha.

"Gue kan gak punya no lo"

"Oh iya, kemarin gak sempet. Ya udah nih" tangannya menyodorkan hp miliknya.

"Nih, udah!" Ujar Arletha mengembalikan hp Gerald.

"Oke, bye Letha nya Gerald!" Pamit Gerald mengelus rambut Arletha lembut.

"Iya, sana!" Balasnya tersenyum. Tak menyadari ada yang sedang memperhatikan mereka.

"Iya iya" setelah mengatakan itu dia berjalan menjauh.

Arletha masuk ke dalam kelas dengan wajah berseri. Kemudian duduk di bangkunya.

"Aih! Lo kesurupan ya?" Tanya Rani bergidik ngeri melihat Arletha yang sedari tadi tak berhenti memajangkan senyumannya.

"Woy! Tha! Tha!!! Asli ini mah kesurupan!!! Woyy bantu do'a woy!" Ujar Rani heboh karena tak kunjung mendapat balasan dari sang sahabat.

Orang-orang yang berada di kelas menatap Rani bingung. "Eh kenapa? Kok malah bengong sih? Bantu do'a! Kalian juga kesurupan ya? Ya allah ini gimana? Hamba hanya seorang diri yang tidak kesurupan!" Semuanya menatap Rani kesal.

"LO KALI YANG KESURUPAN!" Seru mereka kesal. Rani hanya cengengesan tak jelas, sementara Arletha dia tetap melamun dengan senyumannya.

"Nyantai dong bro!" Balas Rani mengangkat kedua tangannya seperti maling yang tertangkap basah.

Rani beralih menatap Arletha lalu menepuk pundaknya keras. "Woy!"

"Astagfirullah!" Kaget Arletha kemudian meringis sakit karena tepukan pada pundaknya.

"Lo apaan sih!" Sinis Arletha mengusap pundaknya. Senyumannya tak dia perlihatkan lagi, hanya bibir yang cemberut yang ada.

"Hehe..ya maap, soalnya lo di tanya kagak nyaut"

"Iya iya!"

Ting!

Handphone Arletha berbunyi. Dengan sigap dia membukanya.

"Anjir! Gue kira siapa!" Umpat Arletha kesal.

"Lo kenapa sih?" Tanya Rani aneh pada sikap Arletha.

"Gue kira yang chat gue si Avi atau Kenzo! Eh taunya dari operator! Eh?!" Dengan malu dia menutup mulutnya yang keceplosan.

"Anjir anjir!!! Lo akhirnya jatuh hati ama si Ketos?!" Teriak Rani heboh. Semua mata tertuju pada mereka.

"Lo beneran pacaran Sama si Ketos?" Tanya Adit memastikan.

Arletha menghela nafas kemudian menjawab. "Nggak"

"Tapi kemarin dia sendiri lho yang bilang" timpal ayu kepo.

"Gue bilang nggak ya enggak!" Sentak Arletha kesal.

"Ya nyantai dong Tha ngomongnya"

"Terus terus Gerald siapanya lho?" Tanya Adit lagi.

"Kepo bener jadi orang!" Balas Arletha.

"Serah gue dong!" Arletha tak membalas pertanyaan unfaedah Adit, dia hanya diam.

"Tha? Kenapa gak bolos? Biasanya bolos terus?" Tanya Rani heran.

"Kali ini gue libur dulu" balasnya terkekeh. Gaya banget bahasanya cuk.

"Gayanya Libur! Nanti palingan ijin ama guru!" Celetuk Rani. Itu memang fakta, dia mengatakan akan libur membolos eh, ternyata pas lagi belajar ijin ke toilet kagak balik tu anak.

"Hehehe..ya liat situasi aja" kekehnya.

"PR udah belum?"

"PR apaan?"

"Makanya sekolah yang bener! PR aja kagak tau!" Cibir Rani.

"Bukannya gak tau PR apaan, maksudnya PR pelajaran apa Ra? Makanya belajar itu jangan keseringan Ogeb kan jadinya?!" Jelas Arletha.

"Anjir! Apaan lu? Ngatain gue ogeb! Lu kali yang ogeb!"

"Siapa disini yang ogeb?!" Suara itu bagai petir yang menyambar keduanya yang tengah berdebat.

"E..eh..ibu..enggak kok bu" balas Rani takut. Sementara Arletha hanya santai tidak ada rasa takut dalam dirinya.

"Ibu ngucapin salam kalian malah berdebat! Keluar kalian! Jangan masuk pelajaran ibu hari ini!" Sentak Ibu Eva sangar.

Arletha berdiri dari duduknya menggandeng Rani supaya ikut berdiri.

"Ya udah bu kami pamit keluar" ujar Arletha. Melihat muridnya begitu Bu Eva memijit pelipisnya pusing.

"Tha, gue gak mau" bisik Rani.

"Tenang aja kali, gak bakalan kenapa-napa kok" balasnya lalu menarik tangan Rani pelan keluar.

"Ini gara-gara lo ah! Gue jadi dikeluarin!" Rengek Rani, matanya berkaca-kaca seperti akan menangis. Biar diingatkan lagi, Rani adalah anak yang rajin kagak suka bolos, apalagi kaya sekarang dikeluarin sama guru, jadinya ya begitulah.

"Eh Ra udah jangan nangis dong, maafin gue..ya udah lo masuk aja lagi ke kelas, nanti biar gue yang ngomong sama Bu Eva" Bujuk Arletha.

"Terus nanti lo gimana?" Tanya Rani, matanya sudah memerah menahan tangisannya.

"Ya nggak apa, nanti gue bicarain sama Bu Eva" Rani hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

"Permisi bu? Saya aja yang dihukum ya? Rani jangan, dia nggak salah kok" ujar Arletha ketika memasuki kelas.

Bu Eva tampak menimang tawaran yang Arletha ajukan. "Ya sudah, Rani kamu duduk dan kamu Arletha berdiri di tiang bendera sampai bel istirahat bunyi"

Rani menoleh pada Arletha yang santai saja diberi hukuman seperti itu.

"Gue bisa kok, lo gak usah khawatir" bisik Arletha. Rani ragu, gara-gara dia yang tidak ingin dikeluarkan dari kelas Arletha sampai membelanya agar dia bisa kembali masuk. Dia egois!

"Nggak bu! Kami nggak jadi nawar!" Ujar Rani menolak. Arletha menatap Rani aneh. Bu Eva kelihatan kesal, jam mengajarnya tersita oleh urusan ini.

"Ya sudah sana kalian! Ganggu ibu ngajar aja!" Usirnya kesal.

"Lo gimana sih? Biarin aja kali gue yang di hukum, lo belajar aja"

"Enggak bisa gitu Tha!" Mereka kembali berdebat diluar.

"Kenapa? Gue udah biasa kaya gitu, gue gak mau liat sahabat gue sedih kaya tadi" imbuh Arletha pelan.

"Gak, kalo gitu namanya gue egois! Gue di dalem belajar, sementara lo panas-panasan di tiang bendera! Gue adem di kelas dan lo panas di luar! Gue gak mau egois Tha!" Rani menangis mengeluarkan semuanya. Arletha memeluk Rani menenangkannya.

"Maafin gue ya Tha? Maaf.."

"Enggak Ra, lo gak salah apa-apa" balas Arletha melepas pelukannya kemudian tersenyum.

"Lo sahabat terbaik gue Ra"

To be continue..

Bad Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang