22-Arletha

4.7K 221 0
                                    

Happy Reading🖤

Awas Typo!

***

Arletha terus mengeluarkan air matanya, entah kenapa dia sangat merasa bersalah pada Kenzo. Pikirannya selalu mengarah pada Kenzo yang entah sedang bagaimana keadaannya.

Dia sedang berada di atas kasurnya memeluk guling yang sudah basah karena air mata. Tangisan disertai dengan teriakan pilu terus terdengar dari kamarnya.

Laura yang terus mengetuk pintu kamarnya pun ia biarkan. Laura terus memanggil putrinya dari balik pintu seraya menangis.

"Mama, Kakak kenapa?" Akbar bertanya dengan raut bingungnya. Laura menggeleng lalu memeluk putra kecilnya itu.

"Ayo kita kebawah," ajak Laura dengan suara seraknya, lalu mereka turun kebawah. Laura menyuruh Akbar untuk bermain sementara dirinya kini sedang menelpon.

"Assalamualaikum..pulang, Arletha.." Laura menutup telponnya setelah mendapat jawaban dari sana.

...

Tidak terdengar suara tangisan serta teriakan Arletha lagi. Laura kian panik, takut jika terjadi sesuatu yang tak dia inginkan.

"Dobrak aja Pah!!" Laura berteriak tidak sabaran. Yudha mengangguk lalu mulai mendobrak pintu.

Brak!

Pintu terbuka, Laura dan Yudha langsung masuk. Kamar Arletha terlihat berantakan. Bantal, selimut, semuanya ada dibawah, berserakan.

Sementara, Arletha tengah menutup matanya. Mungkin tidur atau pingsan?

Laura segera menghampiri Arletha. Menangis melihat keadaan putrinya yang sama berantakkannya dengan kamarnya. Mata bengkak, rambut acak-acakkan.

Laura mengelus kepala Arletha lembut penuh kasih sayang.

"Maafin gue!!" Arletha berteriak, keringat mengucur di pelipisnya, matanya menyorot penuh penyesalan. Laura langsung memeluk Arletha.

Arletha kembali menangis tersedu. Yudha yang melihat keduanya menangis menghampiri mereka, tapi Arletha malah bangkit, mengambil kunci mobil lalu keluar.

Laura dan Yudha segera mengejar Arletha, memanggil-manggil namanya tapi tak dihiraukan.

Arletha menyetir mobil seperti orang kesetanan dengan pandangan buram karena menangis.

Tangannya gemetar hebat. Dia terus melajukan mobil dengan kecepatan tinggi tanpa memperdulikan umpatan yang keluar dari pengendara lain.

Arletha membelokkan mobilnya tanpa pikir panjang, padahal sedang lampu merah.

Arletha terkejut saat melihat truk yang sedang melaju dihadapannya. Dia membelokkan stir tapi takdir sedang tak berpihak padanya, karena pada saat itu juga truk melaju menghantam mobil bagian kirinya.

Arletha tak sadarkan diri akibat terbentur kaca mobil lalu kepalanya membentur stir sangat keras, serpihan kaca mengenai badan dan wajahnya. Darah mengalir keluar dari dahi serta yang terkena serpihan kaca.

Pengendara truk itu malah pergi begitu saja. Tak ingin disalahkan atas kejadian tersebut.

Orang-orang mulai berbondong-bondong mengerumuni mobil Arletha. Salah seorang dari mereka menelpon polisi, melaporkan kecelakaan itu.

Bad Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang