26-Cutter

4.4K 213 1
                                    

Happy Reading!

Awas Typo!

***

"Lepas!"

"Lepas dong, nyebelin ih!"

"Kalo tenaga gue udah bener-bener pulih, lo gue hajar Dir!"

Entah berapa kali ocehan yang keluar dari mulut Arletha hanya dianggap angin lalu oleh Kenzo.

"Bodo." Arletha mendengus jengah. Lagi, Kenzo seolah tak punya kosa kata yang lain. Hanya, Bodo, hm, dan ya! Dia jadi Kesal sendiri mendengarnya.

"Kunaon sih?!" (Kenapa sih?!) Tanya Arletha.

"Ku Anjeun." Arletha diam meresapi kata-kata Kenzo yang kini ikut-ikutan mengubah bahasanya.

"Salah gue apa? Perasaan gue enggak buat salah sama lo! Gue gak ketemu lo juga seminggu ini!" Bantah Arletha.

Kenzo mendesah frustasi lalu melepaskan Arletha. Membalikkan badannya, melangkah menjauh darinya.

"Akhirnyaaa!!" Arletha memekik bahagia, dia bebas!

Dia celingukan mencari orang-orang. Tidak ada siapa-siapa disana. Hanya ada dirinya. Tak lama terdengar suara tawa yang menggelegar di halaman belakang rumahnya.

Langkahnya kian mendekat dengan halaman belakang rumahnya yang terlihat ramai dengan canda tawa, rupanya mereka sedang makan-makan. Semua orang langsung menatapnya saat memasuki halaman. Tatapan yang membuat Arletha bingung sendiri, mereka menatapnya menggoda.

"Cie! Cie! Yang abis peluk-peluk manja!" Arletha menggelengkan kepalanya semakin bingung, siapa yang pelukan?

"Halah! Jangan sok polos lo, Tha!" Tuduh Geo mengacungkan garpu ditangannya.

"Pada kenapa sih? Natapnya jangan gitu juga kali! Gue gak ngerti asli!" Ucap Arletha membuat semuanya mendelik sinis.

"Udahlah, sok polosnya ilangin!" Arletha mendelik sinis pada Geo yang terus menuduhnya. Siapa juga yang polos? Orang emang gak ngerti!

"Udah, Tha. Ngaku aja kali!" Kali ini Rani yang berkata. Arletha mengepalkan tangannya kesal. Kenapa semua orang terus menghujatnya sih?!

Hari ulang tahun macam apa ini?! Batin Arletha berteriak kesal.

Dia berbalik, melangkah kembali masuk ke rumah. Menaiki anak tangga lalu masuk ke dalam kamarnya. Masih sama, tak ada yang berubah setelah kecelakaan bulan lalu, hanya kini terlihat lebih rapi dan bersih.

Dia membuka balkon kamarnya. Duduk di kursi rotan kecil. Menutup kedua matanya, menikmati semilir angin yang menghembus pada wajahnya. Menghirup udara kota bandung yang selalu membuatnya tenang.

"Makasih, udah ngingetin aku Nay.." ucapnya Lirih. Ingatan tentang mimpinya kala itu berputar layaknya kaset kusut di kepalanya.

"Naya?! Lo baik-baik aja kan?!" Arletha memekik bahagia. Naya, sahabatnya kini berdiri didepannya. Tapi, tatapannya berubah bingung saat Naya menatapnya tajam.

"Ke-kenapa?" Tanyanya.

"Letha, kamu salah!" Arletha kian bingung, rasa bersalah menyeruak di hatinya. Tapi, dia tidak tau apa yang dia perbuat dan melakukan kesalahan apa.

Bad Girlfriend (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang