Happy Reading!
Awas Typo!
***
"Sebelum lo mati, gue duluan yang mati."***
"Self Injury?"
"Ya. Self Injury adalah menyakiti diri sendiri saat pengidapnya merasa tertekan, bersalah, dan memiliki masalah yang besar. Jadi, kalian belum mengetahuinya?" Jelas dokter itu.
Ketiganya mengangguk, terkejut mendengar penuturan sang dokter.
"Sudah saya duga. Pengidap penyakit ini akan menutupi dan beralasan soal lukanya. Dan untung saja pasien cepat dibawa ke rumah sakit, jika tidak mungkin hal yang tak diinginkan terjadi. Kalian masih beruntung pasien tidak apa-apa." Tutur sang Dokter.
Kenzo menatap kosong. Hatinya seperti tersayat sesuatu tak kasat mata.
"Apa penyakit ini bisa disembuhkan?" Tanya Laura dengan bibir gemetar.
Dokter itu menghela nafas berat, menatap kebawah mejanya. Membuka laci, Mengeluarkan kertas yang entah apa isinya.
"Saya tidak bisa menjelaskan secara langsung. Didalamnya ada cara untuk menghentikan pasien menyakiti dirinya sendiri."
Yudha mengambil secarik kertas yang disodorkan. Melipat lalu memasukkannya pada saku jasnya.
"Baik, terimakasih atas bantuannya. Kami permisi." Ujar Yudha lalu berdiri seraya mengajak Laura dan Kenzo keluar.
...
Ruangan ini begitu gelap, tidak ada pencahayaan sedikit pun membuat ruangan ini begitu sesak dan pengap.
"Selamat ya Letha!" Gadis kecil itu berseru semangat.
"Iya, selamat Letha!! Kamu hebat!" Ujar gadis kecil disampingnya.
"Makasih, berkat kalian juga Letha bisa menang lomba!" Arletha kecil tersenyum bahagia.
"Avi mana?" Tanyanya.
"Letha jahat!!" Arletha menoleh, tersadar kembali dari lamunannya.
Dia meneguk ludah, peluh memenuhi pelipisnya. Dia celingukan kesana kemari berusaha mencari dimana asal suara tersebut, namun nihil karena ruangan ini gelap gulita.
"Gue benci sama lo Letha!!"
"Benci! Benci! Bencii!!"
Arletha menekan dadanya kuat, tiba-tiba tidak bisa bernafas dengan benar, rasa sesak terus memenuhi rongga dadanya. Mulutnya terlalu kelu untuk berucap. Sakit di dadanya terus bertambah. Dia berusaha berteriak.
"Argh.." lirih, suaranya hanya bisa sekeras itu. Dia kembali mencoba berteriak, urat-urat lehernya bermunculan.
"ARGH!!!"
"Tha, hey kenapa?" Kenzo menepuk pipi Arletha pelan. Teriakan itu membuatnya panik.
Arletha melotot dengan nafas terengah-engah, dia segera mendudukkan diri. Menatap sekeliling, menghirup oksigen sebanyak mungkin. Matanya melirik Kenzo yang tampak panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Girlfriend (END)
Teen Fiction[Follow dulu yuk sebelum baca:)] "Lo! jadi pacar gue sekarang!" Ucap Kenzo lantang seolah perintah yang tak bisa ditolak. "Dih! Apa-apaan sih?!" Sinis Arletha. "Gak ada penolakan!" Setelah mengatakan itu ia pun melenggang pergi meninggalkan Arletha...