****
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
****Entah kenapa hati ini terasa sakit saat mendengar ucapan Uwi yang memberikan kode untuk Widia dan Ahkam menikah, sengaja aku pergi dari ruang makan tadi menuju taman samping rumah Widia. Air mata ini berhasil keluar dari persembunyiannya, ingin rasanya aku teriak untuk meluapkan semua sakit ini. Ku atur napas mencoba menetralisir perasaan ku dan membuka perlahan surat itu, surat yang ku temukan terjatuh di hadapan ku.
Assalamualaikum nak HafidzMasih ingat dengan eyang nak? Orang yang selalu memasak makan siang setiap kamu dan Widia pulang sekolah, membacakan cerita islami sampai kalian tertidur, yang membela mu saat kamu di omeli umi mu. Eyang kadang tersenyum sendiri mengingat masa kecil kalian, sekarang kalian sudah besar. Sudah lama sekali eyang tak melihatmu semenjak kamu masuk pondok, eyang rindu nak. Uwi selalu memperlihatkan video saat kamu bersholawat, eyang bangga padamu.
Eyang ingin menyampaikan sesuatu padamu, kalau suatu saat nanti eyang udah gaada, tolong jaga cucu eyang satu satu nya, Widia menyimpan perasaan padamu, eyang ingin kalian menikah suatu saat nanti, eyang ingin melihat Widia bahagia bersamamu. Mungkin eyang terlalu cepat menulis surat ini, tapi eyang takut kalau kamu tidak akan tau yang sebenarnya. Widia sudah lama menyimpan perasaan padamu, eyang sering mendengar dia menyebut namamu dalam sepertiga malamnya. Jaga cucu eyang sayangWassalamualaikum
Air mata ku benar benar tak bisa di bendung saat membaca surat itu, orang yang aku sayang ternyata adalah orang yang selalu di sebut namanya di sepertiga malam Widia. Apa yang harus aku lakukan? Merelakan? Aku tak bisa.
" mba "
Panggilan itu membuat Hilda tersadar, ia menghapus air mata nya dan menengok siapa yang memanggil nya.
" iya mas " jawab Hilda menunduk, agar Ahkam tak melihat sisa sisa air mata tadi
" mba liat surat yang jatuh di sini gak? " tanya nya
" yang ini? " tanya Hilda, tangan nya gemetar memberikan surat yang baru saja selesai ia baca
" oh iya ini.. makasih mba " jawab nya yang hendak mengambil surat itu dari tangan Hilda
" kamu ga kenal aku mas? "
Akhirnya pertanyaan itu berhasil di lontarkannya, Hilda mendongakkan kepalanya yang sedari tadi menunduk, agar Ahkam bisa mengenalinya.
" Hilda! " pekik nya
" kamu nangis? " tanya nya
" nggak mas.. cuma kelilipan " jawab Hilda beranjak pergi
" jangan bohong " tegasnya menarik tangan Hilda dan memposisikan badannya tepat di hadapan Hilda
Hilda tak sanggup lagi menahan air matanya, butiran itu kembali meluncur dengan derasnya, isak tangis mulai terdengar dengan bahu yang berguncang.
Ahkam bingung kenapa Hilda menangis, di tariknya tangan Hilda hingga Ahkam mampu mendekap wanita di depannya ini dan menuntunnya untuk duduk di kursi taman.
" kamu kenapa? " tanya Ahkam lembut mengelus puncak kepala Hilda
Hilda tak memberikan jawaban, ia melepas pelukannya dan memberikan surat yang di cari Ahkam tadi.
Bahu nya masih berguncang, isak tangis itu masih terdengar. Lagi, di dekap nya Hilda untuk memberikan ketenangan padanya.
" maafkan mas yang tak mengenali mu " lirih Ahkam
KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Habibal Qolbi 2
RandomYang udah baca full Ya Habibal Qolbi 1, ini lanjutan ceritanya. Masih gak bisa nge deskripsiin gimana ceritanya. Baca aja lah langsung Voment nya jangan lupa Follow euy Ig @tumispete_ dan @kijingbekentaky Salammanis AnakKalsel BorneoSquad IjoTomat H...