Seminggu sudah berlalu, namun Hilda tak kunjung keluar kamar. Bukan tak ada yang memperdulikannya seperti sentakan abinya, tapi karena ia yang terlalu depresi dalam hal ini. Mata hitam yang baru saja memudar kini kembali menghiasi mata nya, bibir yang semula berwarna pink itu mulai memutih. Setiap kali umi nya membawakan makan, entah itu sarapan makan siang ataupun makan malam tak sama sekali disentuh nya. Setiap kali ia mendengar teriakan abinya yang mengatakan " biarkan saja dia! Dia sudah membuat malu keluarga kita " saat uminya mengantarkan makanan ke kamarnya membuatnya semakin hancur. Bisnisnya terbengkalai karena kebakaran waktu itu, menambah beban fikirannya.
Tak adakah yang mencoba menyelesaikan masalah ini? Semuanya sudah berusaha, semarah apapun Ramadan pada anaknya, ia tetap mencari jalan keluar atas masalah ini. Mereka sudah mencari kemanapun keberadaan nya, tapi tak ada yang dapat menemukannya." abi harus ke kantor sekarang "
" ga sarapan dulu bi? " tanya Hana
" ada meeting mendadak. Assalamualaikum "
" Waalaikumsalam "
Setelah kepergian mereka, Hana meletakkan nasi dan lauknya di piring untuk Hilda.
" umi biar Widia aja.. " Widia mengambil alih pelan
" bujuk dia ya Wid " pinta Hana penuh harap
" iya mi.. semoga aja dia mau makan "
Widia menaiki tangga, membawa nampan yang berisi sepiring makanan dan segelas jus alpukat kesukaannya.
Tok.. tok..
Widia membuka pelan pintu kamar, melihat Hilda yang masih setia dengan posisinya menekuk lutut dan menyembunyikan wajahnya.
" Luh.. makan dulu yuk.. "
Tak ada jawaban apapun, Widia meletakkan nampan nya kembali ke atas meja. Mengambil tangan Hilda dan menggenggam nya dengan perasaan hangat.
" Hilda.. apa kamu mau seperti ini terus, ini ga baik buat kamu "
" aku udah bikin malu keluarga Wid.. " lirih Hilda tanpa menatap Widia
" ngga Luh, aku percaya sama kamu, kamu ga mungkin ngelakuin itu "
" tapi abi..
" semarah apapun abi, sekeras apapun teriakan abi yang sering kamu dengar itu bukan berarti abi benci sama kamu, nggak Hil.. abi tetap berusaha buat nyari dia yang udah bikin masalah ini "
" kita semua berusaha untuk menyelesaikan masalah ini "
Hilda terdiam, menatap Widia dengan tatapan yang sulit di artikan. Widia menyelidik tatapan itu, tatapan lelah dan menyerah atas masalah yang ia terima. Widia hanya mampu menatap rapuh wanita di depannya ini, wanita yang kini tak menggunakan niqob.
" astaga! Aku lupa mau nanya sama kamu " pekik Widia
" nanya apa? "
" kamu pake gamis warna apa waktu itu? " tanya Widia
Hilda memutar otak mencoba mengingat kejadian itu, kejadian yang sebenarnya tak ingin ia ingat kembali.
" abu tua " jawab Hilda
" beneran? "
" iya.. emang kenapa? "
Widia membuka ponselnya, memperlihatkan foto yang Ahkam perlihatkan padanya waktu itu. Memastikan dengan benar warna gamis yang ada di foto itu.
" benerkan dugaan aku, bukan kamu yang ada di foto kamu. Pantesan aku ngerasa ada yang beda sama foto ini. Nih kamu liat, beda kan? "
" iya Wid.. ini gamisnya warna silver, aku juga ga punya gamis yang kaya gini "

KAMU SEDANG MEMBACA
Ya Habibal Qolbi 2
RandomYang udah baca full Ya Habibal Qolbi 1, ini lanjutan ceritanya. Masih gak bisa nge deskripsiin gimana ceritanya. Baca aja lah langsung Voment nya jangan lupa Follow euy Ig @tumispete_ dan @kijingbekentaky Salammanis AnakKalsel BorneoSquad IjoTomat H...