Awal Kehidupan

929 49 8
                                    

Kini membuat sarapan harus menjadi kebiasaan pagi Hilda setelah Sholat Subuh. Hilda kini resmi menjadi istri seorang Munsyid Syubbanul Muslimin. Tapi tak seindah yang di bayangkan, pernikahan ini di terima Ahkam bukan atas dasar cinta, tapi tak ingin durhaka pada orang tuanya jika ia menolak pernikahan ini. Hanya Hilda, Ahkam, Danies dan Tuhan yang tau kejadian malam itu. Ahkam masih dingin pada Hilda, bahkan tadi malam mereka tidur terpisah.

" Mas, ayo sarapan " ucap Hilda saat masuk ke dalam kamar

Ahkam melirik Hilda sekilas yang berdiri di ambang pintu dan kembali fokus pada laptopnya.

" Saya tidak lapar " jawab Ahkam dingin

Tanpa bicara Hilda menutup pelan pintu kamar, tak mungkin ia memaksa Ahkam, itu akan menimbulkan masalah lagi, Hilda melangkah menuju taman belakang rumah. Melamun lagi? Itu yang Hilda lakukan sekarang, mengingat kejadian malam itu, perlahan buliran air mata menetes membasahi khimarnya. Ia merutuki dirinya sendiri, andai ia tak menerima ajakan Danies malam itu, kejadian itu tak akan pernah terjadi.

Drrtt...Drrtt...

Bunyi hp menghentikan tangisnya, di hapusnya air mata dan mengeluarkan ponsel dari saku gamisnya.

📞

....

Waalaikumsalam, ada apa Khi?

....

Astagfirullahaladzim, iya aku kesana sekarang Assalamualaikum

¤¤¤¤

" Astagfirullahaladzim, kenapa bisa kaya gini sih Khi? " tanya Hilda

" gak tau mba, waktu Khia dateng udah kaya gini. Tapi kata orang yang lewat tadi malem ada orang yang kesini pake topeng bawa jirigen gitu " jelas Khia

Hilda terdiam, menatap bagian dapur restoran habis terbakar, hanya menyisakan bagian utama, hampir separuh restorannya hangus terbakar. Ia tak habis fikir, siapa yang tega melakukan ini.

" Sabar mba, polisi bakal nangkep pelakunya " Khia mengelus pelan pundak Hilda

" Hhh... iya Khi, aku cuma gak habis fikir, siapa yang tega ngelakuin ini " jawab Hilda

" Permisi bu... "

" iya pak " jawab Hilda

" kami sudah menemukan sedikit titik terang, kami menemukan sidik jari pelaku di pintu utama " terang polisi

" Alhamdulillah, terima kasih pak atas bantuannya " jawab Hilda

" tapi kami harus melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mencari bukti yang lain " timpal polisi

" yasudah kami permisi dulu bu "

" iya pak " jawab Hilda dan Khia

" Mba... udah ya.. jangan sedih lagi, kan polisi udah nemuin sidik jari pelakunya " ucap Khia

" bukan itu Khi, aku kasian sama karyawan, mereka gak kerja untuk waktu yang lama, setidaknya sampai pelakunya ke tangkep dan renovasi restoran " jawab Hilda

" Itu bisa di cari jalan keluarnya, yang penting mba jangan sedih lagi "

Hilda teringat kalau ia belum meminta izin pada Ahkam untuk keluar rumah.

" Khi, aku pulang dulu ya.. nanti kalau ada apa apa kabarin aku. Assalamualaikum " ucap Hilda dan berlalu pergi

" Waalaikumsalam, hati hati mba " jawab Khia sedikit berteriak karena Hilda yang sudah mulai menjauh

Ya Habibal Qolbi 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang