Drrtt... Drrttt... Drrttt...
"Hallo."
"Eoh, halo Eunseo ya."
"Ada apa kak?"
"Aku akan menjemputmu, aku sudah berada di dekat kantor mu. Sebentar lagi akan sampai"
"Kenapa mendadak sekali kak?"
"Maaf, aku lupa memberitahumu tadi pagi. Aku akan mengajakmu bertemu dengan temanku, dia baru saja pulang dari luar negeri."
"Kalau begitu kenapa kau mengajakku? Kan dia temanmu, kenapa kau tak menemuinya sendiri saja?"
"Karena ada sesuatu yang harus aku bicarakan Eunseo."
"Apa? Kakak, aku sudah memiliki janji dengan Sinb. Ak-" belum sempat Eunseo menyelesaikan panggilannya, kakaknya itu sudah memotong ucapannya tanpa permisi.
"Eoh, aku sudah di depan kantormu dan aku sudah melihatmu. Kututup telfonnya." Lagi lagi kakak nya melakukan hal sesukanya, sekarang ia mematikan telefon itu begitu saja.
"Son Juyeon!!!" Teriak kakak Eunseo sambil melambaikan tangannya ke adik kesayangannya itu. Eunseo hanya bisa mendengus sembari menarik tangan Sinb untuk menghampiri kakaknya itu.
"Kak, kakak kenapa sih? Kenapa tiba tiba mengajakku ikut denganmu?"
"Kan sudah kubilang ada yang ingin kubicarakan."
"Tapi kak, aku sudah memiliki janji dengan kekasihku." Sejenak atensi Wendy beralih kepada sosok perempuan yang tepat berdiri disamping adiknya.
"Hai kak." Sapa Sinb canggung. Ya Sinb masih terasa sedikit canggung dengan Wendy karena memang mereka jarang bertemu, Wendy terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang membuatnya menjadi jarang di rumah. Oleh karena itu, Wendy belum begitu dekat dengan kekasih adiknya itu.
"Oh hai Sinb, sudah lama sekali aku tak melihatmu. Mungkin sudah 3 bulan sejak kau terakhir datang ke rumah. Kenapa kau tak pernah datang ke rumah lagi?" Sapa balik Wendy dengan senyuman manisnya. Eunseo yang mendengar hanya bisa memutar bola matanya.
"Ah ayolah kak, jangan membanyol seperti itu. Bahkan setiap Sabtu Sinb datang ke rumah, hanya saja kau yang terlalu sibuk dengan urusanmu, sehingga membuatmu tak sadar." Wendy memberikan ekspresi yang sedikit terkejut.
"Benarkah? Apakah aku sesibuk itu? Ah, maafkan aku Sinb ya, karena pekerjaanku, aku jadi tak pernah sadar jika kau datang ke rumah." Ucap Wendy penuh penyesalan.
"Ah tak apa kak, aku paham kau sibuk juga karena pekerjaanmu itu. Bagaimana kabar kakak?"
"Ya beginilah, aku selalu baik baik saja." Sinb hanya membalas dengan senyuman dan anggukan.
"Jadi?" Tanya Eunseo.
"Ah ya, hampir saja aku lupa. Sekarang kau harus ikut denganku Seo. Temanku sudah menunggu di cafe dekat sini."
"Kenapa kakak mengajakku di waktu yang tidak tepat sih kak. Bagaimana dengan Sinb? Aku sudah terlebih dahulu berjanji dengannya."
"Maaf Eunseo ya, aku lupa mengabarimu tadi. Ayolah Seo, ada hal penting yang harus aku bicarakan." Eunseo hanya bisa memutar bola matanya. Ia tak akan pernah bisa membantah permintaan kakaknya. Tak akan pernah bisa. Karena dia adalah satu satunya orang yang telah menjaga dan merawat dia semenjak orang tuanya meninggal. Ia orang tua Eunseo sudah meninggal karena kecelakaan pesawat saat Eunseo menginjak perguruan tinggi. Sejak saat itu kakaknya lah yang selalu mengurus segala kebutuhan Eunseo. Eunseo tak bisa dibilang sebagai orang yang tak mampu. Bahkan semasa hidupnya, orang tua Eunseo adalah orang yang termasuk kaya. Mereka memiliki perusahaan yang sekarang dikelola kakaknya. Tetapi Eunseo lebih memilih bekerja di tempat lain, bukan di perusahaan orang tua nya. Kenapa? Karena Eunseo tak mau hidup secara instant dengan semua peninggalan orang tuanya. Ia mau berjuang dari awal dan menikmati setiap jerih payahnya. Ya Eunseo sedikit demi sedikit mulai berhasil, Eunseo berhasil menggapai mimpinya untuk menjadi seorang model.
"Baiklah kak, aku akan ikut denganmu. Tapi aku akan mengajak Sinb, karena kau akan bertemu dengan temanmu yang pastinya sudah lama tak kau temui karena dia berada di luar negeri. Jadi kau pasti akan membiarkanku begitu saja, apalagi aku tak mengenalnya. Jadi aku bawa Sinb ya kak?"
"Tidak tidak, hal yang aku bicarakan sangat penting Seo, ini hanya diantara kita.
"Kita? Maksut kakak? Aku juga?"
"Iya kau, siapa lagi sih Seo jika bukan dirimu?" Wendy gemas sendiri dengan adiknya itu.
"Memangnya apa sih kak?"
"Nanti kau juga akan tau sendiri. Jadi ayo kita berangkat, dia sudah menunggu." Wendy hampir saja lupa jika disana ada Sinb.
"Ah maaf Sinb jika aku mengahancurkan waktu kencan kalian. Aku lupa memberitahu Eunseo tadi pagi. Maafkan kakak ya bi." Sinb tersenyum.
"Iya kak, tak apa. Bagaimapun kakak bilang jika ada hal penting yang harus kakak bicarakan. Tak masalah, masih banyak waktu lain kali." Sinb berucap sopan tak lupa dengan senyumannya. Eunseo lagi lagi hanya mendengus karena harus merelakan waktu berkencannya.
"Maafkan aku ya Sinb, aku harus meninggalkanmu. Aku janji, besok kita akan berkencan atau kau mau di hari libur saja? Kita akan berkencan seharian." Ucap Eunseo sambil terkekeh setelahnya. Sinb hanya menanggapi lagi lagi dengan senyuman. Eunseo cemberut karena kekasihnya tak memberikan tanggapan yang lebih selain senyuman. Sinb terkekeh melihat ekspresi Eunseo.
"Kenapa dengan wajahmu? Kenapa kau tekuk begitu? Iya iya, nanti kita akan berkencan di waktu libur. Sekarang sudah, kakakmu menunggu." Balas Sinb. Eunseo tersenyum mendengar penuturan Sinb.
"Kau akan pulang dengan siapa? Apa perlu aku memesankan taksi untukmu?" Inilah Eunseo, inilah hal yang membuat siapa saja jatuh cinta, termasuk Sinb. Sikap dewasa nya, sikap mandirinya, dan yang pasti sikap baik serta perhatiannya. Yang membuat siapa saja akan jatuh kepadanya.
"Tak perlu, aku akan menunggu disini sebentar. Pasti nanti juga akan ada yang lewat."
"Begitukah? Baiklah kalau begitu, aku pergi dulu. Kau berhati hati lah. Sekali lagi maafkan aku." Setelah berucap Eunseo memeluk sekilas kekasihnya dan mengecup keningnya sesaat. Setelah melepas pelukan, Eunseo segera beranjak berlalu dan masuk ke dalam mobil kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan