Bagian 27

1.4K 150 6
                                    

Sudah 2 minggu sejak pernikahan. Tak ada hal yang berubah hanya status pernikahan saja yang mengubah keadaan mereka.

Sebenarnya Bona ingin bertanya, ingin memastikan bagaimana perasaan Eunseo terhadapnya. Tapi ia tak bisa, ia takut jika nanti malah membuat Eunseo tak nyaman dan merasa tertekan akan pertanyaannya. Oleh karena itu Bona memilih diam dan menunggu.

Eunseo juga tak selalu tidur di rumah, terkadang wanita itu akan tidur di tempat Sinb, menemani kekasihnya itu.Seperti saat ini, Eunseo meninggalkan Bona sendirian di rumah mereka. Bona cemburu? Tentu saja. Ingin marah? Jelas. Tapi apa Bona bisa melarang? Tidak. Kenapa tidak? Pasti kalian sudah tau jawabannya. Karena itu sesuai kesepakatan awal, Bona membiarkan Eunseo tetap bersama kekasihnya. Jika sekarang Bona tiba tiba melarang Eunseo bersama kekasihnya, itu sama saja Bona telah menjilat ludahnya sendiri dan Bona tak mau egois untuk saat ini.

Tak ada yang tau, saat Eunseo berada di tempat Sinb, Bona akan sendirian di kamar, mematikan lampu lalu menangis sampai ia tertidur. Dan besoknya akan berakhir Bona yang tidak pergi ke kantor dengan alasan sedang sakit. Padahal dia boss nya, jadi tak masalah ia mau berangkat atau tidak untuk ke kantor. Itu kata Luda.

Luda juga sudah sering menawarkan diri untuk mengunjungi Bona saat ia sedang sakit. Tapi Bona menolak, Bona tak mau selalu merepotkan sahabatnya itu. Bona juga tak mau jika Luda mengetahui mata sembab dan bengkaknya setelah menangis.
.
.
.
Setelah dari tempat Sinb, Eunseo memutuskan untuk pulang ke rumah karena ia tak memiliki pekerjaan.

Jam juga masih menunjukkan pukul 8 pagi. Saat masuk ke rumah, suasana sangat hening dan sepi. Eunseo pikir mungkin Boba sudah berangkat ke kantor.

Dengan langkah yang sedikit lebar, Eunseo berjalan memasuki kamarnya berniat untuk mandi. Tetapi ia terkejut saat sudah di dalam. Karena Eunseo melihat Bona yang masih tergulung selimut di atas tempat tidur. Eunseo ingin membangunkan Bona takut jika Bona kan kesiangan untuk pergi ke kantor.

Eunseo menepuk nepuk bahu Bona lembut mencoba membangunkannya.

"Hey Tuan Putri bangun." Ucap Eunseo masih mencoba membangunkan Bona yang posisinya memunggunginya.

"Bona bangun, ini sudah jam 8. Apa kau tak akan berangkat ke kantor?"

Akhirnya lenguhan terdengar dari mulut Bona, Bona menggerakkan tubuhnya berputar menghadap ke arah Eunseo. Kemudian Bona mengerjap pelan, membuka matanya.

Terkejutnya Eunseo melihat keadaan Bona sekarang. Hidungnya merah, matanya sembab dan bengkak. Ada apa dengan wanita ini pikirnya. Apakah dia sakit?

"Bona? Hey ayo bangun." Pinta Eunseo lagi dan itu sukses membuat Bona benar benar membuka matanya.

Bona juga tak kalah terkejut melihat kehadiran Eunseo. Bona pikir Eunseo tidak akan pulang secepat ini. Dengan cepat Bona kembali memutar tubuhnya membelakangi Eunseo.

"Hey aku disini, bukan disana. Apa kau akan membiarkanku berbicara dengan pungunggungmu? Kau tega sekali." Ucap Eunseo. Tapi tak dihiraukan oleh Bona.

"Ayolah menghadap ke arahku. Aku ingin bertanya sesuatu." Masih tak ada respon. Akhirnya Eunseo duduk ke atas ranjang lalu memutar tubuh Bona paksa. Sadar dirinya kembali menghadap Eunseo, Bona dengan cepat menutup wajahnya menggunakan tangannya.

"Hey hey kenapa ditutup?" Bona menggeleng.

"Kau sakit?" Bona kembali menggeleng.

"Tapi tadi aku sempat melihat, hidungmu sangat merah dan matamu sedikit sembab. Apa...kau habis menangis?" Bona diam tak menjawab.

"Hufttt, kenapa? Apa kau ada masalah? Ada apa? Ceritakan padaku, mungkin aku tak akan banyak membantumu tapi setidaknya aku bisa menjadi pendengar yang baik." Bona kembali menggeleng.

PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang