Keesokan paginya, semua yang berada di rumah Wendy sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan. Mereka semua bangun pagi, karena memang memiliki kegiatan masing masing setelah ini. Bona dan Luda yang harus bekerja, sementara Wendy dan Seola yang akan pergi mengunjungi Irene.
"Kemana Eunseo? Apa dia belum bangun? Tak ikut sarapan?" Tanya Wendy dan dibalas gelengan oleh Bona.
"Lalu? Kemana dia sekarang? Apa dia masih di kamar mandi?" Tanya Wendy lagi.
"Tidak, dia tak di rumah Wen." Wendy mengernyit bingung.
"Maksutmu? Bukankah semalam dia di kamarnya bersamamu?"
"Ya memang, tapi kemudian dia keluar, ke rumah Sinb untuk menemaninya." Wendy terdiam.
"Sinb? Siapa dia?" Seola.
"Kekasih Eunseo." Jawab Bona santai. Seola terkejut dan hampir tersedak air minum yang sedang berada di mulutnya.
"Kekasih? Apa maksutnya? Bukankah dia akan menikah denganmu? Tapi dia malah memiliki kekasih selain dirimu? Aku tak paham."
"Eunseo menikah denganku karena terpaksa, aku yang memaksa dia. Dan memang dia memiliki kekasih." Jelas Bona yang diikuti dengan kekehan mirisnya. Wendy masih diam, merasa tak enak. Seola sebenarnya ingin meledak saat itu juga, tetapi ia tak bisa. Ia tak bisa ikut campur disini. Sementara Luda? Lagi lagi ia harus diam dan menyimpan rasa sakitnya sendirian.
.
.
.
Sekitar pukul 8 kurang Bona dan Luda sudah sampai di kantor, atau lebih tepatnya butik milik Bona. Sekarang mereka berdua sedang berada di dalam ruangan milik Bona."Sampai kapan?" Tanya Luda tanpa menoleh ke arah Bona.
"Apa?" Luda menutup majalahnya dan menoleh ke arah Bona. Menatap tepat ke arah mata wanita itu.
"Apa kau akan terus seperti ini? Membiarkan hatimu terus merasakan sakit. Apa kau bodoh Kim Jiyeon?" Bona diam tak menjawab.
"Sudah ratusan kali aku mengingatkanmu untuk berhenti. Tapi kenapa kau keras kepala sekali? Bahkan sudah jelas jika dia tak menginginkanmu. Tapi kenapa kau begitu egois?" Bona sekarang benar benar diam dan menunduk. Segera Luda berdiri dan mendekati Bona. Direngkuhnya tubuh sahabatnya itu.
"Ku mohon, jangan siksa dirimu terus menerus. Kasihanilah dirimu sendiri, aku tau kau mencintainya. Tapi untuk apa jika itu hanya akan menyiksa dirimu sendiri?" Luda berbicara seakan akan ia adalah seorang yang sangat benar sekarang. Padahal pada kenyataan? Cih, bahkan ia tak beda jauh dari wanita itu. Menyiksa dirinya sendiri karena perasaan cintanya.
.
.
.
Waktu menunjukkan pukul 11.30. Dimana itu merupakan waktu makan siang untuk mereka semua. Kemudian tiba tiba ada seseorang yang membuka pintu ruangan Bona. Ia membuka lebar pintu itu sehingga memperlihatkan seorang wanita menggunakan kacamata yang sedang fokus di kursinyaDeg...deg...deg...
Tiba tiba jantungnya merasa berdetak lebih kencang dari sebelumnya dan ia merasa terkejut kemudian bergumam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan