Jam sudah menunjukkan pukul 14.00 dan saat ini semua pekerjaan Eunseo telah selesai.
Sudah 2 minggu sejak ia Wendy dan Seola ke kantor Bona waktu itu, tetapi tak ada hasil yang ia dapatkan untuk mencari Bona bahkan Luda juga tak menghubunginya. Oleh karena itu Eunseo memutuskan untuk kembali ke kantor Bona setelah ini.
.
.
.
"Sebentar, tolong kau diam saja dulu. Jangan matikan telfonnya, aku belum selesai berbicara denganmu. Jangan bersuara.""Memangnya kenapa?"
"Ada Eunseo yang sedang berjalan kesini. Jadi diamlah, aku akan mengusirnya sebentar. Jika kau sudah ada diluar tunggulah dulu di mobil. Aku tau kau belum siap bertemu dengannya sekarang.
"Eunseo?"
"Iya, istri tercintamu itu. Ssst... Sekarang diamlah." Setelah itu Luda memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya bertepatan dengan Eunseo yang sudah berada beberapa langkah darinya.
"Hi kak Luda."
"Oh hi Seo. Ada apa?"
"Tidak, aku mencarimu hanya ingin bertanya sesuatu." Luda memutar bola matanya malas.
"Bona?" Tebak Luda dan Eunseo mengangguk dengan wajah memelas.
"Apakah masih tak ada kabar tentangnya kak?"
"Bukankah dulu kau sendiri yang mengatakan untuk menghububgimu jika aku mendapat kabar tentang Bona?" Eunseo mengangguk.
"Lalu? Apakah aku sudah menghubungimu?"
"Belum."
"Berarti kau sudah mendapat jawabannya bukan?"
"Tap-"
"Ayolah Seo, aku juga pusing memikirkan kenapa perginya wanita itu, ditambah aku harus mengurus semua pekerjaannya. Tolong, jangan membuatku semakin kesusahan karenamu."
"M-maaf, maafkan aku kak jika aku merepotkanmu. Sungguh aku tidak bermaksut, aku hanya... Hanya-"
"Hanya apa? Ck, Seo dengarkan aku. Apalagi yang kau inginkan darinya? Apalagi yang kau harapkan? Bukankah rasa sakit yang selama ini ia rasakan sudah cukup untuknya? Lalu apa lagi? Belum puaskah kau menyakitinya?"
"Tidak kak, sungguh aku tidak ingin seperti itu. Aku tidak ingin menyakitinya lagi, karena itulah aku sangat ingin bertemu dengannya. Aku ingin berbicara dengannya, menjelaskan semuanya, meminta maaf kepadanya."
"Meminta maaf? Apa kau pikir itu akan cukup?"
"Aku tau itu tidak akan cukup, setidaknya dengan meminta maaf dan berbicara dengannya, aku bisa menjadi sedikit lebih tenang nanti jika memang aku harus berakhir dengannya."
"Ck, berkahir dengannya? Hey bahkan surat perceraian yang dia kirim waktu itu saja belum kau tanda tangani."
"Bukankah sudah kubilang? Aku tak akan menandatanganinya sebelum mendengar alasannya menceraikanku."
"Apalagi yang harus kau dengar? Bukankah seharusnya kau senang jika dia menceraikanmu?"
"Apa maksutmu? Bagaimana aku bisa senang jika istriku meminta untuk bercerai?"
Bona, Bona mendengar semua percakapan itu. Air matanya tiba tiba turun, ia rindu, ia rindu suara itu, ia rindu wanita itu. Sangat. Bona menutup mulutnya rapat supaya isakannya tidak terdengar. Sebenarnya Bona sudah berada di depan kantornya sejak 5 menit yang lalu. Tetapi ia masih enggan untuk turun. Masih setia mendengarkan setiap kata demi kata yang muncul dari bibir Eunseo dan Luda.
"Haha, jangan berpura pura menjadi orang bodoh nona Son Eunseo. Bukankah dulu kalian menikah karena perjodohan? Dan kaupun sempat menolaknya karena kau tak mencintai Bona dan kau sudah memiliki kekasih. Seharusnya bukankah kau senang jika Bona menceraikanmu dengan begitu kau bisa dengan leluasa untuk bersama kekasihmu itu." Dahi Eunseo mengkerut bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanficSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan