Sepanjang 10 menit perjalanan, mereka bertiga hanya diam dan yang pasti dengan tujuan tanpa arah. Luda paham, jika Bona sedang dalam keadaan kacau saat ini. Tapi Luda juga tak bisa jika terus menerus diam dan menyetir mobil tanpa arah.
"Kita akan kemana Bona ya?" Tanya Luda memecah keheningan.
"Kita ke kantor saja, aku ingin melihat seberapa jauh persiapannya." Ya saat ini kantor cabang Bona sedang mempersiapkan untuk acara pembukaan.
"Baiklah Tuan Putri Bona yang cantik." Canda Luda untuk menghibur sahabat sekaligus bos nya itu. Tetapi Bona hanya memandang malas ke arah spion guna melihat Luda yang sedang terkekeh pelan.
"Aku hanya bercanda, kenapa kau ini serius sekali. Aku hanya tak suka saja melihat wajah muram dan jelekmu daritadi." Lagi dan lagi Luda bercanda sambil tertawa agak lumayan keras. Kali ini Bona tetap melihat ke arah spion tetapi dengan tatapan mata yang tajam. Luda tidak takut, tetapi malah semakin tertawa kencang.
"Diamlah Luda, atau aku akan menyuruhmu turun saat ini juga." Seketika Luda diam.
"Hei hei, aku hanya bercanda. Lagi pula kalau aku turun, siapa yang akan mengemudi?" Bona memutar matanya jengah.
"Apa kau pikir akau tak bisa menyetir Lee Luda? Dan apa kalu lupa? Disini juga ada Wendy, jadi aku tak perlu bingung siapa yang akan menyetir mobil ini jika kau benar benar turun." Luda dibuat diam seribu kata oleh Bona. Benar apa kata Bona, kenapa dia bisa sebodoh itu? Luda hanya memasang muka cemberutnya.
"Jangan memasang muka seperti itu." Ucap Bona.
"Aku tadi hanya bercanda, aku tak suka jika melihatmu dengan muka seperti tadi." Kali ini Luda berbicara penuh dengan ketulusan. Bona tersenyum mendengar penuturan Luda.
"Iya aku tau, aku sangat berterima kasih kepadamu, karena kau tak pernah berubah dari dulu Luda. Kau selalu menjadi orang yang ada untukku selama ini."
"Jangan berterima kasih, karena itu sudah kewajibanku dan janjiku untuk selalu menjaga mu Bona." Lagi lagi Bona tersenyum, kali ini lebih lebar. Tapi hal itu justru membuat Wendy mengernyitkan dahinya. Ia masih bingung dengan situasi ini, bukankah Bona baru saja datang kembali kesini? Tetapi kenapa nampaknya ia sudah sangat akrab dengan wanita bernama Luda itu? Apakah sebelumnya mereka sudah pernah kenal? Tetapi setau Wendy dulu disini Bona tak pernah mempunyai teman bernama Luda. Lalu siapa Luda ini? Daritadi Wendy hanya diam dan menyimak pembicaraan mereka tanpa mengucap sepatah katapun. Karena memang ia tidak paham harus berbicara apa. Sampai akhirnya Bona bisa membaca situasi itu.
"Ah iya Wendy ya, perkenalkan, wanita pendek yang sedang menyetir itu namanya Luda, Lee Luda."
"Ah, Hi Luda ya. Aku Wendy, teman Bona dari kecil." Luda tersenyum, ah sepertinya ini sahabat yang sering diceritakan oleh Bona, kakak dari Son Eunseo. Batin Luda dalam hati.
"Hi Wendy, aku Luda, senang berkenalan denganmu." Ucap Luda sembari melihat ke arah Wendy melalui spion.
"Luda ini temanku selama aku di luar negeri Wendy ya, dia adalah adik tingkatku di tempatku berkuliah. Ki bisa berteman karena kami berasal dari negara yang sama dan hanya kami berdua dahulu yang berasal dari sini. Oleh karena itu kita bisa menjadi akrab bahkan sampai sekarang dia menjadi asisten pribadiku." Wendy manggut manggut tanda mengerti mendengar penjelasan Bona.
"Jadi kalian sudah berteman sejak lama? Semenjak berada di universitas yang sama?"
"Iya." Jawab Bona dan diangguki oleh Luda.
"Lalu kenapa Luda menjadi asistenmu? Bukankah ia juga bisa sepertimu?"
"Hahaha, aku juga tak tau. Luda tak mau, ia berkata bahwa ia ingin bersamaku saja, ia mau membantuku walau hanya menjadi asistenku."
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan