Bagian 10

1.8K 174 0
                                    

"Eunseo!!" Mendengar namanya disebut Eunseo dengan cepat mengedarkan pandangannya. Dan disanalah, ia melihat Bona sedang berjalan di lobby kantornya. Eunseo mengernyit ada apa Bona berada disini.

"Bukankah dia teman kak Wendy Seo?" Tanya Sinb dan Eunseo hanya mengangguk masih dengan pandangannya menatap Bona yang sedang berjalan ke arahnya.

"Sedang apa kau disini?" Tanya Eunseo setelah Bona berada dihadapannya. Sejenak Bona melengok ke arah Sinb dan tersenyum kepadanya. Lalu setelahnya ia kembali menatap ke arah Eunseo.

"Aku ada pertemuan dengan CEO agensimu untuk membicarakan tentang kerja sama untuk acara pembukaan cabang ku nanti."

"Apa kau berencana mengontrak artis dari agensiku sebagai brand ambasador milikmu?"

"Sepertinya iya, tetapi aku masih belum memikirkannya, karena tadi hanya membahas soal siapa saja yang akan menjadi model untuk design designku nanti." Eunseo manggut manggut mengerti.

"Emm, kau mau kemana Seo? Apa kau sudah tidak memiliki jadwal lagi? Kulihat kau tadi akan berjalan keluar gedung ini."

"Iya, pekerjaanku baru saja selesai. Aku akan pulang setelah ini."

"Kalau begitu ayo pulang bersamaku, kebetulan aku membawa mobilku tadi." Tawar Bona.

"Tidak perlu, aku akan pulang bersama Sinb saja, kebetulan manajernya akan menjemput dan sekarang sedang berada di jalan."

"Ayolah Seo, pulang bersamaku ya, lagian jalan kita searah."

"Tidak Bona, aku sudah berjanji terlebih dahulu dengan Sinb." Bona diam, lagi dan lagi ia ditolak secara halus oleh Eunseo. Apakah setidak berharga itu ia bagi Eunseo? Apakah setidak terlihat itu ia dihadapan Eunseo?

"Seo, kumohon." Ucap Bona dengan tampang memohonnya.

"Ak-"

"Seo~" pinta Bona.

"Sudahlah seo, tak apa. Kau bersama kak Bona saja, lagipula arah kalian sama bukan?" Saut Sinb sebelum Eunseo sempat berbicara. Mungkin entah karena Sinb sudah jengah dengan sikap Bona atau memang ia yang terlalu baik sehingga membiarkan kekasihnya itu untuk pulang dengan wanita lain.

"Hahh, baiklah baiklah. Aku akan pulang denganmu Bona." Jawab Eunseo akhirnya. Bona tersenyum lebar mendengar jawaban yang keluar dari mulut Eunseo. Tanpa mereka sadari, sejak daritadi Sinb memperhatikan interaksi antara Eunseo dan Bona. Ada apa dengan mereka? Kenapa mereka tampak sangat akrab sekali? Tapi semua pikiran jelek tentang itu ia tepis, mungkin karena Bona adalah sahabat dari Wendy, sehingga mereka juga dekat.

"Ah sepertinya manajer dan mobil jemputanku sudah di depan. Aku pulang duluan ya kalau begitu."

"Hemm, berhati hatilah dijalan, jangan lupa makan dan beristirahatlah." Ucap Eunseo lembut dan dihadiahi anggukan oleh Sinb. Sebelum Sinb beranjak dari tempatnya terlebih dahulu Eunseo menangkup kedua pipi Sinb, dan mencium kening Sinb sebentar. Sinb tersipu malu menerima perlakuan manis seperti itu dari kekasihnya. Bahkan mereka sampai lupa jika disitu sedang ada Bona. Bona terdiam, ia masih syok, baik jantung, pikiran, maupun hatinya. Sakit, semuanya terasa sakit. Sangat. Karena terlalu lama terdiam, Bona tak sadar jika Sinb sudah menghilang dari sana, meninggalkan Eunseo yang sedang berdiri di hadapannya sembari menatapnya heran. Karena tak sabar, Eunseo akhirnya melambai lambaikan tangannya di depan wajah Bona, berharap ia akan tersadar. Dan yap berhasil. Bona tersadar dengan sedikit berjingat.

"Ada apa denganmu? Kenapa kau melamun?"

"Tidak, tidak ada. Sudah ayo kita pulang." Eunseo mengangguk dan Bona telah berjalan mendahuluinya.

Sepanjang perjalanan, Bona yang biasanya bawel dan tak bisa diam, sekarang menjadi keterbalikannya. Dia benar benar menjadi sangat pendiam, hanya fokus ke arah depan. Sebenarnya Eunseo heran dengan sikap Bona yang tiba tiba berubah, tetapi ia tak ambil pusing, setidaknya ia tidak perlu menanggapi celotehan Bona yang tak ada habisnya.

"Bona, apa kau tak lapar?" Bona melirik sekilas ke arah Eunseo.

"Apa kau mau makan dulu?" Tanya Bona balik.

"Aku yang tadi bertanya, kenapa jadi kau yang balik bertanya?" Bona memutar bola matanya jengah.

"Jadi, kau mau makan dulu atau tidak?" Tanya Bona mengulangi.

"Jika kau tak keberatan." Bona diam tak menanggapi.

Dan disinilah mereka sekarang, di sebuah cafe yang tak jauh dari apartement Bona.

"Kau mau pesan apa Bona?"

"Tidak, aku tidak lapar."

"Kenapa kau selalu seperti itu? Apakah sangat sulit hanya untuk makan?"

"Aku masih kenyang, tadi sebelum bertemu Bosmu aku sudah makan di kantin agensimu." Bohong Bona, padahal memang dia sangat tidak nafsu makan. Memang sudah biasa ia tidak makan siang, tetapi hari ini sungguh ia benar benar tak nafsu setelah kejadian tadi.

"Benarkah? Tapi sepertinya tadi aku tak melihatmu pergi ke kantin, kebetulan tadi aku berada di ruangan yang jika kau pergi ke kantin pasti akan melewati ruangan itu dan ruangan itu juga terbuat dari kaca, jadi bisa terlihat apapun yang sedang terjadi diluar." Bona hanya mengendikkan bahu nya menanggapi celotehan panjang lebar Eunseo.

"Apa kau sedang berbohong? Jangan coba coba untuk membohongiku Bona." Tatapan mata Bona kali ini tepat mengarah ke kedua manik Eunseo.

"Untuk apa aku berbohong? Tak ada gunanya." Setelah berbicara Bona mengalihkan pandangannya ke arah ponsel yang sedang ia genggam sekarang dan Eunseo hanya bisa mendengus pelan.

"Baiklah, aku anggap kau berkata jujur. Awas jika kau berbohong kepadaku." Bona melirik sekilas ke arah Eunseo, setelahnya ia fokus kembali ke ponselnya.

Sepanjang menunggu makanan datang, Eunseo berbicara panjang lebar, sementara Bona masih fokus terhadap ponselnya dan menanggapi pembicaraan Eunseo hanya dengan anggukan, gelengan, ataupun gumaman. Itu benar benar membuat Eunseo kesal dan gemas dalam waktu bersamaan. Saking tak sabarannya, akhirnya Eunseo merebut ponsel Bona dari tangan sang empunya.

"Heh!! Apa apaan kau ini? Kembalikan ponselku!" Gertak Bona.

"Kau yang apa apaan, apa kau lupa? Tadi kau yang memaksa dan memohon supaya aku bersamamu. Tapi setelah ku turuti, kau malah bersikap seolah olah aku tak ada. Bahkan daritadi kau hanya sibuk dengan ponselmu. Biasanya saat bersamaku kau selalu saja berbicara tak tentu arah. Tapi kenapa sekarang kau jadi sangat pendiam? Apa kau sedang kesambet setan?" Bona menatap tajam

"Bukan urusanmu dan tolong kembalikan ponselku!"

"Tidak akan, sekarang kau sedang bersamaku, jadi lupakan sebentar ponselmu." Ucap Eunseo final, sembari mengunci layar ponsel Bona dan memasukkannya ke dalam saku kemejanya. Akhirnya Bona menyerah dan kembali duduk karena ia tadi sempay berdiri untuk meraih ponseonya di tangan Eunseo yang sedang duduk bersebarangan dengannya. Tetapi ada sesuatu yang tadi sempat mengalihkan fokus Eunseo. Sebuah nama di pojok kiri roomchat Bona. Terpampang jelas sebuah nama Kim Seola dan jangan lupakan gambar 2 buah hati berwarna merah tepat di belakang nama itu. Lalu Eunseo juga tak sengaja melihat sebuah pesan terakhir yang dikirim oleh orang itu sebelum ia mengunci layar ponsel Bona. Disana tertulis sebuah pesan masuk

Cepatlah kembali Sayang, aku menunggumu

Kurang lebih seperti itulah isi pesan yang sempat Eunseo baca. Jadi dalam benaknya Eunseo sudah sangat yakin, jika orang tersebut adalah kekasih Bona. Tapi Eunseo tak ambil pusing dengan semua itu, ia kira itu adalah urusan Bona dan kekasihnya, ia tak perlu ikut campur dan ia juga tak berniat membahas siapa orang itu kepada Bona.

PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang