Sekarang mereka berempat sudah duduk di sofa ruang tamu. Tetapi semuanya pun bungkam, tak ada yang bersuara. Mereka bingung harus memulai darimana obrolan itu. Mereka semua juga bingung apa ini yang sedang terjadi.
Sampai akhirnya tiba tiba seseorang masuk ke dalam rumah sembari membawa berbagai macam makanan. Ia langsung masuk karena memang pintunya terbuka ditambah ia yang membawa banyak barang ditangannya, jadi sulit hanya untuk mengetuk pintu saja.
Saat kakinya menginjak ruang tamu, Luda membulatkan matanya, tak kalah terkejut dengan reaksi yang diberikan mereka sebelumnya. Bahkan hampir saja ia menjatuhkan semua makanan yang berada ditangannya kalau dia tidak cepat sadar tadi.
"K-kak Seo-Seola?" Yang dipanggil tersenyum hangat ke arah orang tersebut.
"Hai Luda." Ya, orang itu adalah Luda.
"Ba-Bagai-bagaimana, bagaimana bisa?" Luda masih gagu sekarang. Ia terlalu terkejut dengan semua ini.
"Kemari duduklah, apa kau tak merindukanku?" Ajak Seola mengabaikan pertanyaan Luda.
Luda menurut, ia meletakkan semua barang itu di meja dan ikut duduk di sofa yang masih kosong.
Lagi lagi suasana menjadi hening. Seola sudah tak tahan, ia ingin bicara sekarang.
"Jadi?" Semua mata mengarah kepadanya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini hanya sebuah kebetulan atau apa?" Semua diam tak ada yang menjawab. Seola mendengus lemah. Lalu mengarahkan penuh atensinya kepada wanita yang duduk tepat di sebelahnya. Ia menggenggam tangan wanita itu, tetapi dengan cepat wanita itu melepaskan genggaman Seola.
"Kenapa?" Tanya Seola, dan wanita itu hanya menggeleng.
"Hahh, maaf jika aku membuatmu bingung dan marah karena muncul secara tiba tiba seperti ini. Tapi demi Tuhan, aku hanya ingin meluruskan semuanya. Aku tak mempunyai niatan apapun terhadapmu. Aku hanya ingin sebuah kejelasan saja." Ucap Seola.
"Bukankah sudah jelas? Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu waktu itu?"
"Ya memang, tapi kau tak memberiku alasan yang jelas. Kau menghilang setelah beberapa hari, lalu tiba tiba menghubungiku dan meminta putus begitu saja." Wendy dan Eunseo terkejut bukan main, bagaimana tidak? Jadi? Kekasih Bona yang sering mereka bicarakan adalah Hyunjung? Wanita itu?
Bona tak menyauti perkataan Seola. Ia diam dan menunduk.
"Bona ku mohon, aku hanya butuh alasanmu. Bukan yang lain, jika memang kau ingin berpisah denganku, aku tak masalah karena memang dirimu sendirilah yang bisa menentukan kebahagiaanmu, aku tak bisa memaksa dan mengaturnya. Hanya saja aku butuh alasanmu, supaya aku bisa tenang melepasmu. Supaya tak ada lagi beban yang harus kupikirkan karena permintaanmu yang tiba tiba itu." Ucap Seola dengan wajah yang memelas.
"Aku akan menikah! Bulan depan aku akan menikah! Apa kau puas?!" Sergah Bona dengan suara yang sedikit tinggi. Seola terkejut bukan main. Menikah? Secepat itukah?
"A-apa kau sedang bercanda? K-kau b-ber-bercanda bukan?"
"Apa menurutmu aku terlihat seperti seoseorang yang sedang bercanda sekarang?" Seola menggeleng, ya memang tak ada kebohongan atau candaan di mimik muka dan mata Bona sekarang.
"Sekarang kau sudah tau jawaban dan alasannya bukan? Kalau begitu, aku anggap semuanya selesai. Seo, aku numpang di kamarmu, aku lelah." Ucap Bona sembari berdiri dan melangkah pergi.
Tetapi baru dua langkah, Wendy menginterupsi gerakan Bona.
"Apa kau akan menganggap semua selesai begitu saja? Kau tak penasaran kenapa dia ada di rumahku sekarang? Kau tak ingin mendengar ceritaku? Ada sesuatu yang harus aku ceritakan, rasanya tak adil jika hanya aku yang mengetahui ceritamu dan dia. Tapi kau tak tau ceritaku dan dia." Langkah Bona terhenti.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan