Bagian 9

1.7K 176 2
                                    

Sudah seminggu setelah keputusan Eunseo saat itu. Sekarang Bona dan Eunseo sudah tidak sekaku sebelumnya. Mereka sudah biasa untuk mengobrol atau bercanda. Karena memang akhir akhir ini Eunseo ikut membantu menyiapkan pembukaan kantor cabang Bona saat diwaktu senggangnya. Seminggu lagi acara pembukaan itu akan digelar, saat acara pembukaan Bona juga akan mempromosikan hasil hasil design nya. Ya, mungkin kalian belum tau, Bona adalah seorang designer. Ia sudah memiliki brand produknya sendiri yang ia berinama J&B. Saat ditanya kenapa ia memakai nama itu, ia akan menjawab itu adalah inisial dari kedua namanya, Jiyeon & Bona. Padahal bukan itu yang sebenarnya, nama dibalik 2 huruf inisial itu adalah namanya dan nama Eunseo, Juyeon & Bona. Sudah tau bukan? Seberapa besar cinta Bona terhadap Eunseo? Haha, iya kalian bisa bilang jika Bona gila, ia memang gila karena terlalu mencintai Eunseo yang bahkan dia sendiri tau jika Eunseo tak mencintainya.

Selama seminggu itu pula Eunseo memperlakukan Bona menjadi lebih baik dari sebelumnya. Bukan, bukan karena dia mulai mencintai Bona, tapi karena ia hanya ingin berusaha menjadi yang terbaik untuk Bona nantinya, walau ia sudah paham betul, ia tidak bisa memberikan hati dan cintanya untuk Bona, tapi setidaknya ia tak mau dicap sebagai pasangan yang buruk untuk istrinya nanti. Karena kebaikan dan kepeduliannya terhadap orang lain, sehingga bertambah mendukung Eunseo untuk melakukan yang terbaik bagi Bona. Seperti saat ini, mereka berdua sedang berada di kedai depan kantor Bona, mereka berniat untuk makan siang. Tapi seperti biasa, Bona lebih tidak makan dan lebih memilih untuk meminum kopi yang telah ia beli sebelumnya di cafe dekat kantor mereka.

"Kenapa kau hobby sekali melewatkan makan siangmu? Apakah sesulit itu untukmu mengunyah makanan? Dan apa itu, lagi dan lagi kau meminum kopi." Cerocos Eunseo.

"Aku tak lapar Seo, sungguh. Aku meminum kopi memang sengaja, supaya tidak mengantuk tadi. Karena setiap malam aku harus melembur setiap design design baju yang akan ditunjukkan di acara pembukaan nanti."

"Kenapa kau keras kepala sekali? Disaat seperti ini harusnya kau bisa menjaga tubuhmu supaya tidak sakit nantinya. Tapi kenapa saat ini kau malah menyiksanya? Kau ini bodoh atau bagaimana Bona? Apa kau pikir dengan begitu tubuhmu akan sehat dan kuat?"

"Aku tau, tapi aku benar benar tidak lapar Eunseo." Ucap Bona sembari memasang wajah memelasnya. Eunseo menghembuskan nafasnya kasar.

"Untuk kali ini saja tolong dengarkan aku Bona, jangan keras kepala." Bona tetap menggeleng kuat tanda menolak.

"Aku tak mau Seo, percuma pasti nanti pun aku hanya akan makan sedikit. Bukankah itu sama saja seperti membuang buang uang dan makanan?"

"Itu tak masalah jika untuk kesehatanmu sendiri. Pokoknya kau harus makan, tak ada penolakan atau aku akan pergi." Ancam Eunseo final. Bona hanya bisa mendengus pelan. Ia sudah benar benar tak bisa menolak sekarang. Jadi ia hanya bisa menerima dengan pasrah.

Sekarang pesanan mereka sudah tersaji di atas meja, Eunseo mulai memakan makanannya, sementara Bona hanya diam memegang sendoknya sembari memandang makanan itu. Ia benar benar tak berselera sekarang.

"Aku tak lapar dan tak berselera Seo." Eunseo menatap Bona sebentar lalu mendengus. Lalu diraihnya sendok yang berada di tangan Bona lalu menggeser makanan Bona ke hadapannya, menyingkirkan makanannya sendiri. Bona sedikit terkejut dengan tingkah Eunseo, ia takut sekarang. Takut jika Eunseo marah dan akan benat benar meninggalkan dia disini. Tapi sepersekian detik berikutnya, pikiran Bona menghilang, berganti dengan keterkejutan lainnya. Karena tiba tiba Eunseo menyodorkan sendok yang sudah berisi makanan itu tepat di depan mulut Bona. Bona terdiam, dia masih terkejut dengan sikap Eunseo.

"Bukalah mulutmu." Perintah Eunseo. Tapi Bona masih diam.

"Buka mulutmu atau aku akan memaksa memasukkannya!" Bona terkesiap dan membuka mulutnya cepat. Walau makanan itu sudah masuk ke mulutnya, tetapi Bona masih diam tak mengunyah makanannya.

"Kenapa diam? Ayo kunyah makananmu, apa kau pikir dengan begitu makannya akan halus sendiri?" Bona kembali tersadar dan mulai mengunyah makanannya. Ia kemudian tersenyum.

"Manja sekali dirimu, haruskah aku selalu menyuapimu supaya kau mau makan?" Eunseo berucap sembari memutar bola matanya.

"Hehe, jika kau mau, sepertinya tak masalah bagiku." Goda Bona semberi tersenyum jahil. Eunseo hanya menatap jengah ke arah Bona. Setelahnya Eunseo menyuapi Bona dengan keadaan hening. Bona yang sedang menikmati kejadian langka ini, sedangkan Eunseo yang masih fokus menyuapi Bona dan memikirkan Sinb, karena ia telah memiliki janji dengan gadis itu.

"Apa perkataanmu tadi sungguh sungguh Seo? Kau akan menyuapiku?" Eunseo memutar bola matanya.

"Apa kau sedang berharap aku akan menyuapi mu setiap saat?"

"Ti-tidak, tentu saja tidak." Jawab Bona gagu, jangan lupakan wajah dan hatinya yang mulai menghangat.

"Kalau begitu yasudah, cepat ayo selesaikan makanmu. Karena setelah ini aku harus pergi."

"Kau mau kemana?"

"Tentu saja bertemu dengan kekasihku, aku sudah memiliki janji dengannya, aku merindukannya." Seketika air muka Bona berubah sendu. Ah iya, dia hampir saja lupa, jika calon istrinya ini telah memiliki kekasih yang sangat ia cintai.

"Tak bisakah kau tetap tinggal dan menemaniku Seo?"

"Tak bisa Bona, aku sudah berjanji dengannya."

"Ah begitu? Yasudah kalau begitu, tapi lain kali kau juga harus meluangkan waktumu untuk kencan kita." Saut Bona bercanda walau sebenarnya hatinya masih sedikit nyeri.

"Bukahkah setiap hari kita sudah bersama Bona?"

"Tidak, ini berbeda Seo, selama beberapa hari ini kita memang bersama, tetapi ini karena kau membantuku, bukan untuk berkencan denganku."

"Tapi bukankah sama saja? Kau sudah bersama denganku. Apa itu tidak cukup?"

"Tentu saja tidak cukup, aku juga ingin berkencan yang benar benar berkencan Eunseo, bukan yang seperti itu." Eunseo memutar bola matanya jendah dan mendengus.

"Tap-"

"Ayolah Seo, kumohon." Ucap Bona memotong perkataan Eunseo sembari sedikit memohon.

"Huftt... Baiklah baiklah. Ternyata kau tetap sama Jiyeon, kau tetap pemaksa seperti dulu." Bona hanya menyengir menanggapi perkataan Eunseo yang sebenarnya lebih ke arah sindiran itu.

"Terima kasih Eunseo~." Ucap Bona dengan nada yang ia buat buat dan Eunseo bergidik mendengar nada bicara Bona yang seperti itu.

"Makananmu tinggal 3 suap, cepatlak habiskan." Perintah Eunseo, tetapi Bona malah memperlambat, karena ya dia ingin sedikit lebih berlama lama bersama Eunseo.

"Tskkk, kenapa malah kau perlambat? Kau ini tak mendengarkanku ya? Sebentar lagi waktu pertemuanku dengan Sinb Bona, ayolah jangan menyusahkanku." Bona lagi dan lagi hanya menyengir walau lagi dan lagi ia harus merasakan nyeri itu. Apakah Eunseo se cinta itu terhadap kekasihnya? Apakah tak ada harapan untuknya? Bona meringis dalam hati. Tetapi ia tetap merasa bersyukur bahwa Eunseo mau menikah dengannya, setidaknya Eunseo akan menjadi miliknya, hanya miliknya. Begitu pemikiran Bona saat ini.

"Heh!! Kenapa kau malah melamun, cepatlah aku sudah tak memiliki waktu." Bona tersadar dan dengan cepat melahap suapan terakhirnya.

"Sudah selesai, kalau begitu aku kekasir sebentar, setelah itu aku akan langsung pergi. Jika kau masih mau disini, lanjutkan saja. Karena aku sudah terlambat dan maafkan aku harus meninggalkanmu begitu saja. Nanti saat semua sudah selesai, jangan lupa beristirahat, jangan pulang terlalu larut" Belum sempat Bona menjawab, Eunseo sudah berjalan meninggalkannya ke arah kasir. Bona tersenyum, tetapi senyuman penuh rasa sakit. Ditatapnya punggung Eunseo yang sedang berbicara dengan pemilik kedai itu.

"Aku pergi dulu ya Bona, hati hati nanti saat pulang!!" Teriak Eunseo sebelum keluar dari kedai itu. Bona hanya menjawab dengan anggukan dan jangan lupakan senyuman pahitnya.

PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang