"Ah aku sangat lelah." Ucap Bona menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi mobil. Eunseo menoleh ke arahnya.
"Kau ingin kembali ke kantor atau langsung pulang saja?"
"Ke kantor."
"Katanya kau lelah."
"Tak apa, masih ada pekerjaan di kantor. Tinggal sedikit lagi. Tanggung jika harus kutunda."
"Baiklah, kuantar ke kantor. Sekalian aku tunggu, kita pulang bersama."
"Tidak perlu, aku tak mau membuatmu menunggu. Lagi pula masih ada Luda yang bisa mengantarku, kebetulan Luda juga akan menginap di apartementku nanti."
"Ah begitu." Bona mengangguk.
Sebenarnya Bona juga sengaja berkata seperti itu, hanya untuk memastikan repson Eunseo. Ternyata, ya seperti dugaan. Eunseo biasa saja menanggapinya. Tak ada ekspresi tak rela dalam raut wajahnya. Bona meringis dalam hati. Sepertinya ia memang tak benar benar berarti bagi Eunseo. Hahaha.
Entahlah, ada perasaan yang sedikit tak enak di hati Eunseo setelah mendengar ucapan Bona tadi. Tapi ia menampiknya, mungkin hanya karena Bona menolaknya untuk mengantar, mungkin hanya itu.
.
.
.
"Kalau begitu, aku pergi dulu. Setelah kau selesai dengan pekerjaanmu, langsung pulang saja. Jangan kemana mana dan sampaikan salam ku untuk Luda. Tolong bilang kepadanya untuk berhati hati nanti." Bona menganggukkan kepalanya."Yasudah, aku pergi. Bye!" Setelahnya Eunseo segera menancap gas meninggalkan area butik Bona. Bona menghembuskan napasnya kasar. Ia masuk ke dalam dengan wajah yang sedikit suram. Bagaimana tidak? Saat baru saja kau merasa bagahia, tapi tiba tiba kau dijatuhkan begitu saja. Sakit bukan?
"Selamat siang nona Kim, darimana saja kau? Bukankah jam makan siang sudah selesai dari beberapa jam yang lalu?" Ini Luda yang menghadang Bona saat Bona akan menuju ruangannya. Tetapi Bona tak menyauti, tetap berjalan memasuki ruangannya. Luda mengikutinya dari belakang. Dilihatnya Bona menduduki kursinya lalu melipat tangannya diatas meja, digunakannya tangan itu untuk meletakkan kepalanya.
"Kenapa lagi sekarang?" Masih tak ada sautan dari Bona.
"Angkat kepalamu dan lihat aku Kim Jiyeon." Bona mengangkat kepalanya, jika sudah seperti itu, berarti Luda sedang tidak bercanda sekarang.
"Ada apa?" Bona menggelengkan kepalanya.
"Ck, kau selalu saja begitu. Sudahlah, jangan menyiksa dirimu lagi. Kau tak kasian dengannya?"
"Entahlah."
"Harus berapa kali lagi aku mengingatkan mu supaya kau mendengarkan ku? 10 kali? 50 kali? 100 kali? Berapa? Hm? Aku akan melakukannya, asal kau benar benar mendengarkanku setelahnya." Ucap Luda sendu. Hatinya nyeri, sangat nyeri melihat Bona yang seperti ini. Melihat Bona yang lemah karena perasaan cinta bodohnya itu. Dalam hati Luda pun tersenyum miris, ia tak ada bedanya dengan Bona sekarang. Hahaha, sungguh menyedihkan kedua wanita ini.
"Aku tak tau, aku bahkan tak yakin, apakah aku bisa mendengarkanmu walau kau mengingatkanku sampai 1000 kali pun."
"Kenapa tak bisa?"
"Karena aku mencintainya, aku mencintainya dengan tulus, aku mencintainya dengan sepenuh hatiku. Kau tak akan mengerti jika tak merasaknnya langsung." Luda diam, dalam hati ia berkata. Bahkan ia sangat tau, benar benar tau. Oleh karena itu ia selalu meminta Bona untuk berhenti, karena ia juga merasakan apa yang Bona rasakan, ia ada diposisi dimana posisi Bona sekarang. Ia paham betul dengan itu. Dan rasanya sungguh menyiksa, sakit, nyeri, kecewa, marah, dan hampir saja menghancurkannya. Ia tak mau jika Bona terus merasa seperti itu, karena secara tak langsung pasti ia juga akan ikut merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADOKS (Bona+Eunseo/Eunbo)
FanfictionSemua hal yang terjadi terkadang bertolak belakang dengan apa yang kita inginkan